Bab. V 31 Alam Kehidupan
Kediaman mahluk hidup di sebut bhumi. Ada 31 Alam Kehidupan yaitu :
1. Empat Alam Menyedihkan (ap âyabh ūmi),
2. Satu Alam Manusia (manussabhūmi),
3. Enam Alam Dewa ( devabhūmi),
4. Enam Belas Alam Brahma Berbentuk (rūpabūmi),
5. Empat Alam Brahma Nirbentuk (arūpabūmi)
Empat Alam menyedihkan (Apâyabhūmi)
Delapan jenis suciwan tidak akan terlahir di alam ini, dan tidak akan ada satu mahlukpun dalam alam ini yang mampu meraih kesucian dalam kehidupan sekarang. Alam ini juga sering di sebut sebagai 'duggati-bhūmi'
'Duggati' terbentuk dari dua kosakata, yakni 'du' =yang berarti 'jahat, buruk, sengsara', dan 'gati' =yang berarti 'alam tujuan bagi suatu mahluk yang akan bertumimbal lahir'. Duggatibhūmi adalah suatu alam kehidupan yang buruk, menyengsarakan. Walaupun kerap di pakai se-bagai suatu padanan, duggatibhūmi sesungguhnya tidaklah sama persis cakupannya dengan apâyabhūmi.
Apâyabhūmi terdiri atas empat alam, yakni :
a) Alam Neraka (Niraya),
b) Binatang (Tiracchâna),
c) Hantu kelaparan (Peta),
d)Jin/Raksasa(ASurakāya),
4 Alam Menyedihkan /Apâyabhūmi
a) Alam Neraka 'Niraya' (akan di bahas dalam Bab Khusus tentang neraka)
b) Alam Binatang 'Tiracchâna' terbentuk atas dua kosakata, yaitu 'tiro' =yang berarti 'melintang, membujur' dan 'acchnâna' =yang berarti 'pergi, berjalan'. 'Tiracchâna' atau binatang adalah suatu mahluk yang umumnya berjalan dengan melintang atau membujur, bukan bukan berdiri tegak seperti manusia. Dengan pengertian lain, binatang tersebut Tiracchâna karena merintangi jalan menuju pencapaian Jalan dan Pahala, Binatang sesungguhnya tidak mempunyai alam khusus milik mereka sendiri melainkan hidup di alam manusia.
Binatang memiliki hasrat untuk menikmati kesenangan indrawi serta berkembang-biak; naluri untuk mencari makan, bersarang, dan sebagainya; dan perasaan takut mati, mencintai kehidupannya. Binatang tidak mempunyai kemampuan untk membedakan kebajikan dari kejahatan, kebenaran dari kesesatan, dan sebagainya.(dhammasañña,concience) kecuali kalau terlahirkan sebagai calon Buddha (Bodhisatta) yang sedang menumpuk kesempurnaan.
Bodhisatta tidak akan terlahirkan sebagai binatang yg lebih kecil dari burung puyuh (semut misalnya) ata lebih besar dari gajah (dinosaurus misalnya). Binatang mempunyai banyak jenis yang tak terhitung jumlahnya, namun secara garis besarnya dapat di bedakan menjadi Empat macam, yakni :
1. yang tak berkaki seperti ular, ikan, cacing, dan lain-lain (apada)
2. yang berkaki dua seperti ayam, bebek, burung, dasn lain-lain (dvipada)
3. yang berkaki empat seperti gajah, kuda, kerbau dan lain-lain (catuppada)
4. yang berkaki banyak seperti kelabang, udang, dan kepiting dan lain-lain (bahupadda)
c) Alam Peta/Hantu Kelaparan *(akan di bahas dalam Bab khusus mahluk Peta)
d) Alam RAksasa/Jin 'Asurakāya terbentuk atas tiga kosakata, yaitu 'a' =yang merupakan unsur pembalik , 'sura' =yang berarti 'cemerlang', gemilang', dan 'kâya' =yang berarti 'tubuh', Namun, yang di maksud dengan 'tak cemerlang' di sini bukanlah tidak adanya cahaya yang memancar dari tubuh, melainkan suatu kehidupan yang merana dan serba kekurangan sehingga membuat batin tidak berceria. Istilah 'asura' mungkin juga berasal dari kisah kejatuhan dari surga T âvatimsa [terkalahkan oleh Sakka dan pengikutnya] akibat minuman memabukkan (sur â). Sejak itu, mereka bersumpah untuk tidak meminumnya lagi.
Karena sebelumnya pernah bertinggal di alam kedewaan, asurak âya kadangkala juga di sebut sebagai 'pubbadev â' Asurak âya atau iblis terbagi menjadi 3 macam, yaitu :
2. iblis berupa setan (peti-asurā)
3.iblis berupa penghuni neraka (niraya-asurā).
Deva-asur ā terdiri dari vepacitti, râhu, subali, pahâra, sambarat ī , dan vinip ātika. Peti-asur ā terdiri atas
Tujuh Alam Kebahagiaan Indrawi
Tujuh alam kebahagiaan ini adalah Alam Manusia dan enam Alam Deva,
yaitu :
Satu Alam Manusia (manussabhūmi)
'Manussa' terbentuk atas dua kosakata, yaitu 'mano' =yang berarti 'pikiran', batin' dan 'ussa' =yang berarti 'tinggi, luhur, meningkat, berkembang'. Manussa atau manusia adalah suatu mahluk yang berkembang serta kukuh batinnya [mano ussanti etesanti = manussâ], yang tahu serta memahami sebab yang layak [kâranâkaram manatijânâtīti = manusso], yang tahu serta memahami apa yang bermanfaat dan tak bermanfaat [atthânatam manatijânâtīti = manusso] yang tahu serta memahami apa yang merupakan kebajikan dan kejahatan [kusalâkusalam manatijânâtīti=manusso].
Manusia bertempat tinggal di empat tempat, yaitu Uttarakurudīpa, Pubbavidehadīpa, Aparagoyānadīpa dan Jambudīpa. Umat manusia yang berada di Uttarakurudīpa berusia sampai seribu tahun, yang berada Pubbavidehadīpa berusia sampai tujuh ratus tahun, yang berada Aparagoyānadīpa berusia sampai lima ratus tahun, sedangkan yang berada di Jambudīpa berusia tidak menentu, tergantung kadar kebajikan serta kesilaan yang di miliki. Pernah terjadi bahwa umat manusia tidak begitu mengindahkan kebajikan serta kesilaan sehingga usia rata-rata umat manusia menjadi sependek 10 tahun. Pada jaman Buddha Gotama, usia rata-rata umat manusia 100 tahun. Di perkirakan bahwa setiap satu abad, usia manusia mmendek selama satu tahun. Karena Buddha Gotama telah mangkat sejak duapuluh lima abad yang lampau, usia rata-rata umat manusia pada saat sekarang ini ialah 75 tahun.
Manusia bertempat tinggal di empat tempat, yaitu Uttarakurudīpa, Pubbavidehadīpa, Aparagoyānadīpa dan Jambudīpa. Umat manusia yang berada di Uttarakurudīpa berusia sampai seribu tahun, yang berada Pubbavidehadīpa berusia sampai tujuh ratus tahun, yang berada Aparagoyānadīpa berusia sampai lima ratus tahun, sedangkan yang berada di Jambudīpa berusia tidak menentu, tergantung kadar kebajikan serta kesilaan yang di miliki. Pernah terjadi bahwa umat manusia tidak begitu mengindahkan kebajikan serta kesilaan sehingga usia rata-rata umat manusia menjadi sependek 10 tahun. Pada jaman Buddha Gotama, usia rata-rata umat manusia 100 tahun. Di perkirakan bahwa setiap satu abad, usia manusia mmendek selama satu tahun. Karena Buddha Gotama telah mangkat sejak duapuluh lima abad yang lampau, usia rata-rata umat manusia pada saat sekarang ini ialah 75 tahun.
Seorang sammâsambuddha tidak akan muncul apabila usia rata-rata manusia lebih pendek dari 100 tahun karena kesempatan bagi kebanyakan orang untuk dapat memahami kebenaran Dhamma terlalu singkat, tetapi juga tidak akan muncul apabila lebih panjang dari 100.000,- tahun karena kebanyakan orang akan terasa sulit untuk dapat menembus hakikat ketakkekalan atau kefanaan hidup. Beliau hanya terlahirkan di Jambudīpa, tidak pernah terlahirkan di tiga tempat lainnya apalagi di alam-alam kehidupan selain alam manusia.
Kitab Majjhima Nikāya bagian
Enam Alam Dewa (devabh ūmi)
Ada tiga macam deva atau dewa dalam pandangan Agama Buddha, yaitu :
1. Upattideva : dewa sebagai mahluk surgawi berdasarkan kelahirannya,
2.Sammutideva : dewa berdasarkan persepakatan atau perandaian misalnya
raja, permaisuri, pangeran dan sebagainya.
3. Visud-dhideva : dewa yang suci terbebas dari segala noda batin yang tidak
lain adalah Arahanta
Dewa yang di maksud dalam pembahasan ini hanyalah merujuk pada pengertian yang pertama, Uppattideva, yakni mahluk surgawi yang mengenyam kenikmatan inderawi. Mahluk surgawi dalam pandangan Buddhis tidaklah bersifat kekal.
Mereka bisa mati karena salah satu dari empat sebab : genapnya usia, habisnya kebajikan, terlena dalam kenikmatan hingga lupa makan, marah atau irihati.
Dalam pandangan Agama Buddha, alam surga dimana para deva-devi bertempat tinggal dalam kurun waktu yang berbatas [tidak kekal, tidak selamanya] terbagi menjadi enam alam, yaitu :
1. Alam Empat Raja (Catumah ārājikā)
2. Alam Tiga Puluh Tiga Deva (Tāvatimsā)
3. Alam Deva Y ām ā (Y ām ā)
4. Alam Penuh Kebahagiaan (Tusit ā)
5. Alam deva yang menikmati ciptaannya (Nimmānaratî)
6. Alam deva yang menguasai ciptaan deva lain (Paranimmitavasavattî)
1. Alam Empat Raja (Catumahārājikā) adalah suatu alam surgawi paling rendah yang berada dalam kekuaasaan empat raja dewa., yakni : Dhatarattha, Virullhaka, Virūpakka, dan Kuvera. Empat raja dewa ini juga di percayai sebagai pelindung alam manusia, dan karenanya di kenal dengan sebutan ‘Catulokapâla’. Dalam Kitab Lokīyapakaraņa, empat dewa pelindung dunia ini di panggil sebagai Inda, Yama, Varuna dan Kuvera. Berdasarkan tempat tinggalnya para dewa-dewi tingkat Catumahārājikā terbagi atas tiga, yaitu :
1. 1.yang berada di daratan (bhumattha),
2. 2.yang berada di pohon (rukkha). Dalam Kitab Ulasan atas Dhammapada dan Buddhavamsa, para dewa-dewi yang hidup di pohon di masukkan dalam kelompok bhummattha.
3. 3.yang berada di angkasa (ākāsaţţa).
(Vimāna) khusus bagi diri mereka masing-masing. Bagi yang tak mempunyai istana secara khusus, gunung, sungai, lautan, pohon yang di tinggali itulah istana bagi mereka. Kehidupan di Catumahārājikā berlangsung selama 500 tahun dewa atau kira-kira sembilan juta tahun manusia (Perbandingan usia di alam-alam surga tidaklah sama, tergantung tingkatannya. Satu hari di alam surga tertentu berbanding satu abad di alam manusia, dan ada pula yang lebih lama lagi).
Para dewa dan dewi di tingkatan Catumahārājikā ada yang cenderung berhati jahat, yaitu :
a.Gandhabbo/Gandhabbi : yang berada di pohon-pohon berbau harum yang belakangan mungkin di kenali oeh orang-orang Jawa sebagai ‘gondoruwo’ Mahluk halus ini sangat melekati tempat tinggalnya. Walaupun pohon tempat tinggalnya di tebang, ia masih tetap mengikuti kemana pohon itu di pindahkan tidak seperti rukkhadeva lainnya, yang akan mengungsi ke pohon lainnya yang masih hidup.
b. Kumbhaņdo/Kumbhaņdī : penjaga harta pusaka, hutan, dan sebagainya,
c. Nāgo/nāgī : naga yang memiliki kesaktian, yang mampu menyalin rupa dalam wujud mahluk lain seperti manusia, binatang dan sebagainya.
d. Yakkho/Yakkhiņī : raksasa yang gemar menganiaya para penghuni neraka.
2.Alam Tāvatimsā adalah alam surgawi tingkat kedua. Alam ini sebelumnya merupakan tempat tinggal para asurakâya, Nama ‘Tāvatimsā’ baru di pakai setelah 33 pemuda di bawah pimpinan Mâgha, yang terlahirkan kembali di sini akibat kebajikan yang di lakukan bersama-sama, berhasil menyingkirkan para asurakâya.
Para dewa-dewi di Tāvatimsā terbagi menjadi dua kelompok, yaitu :
1) Bhummaţţha : Sakka beserta 32 dewa pembesar
2) Âkāsaţţha : yang bertinggal dalam istana di angkasa.
Ibukota Tāvatimsā ialah Masakkasâra. Balai Sudhamma menjadi tempat bagi para dewa-dewi untuk memperbincangkan Kebenaran Dhamma di bawah asuhan Sakka (Beliau berhasil meraih kesucian tingkat Sotâpatti setelah mendengarkan Brahmajâla Sutta). Brahmâ Sanamkumâra kerap menjadi tamu pembabar Dhamma di sini. Buddha Gotama pernah berkunjung ke alam ini, dan bertinggal selama tiga bulan untuk membabarkan Abhidhamma kepada ibunda-Nya, yang terlahirkan kembali sebagai putra dewa di alam Tusita.
Moggallana Thera juga pernah beberapa kali pergi ke alam ini, dan dari sejumlah penghuninya, beliau memperoleh kesaksian atas perbuatan-perbuatan bajik yang membawa mereka terlahirkan kembali disini. Kebajikan aini antara lain ialah merawat ayah-ibu, menghormat sesepuh dalam keluarga, berbicara lemah-lembut, menghindari penghasutan, mengikis kekikiran, bersifat jujur, menahan amarah. Usia rata-rata para dewa-dewi yang terlahirkan di alam Tavatimsa ialah 1000 tahun dewa atau kira-kira 36 juta tahun manusia.
3)Yāmābhûmi adalah alam surgawi tingkat ketiga, menjadi tempat bagi para deva-devi yang terbebas dari segala kesukaran, yang terberkahi dengan kebahagiaan surgawi. Pemegang kekuasaan dalam hal ini ialah Suyâma. Alam ini berada di angkasa. Dalam ala mini dan tingkat yang lebih tinggi, tidak ada deva-devi yang tergolong sebagai bhummattha yang bertinggal di daratan. Istana, harta serta tubuh para dewa-dewi di ala mini jauuuh lebih indah dan halus daripada yang bertinggal di Tāvatimsā. Rentang hidup mereka ialah 2.000 tahun deva atau kira-kira 142 juta tahun manusia.
4) Tusitābhûmi adalah alam surgawi tingkat ke empat . Para deva-devi yang hidup di alam ini senantiasa berceria atas keberadaan yang di miliki. Semua Bodhisatta, sebelum turun ke dunia dan meraih Pencerahan Agung, terlahir di alam ini untuk menanti waktu yang tepat bagi kemunculan seorang Buddha . Demikian pula mereka yang akan menjadi orang tua serta Siswa Utama (Aggasâvaka). Sekarang ini, Bodhisatta Metteya yang akan menjadi Sammâsambuddha setelah ajaran Buddha Gotama punah dari muka bumi ini sedang berada di alam ini. Usia rata-rata di alam ini ialah 4.000 tahun deva atau kira-kira 567 juta tahun manusia
5) Nimmānaratibhûmi adalah alam surgawi tingkat kelima. Para dewa-dewi di ala mini menikmati kepuasan inderawi sebagaimana yang di ciptakan sendiri sesuka hati mereka. Rentang hidup para deva-devi di ala mini ialah 8.000 tahun deva atau kira-kira 2.304 juta tahun manusia.
6)Paranimmittavasavattī adalah alam surgawi tingkat terakhir. Apabila para deva-devi di alam Nimmānarati menikmati kepuasan inderawi sebagaimana yang di ciptakan sendiri sesuka hati mereka, para deva-devi di ala mini menikmatinya dari apa yang di ciptakan atau di sediakan oleh yang lain, yang tahu kebutuhan serta keinginan mereka. Usia rata-rata di ala mini ialah 16.000 tahun deva atau kira-kira 9.216 juta tahun manusia.
Empat Alam menyedihkan, Alam Manusia dan enam Alam Deva termasuk sebagai Alam Nafsu Inderawi (kâmabhûmi).
Enam Belas Alam Brahma Berbentuk (Rūpabhûmi)
Rūpabhûmi merupakan suatu alam tempat kemunculan ‘rūpāvacaravipākacitta’ atau kesadaran akibat yang lazim berkelana dalam alam brahma berbentuk. Dengan perkataan lain, rûpabhûmi adalah suatu alam tempat kelahiran jasmaniah serta batiniah para brahma berbentuk. Yang di maksud dengan Brahma ialah mahluk hidup yang memiliki kebajikan khusus yaiut berhasil mencapai pencerahan Jhāna yang luhur. Jhāna di hasilkan dari pengembangan
Samatha – Kammaţţhāna meditasi pemusatan batin pada suatu objek demi tercapainya ketenangan.
Alam Brahma terdiri atas 16 Alam, yakni :
1. Tiga alam bagi peraih Jhāna pertama (paţhama)
2. Tiga alam bagi peraih Jhāna kedua (dutiya)
3. Tiga alam bagi peraih Jhāna ketiga (tatiya)
4. Dua alam bagi peraih Jhāna keempat (catuttha)
5. Dan lima alam Suddhāvāsa
-Paţhamajhānabhūmi, Tiga alam bagi peraih Jhāna pertama ialah :
1. Pārisajjā : alam kehidupan bagi brahma pengikut, yang tidak memiliki kekuasaan khusus,
2. Purohitā : alam kehidupan bagi brahma penasihat, yang berkedudukan tinggi sebagai pemimpin dalam kegiatan-kegiatan,
3. Mahābrahmā : alam kehidupan bagi brahma yang memiliki kebajikan khusus yang besar.
-Dutiyajhānabhūmi. Tiga alam kehidupan bagi peraih Jhāna kedua atau Jhāna ketiga ialah :
1. Parittābhā : Alam kehidupan bagi Brahma yang bercahaya lebih sedikit daripada Brahma yang berada di atasnya,
2. Appamānā : Alam kehidupan bagi Brahma yang bercahaya cemerlang nirbatas,
3. Âbhassarā : Alam kehidupan bagi Brahma yang bercahaya menyebar luas dari tubuhnya.
-Tatiyajhānabhumi, Tiga Alam bagi peraih Jhāna keempat ialah:
1. Parittasubhā : Alam kehidupan bagi Brahma bercahaya indah tapi lebih sedikit daripada Brahma yang berada di atasnya,
2. Appamāņasubhā : Alam kehidupan bagi Brahma yang bercahaya indah nirbatas,
3.Subhakiņhā : Alam kehidupan Brahma yang bercahaya indah sekujur tubuhnya.
-Cattuthajhānabhūmi : Dua Alam bagi peraih Jhāna kelima ialah
1. Vehapphalā : Alam kehidupan bagi Brahma yang berpahala sempurna, yang terbebas dari segala bahaya.
2. Asaññasatta: Alam kehidupan bagi Brahma yang bertumimbal lahir dalam wujud materi berasal dari perbuatan saja (kammajarūpa). Dalam alam ini sama sekali tidak ada unsur batiniah. Kelahiran di alam Brahma ini terjadi karena pengembangan perenungan yang memacak terhadap unsur batiniah yang menjijikkan sehingga tak menghasratinya (saññâvirāgabhāvanā). Karena tidak di lengkapi dengan unsur-unsur batiniah, di alam ini sama sekali tidak ada kesempatan untuk mengembangkan kebajikan. Mahluk-mahluk yang terlahirkan secara jasmaniah hanya sekedar menghabiskan akibat perbuatan lampaunya. Delapan jenis suciwan tidak akan terlahirkan di alam ini. bersambung..............
nice share..menambah info tentang 31 alam .
BalasHapusThanks a lot for your useful sharing.
BalasHapus