Dalam ajaran
agama Buddha,
Sang Buddha bukanlah Tuhan dalam agama Buddha yang bersifat non-teis (yakni, pada umumnya tidak mengajarkan keberadaan
Tuhan sang pencipta, atau bergantung kepada Tuhan sang pencipta demi dalam usaha mencapai pencerahan; Sang Buddha adalah pembimbing atau
guru yang menunjukkan jalan menuju
nirwana).
Pandangan umum tentang
Tuhan menjelaskan suatu keberadaan yang tidak hanya memimpin tetapi juga menciptakan
alam semesta. Pemikiran dan konsep tentang inilah yang sering diperdebatkan oleh banyak Buddhis dalam perpecahan
agama Buddha. Dalam agama Buddha, asal muasal dan penciptaan alam semesta bukan berasal dari Tuhan, melainkan karena
hukum sebab dan akibat yang telah disamarkan oleh
waktu. Bagaimanapun, beberapa
Sutra Mahayana tertentu (seperti
Sutra Nirwana dan
Sutra Teratai) dan terutama
tantra-
tantra tertentu seperti
Kunjed Gyalpo Tantra memberikan menunjukkan bahwa sikap memandang
Buddha yang maha hadir, mempunyai intisari yang membebaskan dan abadi kenyataan dari segala benda, sampai sejauh ini, boleh dibilang sudah mendekati pandangan Tuhan sebagai segalanya.
Pemikiran sebagai "Sang Pencipta"
Dalam
agama Buddha, tidak ada makhluk sakti yang menjadi pencipta segalanya.
Buddha Gautama menyatakan bahwa pemikiran kitalah yang telah menjadikan dunia ini. Sang Buddha menganggap buah pikiran sebagai pencipta. Kita adalah buah pikiran kita sendiri.
“ |
- Semuanya tentang kita muncul dari pemikiran kita sendiri.
- Dengan buah pikiran kita, kita menciptakan dunia kita.
(Dhammapada, 1.1-3)
| ” |
[sunting] Tuhan sebagai perwujudan pikiran
Salah satu dari
Mahayana Sutra, yaitu
Lankavatara Sutra, menyatakan konsep Tuhan yang berdaulat, atau
Atman adalah
imajinasi belaka atau perwujudan dari pikiran dan bisa menjadi halangan menuju kesempurnaan karena ini membuat kita menjadi terikat dengan konsep Tuhan Maha Pencipta:
“ |
- Semua konsep seperti sebab, pelanjutan, atom, unsur-unsur dasar, yang membuat kepribadian, jiwa pribadi, roh sakti, Tuhan yang berdaulat, pencipta, adalah imajinasi belaka dan perwujudan dari pemikiran manusia.
- Tidak, Mahamati, doktrin Tathágata dari rahim ke-Tathágata-an tidaklah sama dengan filosofi Atman.
| ” |
Selain daripada Tuhan sebagai persona pencipta,
sutra menyebutkan tentang "Pemikiran Kreatif", dan juga konsep sebagaimana apa adanya (
tathata = kebenaran dari segalanya adalah sebagaimana apa adanya), yang didefinisikan sebagai:
“ | Sebagaimana apa adanya dapat dikarakterisasikan sebagai Kebenaran, Kenyataan, Pengetahuan eksak, batas, sumber, keberadaan diri, Yang Tidak Dapat Diperoleh.
(Suzuki, Lankavatara Sutra, p. 198).
| ” |
Dalam pernyataan tersebut terdapat banyak petunjuk-petunjuk
supranatural dan kemuliaan yang tak terbantahkan.
Terlebih lagi, sutra yang sama juga menanggap
Buddha menungkapkan bahwa dia adalah "Seorang Yang Tidak Dikenal", yang sebenarnya diungkapkan ketika semua manusia memproyeksikan konsep dari keTuhanan kemudian bercakap-cakap dengan "
Tuhan" oleh pemikiran mereka yang belum terbangun. Buddha berkata bahwa begitu banyak nama untuk keberadaan yang paling hebat atau kebenaran pada kenyataannya merupakan aksi penamaan dirinya yang membodohi orang. Dia menyatakan:
- Kasus yang sama boleh dinyatakan kepada aku ketika aku hadir dalam dunia kesabaran di hadapan orang-orang yang bodoh dan dimana aku dikenal dengan sejuta nama-nama yang tak terhitung.
- Mereka memanggil aku dengan nama-nama yang berbeda tidak menyadari itu semua merupakan nama-nama dari satu Tathagatagarbha.
- Beberapa mengenal saya sebagai matahari, sebagai bulan; beberapa sebagai hasil reinkarnasi dari orang-orang bijak; beberapa sebagai "10 kekuatan"; beberapa sebagai Rama, beberapa sebagai Indra, dan beberapa sebagai Baruna. ada pula yang memanggil saya sebagai "Yang Tak Terlahirkan", sebagai "Kehampaan", sebagai "Apa adanya", sebagai "Kebenaran", sebagai "Kenyataan", sebagai "Prinsip Terakhir"; masih ada juga yang memanggil saya sebagai Dharmakaya, sebagai Nirwana, sebagai "Yang Abadi"; beberapa ada yang menyebutkan saya sebagai kesatuan, sebagai "Yang tidak ada duanya", sebagai "Yang tidak akan mati", sebagai "Yang tak berbentuk"; beberapa menganggap saya sebagai doktrin atau penyebab Buddha, atau sebagai emansipasi, atau sebagai Jalan Kemuliaan; beberapa juga menganggap saya sebagai pemikiran yang mulia dan kebijaksanaan yang mulia.
- Demikian dalam dunia ini dan dalam dunia lain, aku dikenal dengan nama-nama yang tak terhitung jumlahnya, tapi mereka melihat aku seperti bayangan bulan di air. Walaupun mereka menghormati, memuji dan menyembah aku, mereka tidak mengerti sepenuhnya arti dan akibat dari kata-kata yang mereka ucapkan; tanpa mengerti kenyataan diri dari kebenaran, mereka bergantung kepada kata-kata dari buku peraturan mereka, atau dari apa yang mereka dengar, atau apa dari yang mereka bayangkan, dan gagal untuk mengetahui bahwa nama yang mereka pakai tidak lain adalah satu nama dari sekian banyak nama Tathagatagarbha.
- Dari penelitian mereka, mereka mengikuti kata-kata hampa dari teks dengan sia-sia tanpa mengerti arti sebenarnya, bukannya berusaha untuk memiliki kepercayaan dalam "teks", dimana kenyataan yang mengkonfirmasikan diri sendiri mengungkapkan dirinya yaitu memiliki kepercayaan diri dalam perwujudan kebijaksanaan yang mulia.
Dalam sutra bagian
Sagathakam (yang berisi peryataan yang berkebalikan dengan bab-bab sebelumnya), juga menyebutkan kenyataan dari diri yang murni (atman), yang (tidak sama dengan
atman dalam
agama Hindu) disamakan dengan
Tathagatagarbha (Intisari-Buddha):
“ | Atma (diri) dikarakterisasikan dengan kemurnian adalah keadaan dari perwujudan diri sendiri; ini adalah Tathagatagarbha, yang tidak dapat diteorikan. | ” |
Tathagatagarbha terletak di dalam
Sutra Lankavatara yang dikenal sebagai akar dari kesadaran penuh semua makhluk hidup, yaitu
Alaya-vijnana.
Tathagatagarbha-Alayavijnana ini dinyatakan tidak dapat dispekulasikan, tetapi dapat dimengerti secara langsung dengan
“ | Bodhisatva-Mahasattvas (Bodhisattva Agung) yang seperti engkau [Mahamati] diberkati dengan daya pemikiran yang menembus logika, halus, baik, dan yang pengertiannya sesuai menurut arti sebenarnya... | ” |
Matrix Buddha yang mengandung segala (
Tathagatagarbha) atau basis dari kesadaran universal (
Alayavijnana) memiliki hubungan dengan konsep kemuliaan yang menaruh
Alayavijnana sebagai kenyataan di belakang dan dalam semua makhluk hidup. "Diri" ini terletak di dalam naskah Buddha
Mahayana dan
tantra-
tantra yang disamakan dengan asal, unsur dasar dari Buddha kosmik yang mengandung segalanya (dianggap sebagai Samantabhadra atau Mahavairochana). "Tuhan" dalam konteks tersebut kemudian dimengerti sebagai makhluk mental
spiritual yang pandai dan abadi dalam seluruh alam semesta yang terlihat dan yang tak terlihat.
http://id.wikipedia.org/wiki/Tuhan_dalam_agama_Buddha
Terimakasih atas kunjungannya, salam kenal dan salam persahabatan... ^_^
BalasHapus