Buddhistzone.com - Sebuah perusahaan tambang tembaga China telah menemukan patung Buddha kuno 2.600 tahun di sebuah biara yang tertanam di Afganistan.
Sejumlah arkeolog bergegas menyelamatkan benda peninggalan abad 7 SM itu dari sebuah situs yang dikenal sebagai Jalan Sutera penghubung Asia dan Timur Tengah.
Beberapa peninggalan bersejarah tersebut meliputi sebuah biara dan sejumlah kuil yang dikenal dengan nama 'stupa'.
Benda-benda peninggalan itu ditemukan oleh para penambang dari Metallurgical Group Corp China (MCC).
Situasi ini menggambarkan kenangan pada patung Buddha Bamiyan - patung setinggi 180 m di Afganistan tengah yang telah dihancurkan oleh penguasa Taliban pada 2001, karena dianggap sebagai simbol paganisme (sembah berhala).
"Tak seorangpun yang ingin disalahkan karena dengan cara serupa dapat merusak sejarah di Mes Aynak, provinsi Logar timur. MCC mulai melakukan penambangan yang rencananya berakhir pada 2011, namun atas kelonggaran pemerintah Kabul, pekerjaan tersebut akan diperpanjang hingga tiga tahun mendatang, memberikan peluang bagi para arkeolog untuk melakukan penggalian penyelamatan," kata Seorang arkeolog Afganistan berdiri di sebelah kaki patung Buddha yang ditemukan di Mes Aynak.
Para arkeolog yang bekerja di situs itu sejak Mei mengatakan bahwa tidak akan cukup waktu untuk melakukan penggalian secara sempurna.
Komplek biara yang digali itu mengungkap adanya beberapa lorong dan sejumlah ruangan dengan hiasan dinding serta beberapa patung Buddha berbaring dan berdiri dengan tinggi hingga 10 kaki.
Sebuah area yang dulunya merupakan halaman, dihiasi dengan stupa berdiri dengan ketinggian empat hingga lima kaki.
Patung Buddha dari kayu ini diperkirakan berusia sekitar 1.400 tahun, ditemukan selama penggalian pada biara Buddha 2.600 tahun. Lebih dari 150 patung ditemukan, namun banyak diantaranya yang masih menempel di tempat karena tim tidak memiliki bahan kimia untuk memisahkannya.
"Situs ini sangat besar dan dibutuhkan waktu hingga 10 tahun demi kepentingan arkeologi," ujar Laura Tedesco, seorang arkeolog Amerika Serikat yang ditugaskan di Afganistan. "Tiga tahun hanya cukup untuk mendokumentasikan apa yang ada di sana."
Philipe Marquis, seorang arkeolog Perancis mengatakan upaya penggalian ini dilakukan sedikit demi sedikit mengingat kurangnya dana dan jumlah personil.
Tim berharap dapat mengangkat beberapa kuil dan patung yang lebih besar sebelum musim dingin tiba bulan ini, namun mereka masih belum memiliki derek dan perlengkapan lain yang dibutuhkan.
"Ini mungkin salah satu titik terpenting di sepanjang Jalan Sutera," ujar Marquis. "Apa yang yang ditemukan pada situs ini, semestinya cukup untuk mengisi museum nasional Afganistan."
Mes Aynak terletak 20 km di sebelah selatan Kabul, provinsi yang masih dianggap sebagai rute transit utama bagi para pemberontak yang datang dari Pakistan.
Juli lalu, dua pelaut AS diculik dan dibunuh di Logar. Sekitar 1.500 polisi Afganistan berjaga-jaga di lokasi tambang dan ruas-ruas jalan.
Situs religius Mes Aynak, merupakan sumber tembaga sejak beberapa abad lalu - Mes dalam bahasa daerah setempat berarti 'tembaga'.
Sepanjang sejarah, rakyat menambang tembaga untuk menghiasi patung-patung dan sejumlah kuil Buddha.
Situs arkeologi Mes Aynak, Afganistan, telah dikenal sejak 1960-an, namun tidak pernah digali.
Ketika China menang kontrak untuk mengeksploitasi tambang itu tahun 2008, tidak ada diskusi tentang peninggalan bersejarah tersebut, hanya ada uang, keamanan, pembangunan rel pengangkut tembaga dari bukit berdebu tersebut.
Tambang tersebut merupakan sumber perekonomian utama bagi Afganistan. Mengembangkan tambang dan infrastruktur transportasi terkait akan menghasilkan pekerjaan yang sangat dibutuhkan bagi kelangsungan perekonomian.
Waheedullah Qaderi, salah seorang pejabat pada Departemen Pertambangan yang ditugaskan di bidang kepurbakalaan, mengatakan "MCC telah memberi kesempatan kepada pemerintah untuk melindungi warisan sejarah dan melakukan penggalian sesegera mungkin."
Join Facebook kami di http://www.facebook.com/buddhistzone
Tidak ada komentar:
Posting Komentar