SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA
31 Alam bag 9
Rupadhatu / Rupaloka ini adalah alam dimana makhluk-makhluk merasa senang karena kebahagiaan Jhana ( Kegembiraan Luar Biasa ), yang dicapai dengan melepaskan nafsu keinginan indria. Jika seseorang ingin terlahir dalam “Rupadhatu” atau “Rupabrahma”, maka ia harus melepaskan keduniawian, mengikis nafsu indria, dan kemu...dian hidup bertapa untuk mencapai “Jhana” :
1. Petapa yang berhasil mencapai Jhana I dan jika ia pertahankan hingga saat kematiannya ( ketika detik-detik meninggal ia tetap teguh dalam samadhi di Jhana I ), maka ia akan terlahir di alam Brahma tingkat 1, 2, dan 3.
2. Petapa yang berhasil mencapai Jhana II dan jika ia pertahankan hingga saat kematiannya ( ketika detik-detik meninggal ia tetap teguh dalam samadhi di Jhana II ), maka ia akan terlahir di alam Brahma tingkat 4, 5, dan 6.
3. Petapa yang berhasil mencapai Jhana III dan jika ia pertahankan hingga saat kematiannya ( ketika detik-detik meninggal ia tetap teguh dalam samadhi di Jhana III ), maka ia akan terlahir di alam Brahma tingkat 7, 8, dan 9.
4. Petapa yang berhasil mencapai Jhana IV dan jika ia pertahankan hingga saat kematiannya ( ketika detik-detik meninggal ia tetap teguh dalam samadhi di Jhana IV ), maka ia akan terlahir di alam Brahma tingkat 10, 11, dan 12 ( dimana alam Brahma ke-12 ini, dibagi lagi menjadi 5 alam , baca kembali “Rupadhatu” ).
Untuk alam Brahma ke-12, Suddhavasa ( beserta kelima alam turunannya ), yaitu “ Tempat Kediaman Sejati “, adalah alam khusus para Anagami ( Yang Tak Pernah Kembali, baca kembali “Ketuhanan Yang Maha Esa Dalam Buddhisme “ ), makhluk biasa tidak dilahirkan dalam keadaan ini. Sehingga, untuk bisa terlahir dialam ini harus mencapai Jhana keempat dan telah mendapat “magga” sampai anagami. Untuk mencapai Anagami, seseorang harus melenyapkan kelima belenggu sebagai berikut ini :
1. Pandangan sesat tentang adanya pribadi, jiwa, atau “AKU” yang kekal ( sakkaya-ditthi ).
2. Keragu-raguan yang skeptis pada Buddha, Dhamma, Sangha, dan tentang kehidupan yang lampau dan kehidupan yang akan datang, juga keraguan kepada hukum sebab-akibat ( vicikiccha ).
3. Kemelekatan pada suatu kepercayaan bahwa hanya dengan melaksanakan aturan-aturan dan upacara keagamaan seseorang dapat mencapai kebebasan ( silabbata-paramasa ).
4. Nafsu indriya ( kama-raga ).
5. Dendam dan dengki ( vyapada ).
CIRI-CIRI PARA “BRAHMA”
Para Brahma hidup di alam Rupadhatu. Yang membedakan dengan alam surga dilingkup-keindriaan / Kamadhatu adalah, bahwa dialam Rupadhatu bentuk-bentuk materi yang kasar telah lenyap, yang ada adalah bentuk-bentuk materi yang lebih halus, jauh lebih halus daripada dewa apapun yang terdapat di Kamadhatu.
Penghuni Rupadhatu juga merupakan dewa, hanya, untuk membedakan dengan para dewa Kamadhatu, mereka disebut : Brahma. Waktu hidup / umur para Brahma jauh lebih lama dibanding para dewa Kamadhatu. Di ala mini, nafsu-nafsu indria sudah mereda, termasuk nafsu sexual.
Di alam Rupadhatu ini sudah mulai tidak terdapat perbedaan jenis kelamin. Brahma, yang meskipun disebut sebagai “BAPA” Alam-Semesta, “BAPA” dari semua makhluk, tidaklah tepat jika dinyatakan berjenis kelamin laki-laki, karena dialam Brahma ini, sudah tidak terdapat laki-laki maupun perempuan. Ini sekaligus untuk menjawab kebingungan para ummat samawi, “Apakah jenis kelamin Bapa kita di surga ? Apakah Bapa seorang laki-laki, atau perempuan ? “ Jawabannya, “Bukan Laki-laki , bukan pula perempuan “. Sesungguhnya, jauh sebelum Kristus lahir, jauh sebelum Nabi Muhammad lahir, bahkan jauh sebelum Sang Buddha lahir, orang-orang India kuno telah mengenal “Bapa-Yang-Kekal-Abadi” yang berdiam dalam “Kerajaan-Surga”, yaitu di alam “Brahma” tersebut. Brahma inilah “Bapa” yang dikenal oleh ummat manusia hingga sekarang ini.
Mengapa ummat manusia bisa salah paham sehingga menyebut ada “Bapa” dari segenap alam semesta ini ? Karena Brahma mempunyai usia yang panjang, dimana Maha Brahma tersebut berusia 1 Asankheyya Kappa, dimana 1 A.K tersebut = 20 Antara Kappa, dan 1 Kappa adalah satu siklus dunia, , dan usia Maha Brahma adalah sama dengan 20 kali siklus dunia. Beberapa sarjana menyatakan 1 Asankheyya Kappa ini jika ditulis dalam Aljabar maka sama dengan angka satu ( 1 ) diikuti 140 angka “nol” ( 0 ), atau 10 pangkat 14 ( Coba dituliskan sendiri, hehehehe… ). Jadi 1 A.K. adalah sepanjang 10 pangkat 14 tahun, jauh diatas hitungan “jutaan-trilyun” tahun.
Kemudian, seperti apakah Brahma ini ? Brahma memiliki tubuh yang sangat halus, tidak semua orang bisa bertemu Brahma, bisa meninjau alam Brahma. Bila dilihat dengan mata batin / mata daging seseorang yang sudah melatih Sila, Samadhi, Panna dan telah mencapai tataran Jhana-Jhana dalam Samadhi, maka Brahma ini bertubuh transparan, sangat transparan, diliputi cahaya putih, terang, gemerlapan dan sinarnya mampu menerangi bahkan satu desa, satu kota, sangat terang dan menyilaukan ! . Itulah makanya tidak semua orang, tidak semua spiritualis bisa bertemu yang dikenal dengan “Bapa-Di-Sorga” ini. Jika anda ingin mencapai alam Brahma, dan melihat para Brahma, maka anda harus mensucikan diri, melepaskan nafsu keduniawian, dan senantiasa bersamadhi hingga berhasil mencapai Jhana, jika tidak, maka adalah dusta jika seseorang menyatakan mampu melihat Brahma. Brahma ini berbeda dengan para Dewa dari Kamadhatu, berbeda dengan Kanjeng Ratu Kidul, berbeda dengan Kwan-Kong, dan lain-lain Dewa Kamadhatu.
Alam Rupaloka / Rupadhatu / Rupabhumi ini terdiri dari enam belas ( 16 ) alam menurut Jhana atau Kegembiraan Luar Biasa yang terlatih. Mereka adalah :
1. Tiga alam bagi peraih Jhâna pertama (pathama jhana bhumi),
2. Tiga alam bagi peraih Jhâna kedua (dutiya jhana bhumi),
3. Tiga alam bagi peraih Jhâna ketiga (tatiya jhana bhumi),
4. Dua alam bagi peraih Jhâna keempat (catuttha jhana bhumi),
5. Dan lima alam Suddhâvâsa.
a). Alam Jhana Pertama ( Pathama Jhana Bhumi );
1. Pârisajjâ: alam kehidupan bagi Brahma pengikut ( dewan-dewan Brahma ) , yang tidak memiliki kekuasaan khusus, usia mereka sepanjang 1/3 Asankkheyya Kappa.
2. Purohitâ: alam kehidupan bagi brahma penasihat ( para menteri Brahma ), yang berkedudukan tinggi sebagai pemimpin dalam kegiatan-kegiatan, usia mereka mencapai ½ Asankkheyya Kappa.
3. Mahâbrahmâ: alam kehidupan bagi Brahma yang memiliki kebajikan khusus yang besar. Usia mereka mencapai 1 Asankkheyya Kappa.
Yang tertinggi dari tiga pertama ini adalah : Maha Brahma. Maha Brahma ini memiliki muka empat, oleh karenannya masyarakat Tionghoa menyebutnya “Se Mien Fuo”, atau Buddha berwajah Empat, meskipun sesungguhnya Maha Brahma bukanlah seorang Buddha.
Disebut “Maha-Brahma: karena penghuni Alam Maha-Brahma ini melebihi yang lain dalam kebahagiaan, keindahan, dan batas usia karena kebaikan hakiki dari perkembangan batin mereka.
b).Alam Jhana Kedua ( Dutiya Jhana Bhumi );
4. Parittâbhâ: alam kehidupan bagi Brahma yang bercahaya lebih sedikit / kurang bercahaya daripada brahma yang berada di atasnya. Usia mereka mencapai 2 A.K.
5. Appamânabhâ: alam kehidupan bagi Brahma yang bercahaya cemerlang nirbatas ( tanpa batas ). Usia mereka mencapai 4 A.K.
6. Âbhassarâ: alam kehidupan bagi Brahma yang bersinar / bercahaya menyebar luas dari tubuhnya. Usia mereka mencapai 8 Maha Kappa.
c).Alam Jhana Ketiga ( Tatiya Jhana Bhumi ) ;
7. Parittasubhâ: alam kehidupan bagi Brahma yang bercahaya indah tapi lebih sedikit daripada brahma yang berada di atasnya. Usia mereka mencapai 16 Maha Kappa.
8. Appamânasubhâ: alam kehidupan bagi Brahma yang bercahaya indah nirbatas ( tanpa batas ). Usia mereka mencapai 32 Maha Kappa.
9. Subhakinhâ: alam kehidupan bagi Brahma yang bercahaya indah di sekujur tubuhnya, dengan cahaya yang tetap cemerlang tanpa sedetikpun surut. Usia mereka mencapai 64 Maha Kappa.
d).Alam Jhana keempat ( Catuttha Jhana Bhumi ) ;
10).Vehapphala – Alam para Brahma dengan pahala yang besar / sempurna, terbebas dari segala bahaya. Usia makhluk di alam ini mencapai 500 Maha Kappa.
11).Asannasatta – Alam para makhluk tanpa pikiran. Dalam alam ini sama sekali tidak ada unsur batiniah. Kelahiran di alam ini terjadi karena pengembangan perenungan yang memuncak terhadap unsur batiniah yang menjijikkan sehingga makhluk ini tak menginginkannya lagi (saññâvirâgabhâvanâ). Usia makhluk di alam sama dengan alam Vehapphala, yakni mencapai 500 Maha Kappa. Dialam Asannasatta ini makhluk-makhluk dilahirkan tanpa suatu kesadaran.Disini hanya terjadi perubahan jasmaniah secara terus menerus. Pikiran untuk sementara dihentikan ketika kekuatan Jhana berlangsung. Dengan kekuatan meditasi sangat mungkin untuk memisahkan jasmani dan pikiran seperti dalam alam ini. Karena tidak dilengkapi dengan unsur-unsur batiniah, di alam ini sama sekali tidak ada kesempatan untuk mengembangkan kebajikan. Makhluk-makhluk yang terlahirkan secara jasmaniah hanya sekadar menghabiskan akibat perbuatan lampaunya.
12).Suddhavasa – secara harafiah artinya, Tempat Kediaman Sejati. Suddhâvâsabhûmi adalah suatu alam kehidupan bagi mereka yang telah terbebas dari nafsu birahi (kâmarâga), keserakahan, kebencian, ikatan terhadap upacara-upacara keagamaan, dan lain sebagainya, yaitu para Anâgâmî ( Yang Tak Pernah Kembali ) yang berhasil meraih pencerapan Jhâna kelima. Makhluk-makhluk lain yang belum mencapai kesucian tingkat Anâgâmî, meskipun berhasil meraih pencerapan Jhâna kelima, tidak akan terlahirkan di alam ini. Di sinilah para Anâgâmî akan meraih kesucian tingkat Arahatta. Para Bodhisatta tidaklah pernah terlahirkan di alam ini sebab makhluk-makhluk yang terlahirkan di alam ini tidak akan terlahirkan kembali di alam-alam lain yang lebih rendah dari ala mini ( alam Jhana V sub-bagian dari alam Rupaloka ) . Kadangkala, ketika tidak ada Buddha yang muncul dalam kurun waktu yang lama, alam ini kosong melompong tanpa penghuni.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar