SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA


Jumat, 14 Oktober 2011

Kisah-kisah keberadaan Mahluk Peta/Hantu

                                                  BAB II   BUNUH  DIRI

                         WHO Waspadai Meningkatnya Kasus Bunuh Diri dan 
                                                    Penderita Stress


WHO mengingatkan  dampak krisis  keuangan global  pada kondisi kesehatan mental  masyarakat dunia. Menurut  WHO, krisis keuangan global  yang terjadi saat ini, bisa membuat  banyak orang mengalami depresi, stress, gangguan kejiwaan  dan mudah putus asa.

Hal tersebut disampaikan Direktur WHO, Margaret Chan dalam pertemuan dengan pada pakar kesehatan mental pada kamis (9/10), "Kita tidak perlu  heran atau meremehkan  goncangan dan kemungkinan  konsekuensi  yang akan timbul dari krisis keuangan  yang terjadi saat ini. Kita akan melihat lebih banyak lagi kasus-kasus orang yang terkena stress, gangguan  mental bahkan sampai bunuh diri, "kata Chan"

Peryataan Chan di perkuat dengan hasil temuan American   Psychological Association yang di rilis Selasa kemarin, bahwa  delapan dari sepuluh orang Amerika  mengatakan kondisi  Ekonomi menjadi sumber  utama stress dalam kehidupan mereka.

Lebih lanjut Chan mengatakan, mereka yang rawan terkena  gangguan mental akibat  krisis keuangan global  adalah masyarakat  yang tinggal di negara-negara  dengan pendapatannya rendah  hingga menengah. Ia juga mengingatkan kemungkinan kecenderungan  seseorang  melakukan bunuh diri  karena mengalami  kesulitan ekonomi  apapun  latar belakang status finasialnya.

"Ada bukti yang jelas  bahwa tindakan  bunuh diri  ada kaitannya  dengan bencana keuangan. Saya tidak sedang  membicarakan   tentang  para jutawan  yang lompat  keluar jendela  tapi saya sedang  membicarakan kalangan masyarakat yang miskin," kata Benedetto Saraceno, direktur  WHO  yang membidangi  kesehatan mental  memperkuat  peryataan Chan.

Dan sejak krisis keuangan melanda AS, dilaporkan telah terjadi sejumlah kasus usaha bunuh diri di kalangan masyarakat AS. Senin kemarin, kepolisian  Los Angeles  menerima laporan  kasus seorang manager  keuangan berusia  45 tahun yang menembak mati lima anggota keluarganya, sebelum akhirnya menembak  dirinya sendiri akibat  krisis keuangan yang dialaminnya.

Karthik Rajaram, pelaku penembakan yang sudah menganggur selama berbulan-bulan  dalam surat  yang di tulisnya mengatakan, dia berminat membunuh seluruh  keluarganya setelah krisis  keuangan di Wall Street  yang membuatnya  kehilangan semua simpanannya yang tersisa.

Semingggu  sebelum  peristiwa ini terjadi, seorang perempuan lansia berusia 90 tahun di Ohio, juga bunuh diri  dengan menembak dirinya sendiri setelah terancam di usir dari rumah  yang sudah di huninya selama 38 tahun

Tingkat  depresi  dan tindakan  bunuh diri, berdasarkan hasil studi kerap meningkat ketika terjadi krisis ekonomi yang buruk. Studi yang di lakukan  ketika terjadi perubahan  ekonomi antara tahun 1972 dan 1991
membuktikan bahwa kasus bunuh diri  rata-rata meningkat  2 persen  ketika situasi ekonomi makin memburuk. (In/iol)


                        Kisah Bocah SD Gantung  Diri Gara-Gara Tak Mampu Bayar SPP

SURABAYA- Gara-gara tidak mampu membayar SPP, Miftahul Jannah  nekat mengakhiri  hidupnya dengan gantung diri, Selepas magrib, bocah 13 tahun yang tinggal di Kelurahan  Karang Semande. Kecamatan  Karang  Malang, Balong  Panggang, Gresik, itu menggantungkan setagen  sepanjang  395 cm warna putih di lehernya.

Kejadian  yang berlangasung  di kamar korban itu di ketahui kali pertama  oleh Selimah, bibi korban. Saat itu Selimah baru saja datang  dari sawah  bersama Weni dan Sami, kakek dan nenek korban. "Saya panggil namanya, tapi kok tidak ada jawaban. Makanya saya lihat kamarnya " tutur Selimah.

Dia sangat terkejut  saat menemukan anak pasangan Sutik-Supriyono (sudah cerai) itu tergantung pada setagaen yang di ikatkan  di plafon rumah itu. Tampa berpikir  panjang, perempuan 24 tahun ini langsung menurukan  korban. Lalu di dudukkan serta di beri minum. maksudnya  agar dia sadar.

"Waktu saya turunkan, korban masih hidup. Tapi napasnya sudah tersengal-sengal," ungkapnya. Hanya tindakan itu membuat bocah  kelas 6 SDN Karang Semade ini malah menemui ajalnya dengan cepat. Mita -nama panggilan Miftahun  Jannah -mati  di pangkuan Sami, neneknya.

Tangis mengiba dari rumah keluarga tersebut  menimbulkan kecurigaan  warga setempat. Para tetangga segera berdatangan kerumah korban. Sementara itu, warga yang lain berinisiatif melaporkan kejadian itu ke polisi.

Tak lama kemudian, aparat dari Polsek Balong Panggang datang dan mengevakuasi  serta melakukan olah TKP. Mayat korban di bawa ke RSU dr.Soetomo. Sebelumnya, jenazah Mita sempat di bawa  ke RSU Bunder Gresik.Hanya keluarganya lalu di serahkan  untuk membawanya ke RSU dr Soetomo untuk otopsi.

Menurut dr Eddy Soeyanto SpF, otopsi di laksanakan sekitar pukul 09.00 Senin. Dari hasil otopsi di ketahui  bahwa  korban di nyatakan bunuh diri. Hanya, tidak terlihat adanya luka iris dileher atau pendarahan di alat kelamin korban. Sebaliknya, ada beberapa luka memar di dada kanan dan kiri korban.

"Luka di leher hanya tampak bila menggunakan tali tampar atau rafia yang tajam. Kalau pakai setagen, lukanya tidak nampak," tuturnya. Sedangkan luka memar di dada korban adalah hasil tindakan  menggoyang-goyangkan dan memukul tubuh korban oleh salah satu keluarga. "Maksudnya untuk menyadarkan korban," imbuhnya.

Sama halnya dengan pemberian air untuk  menyadarkan korban. "Tindakan tersebut malah menutup jalan napas yang telah kurang oksigen," ucap dokter forensik  RSU dr Soetomo ini.

Mengapa Mita bunuh diri ? Atun, adik Sami, mengatakan, korban stress dan bingung  karena tidak punya uang biaya tur yang akan diadakan  sekolahnya. " Kalau tidak bisa bayar, katanya tidak boleh ikut rekreasi dan ambil ijazah," tuturnya.

Ini di ketahui dari surat terakhir yang akan dikirim korban ke orang tuanya di Bali. Surat tersebut  di temukan di tumpukan lemari pakaian korban.

Orang tua korban saat ini memang berada di  Bali  sebagai penjual sayuran di pasar. Mita yang sehari-hari di asuh oleh Weni-Sami mendapat kiriman uang dari Bali, "Hampir dua tahun orang tuanya tidak ke Gresik," ucapnya.

Dari surat itu di ketahui bahwa Mita minta kiriman  uang  Rp. 25.000,- 50.000,- karena uang yang dikirim sebelumnya sudah habis. Mita minta ibunya segera  mengirimkan uang tersebut atau kembali ke Jawa pada bulan 6(Juni).

Mita juga bilang, dia tidak mau kalau harus minta ke Pak De Katiran lagi karena dia bilang tidak punya uang. Mita juga berkeluh kesah kalau sudah tidak kerasan lagi karena sering di marahi emak embah (Wani).

Bahkan, Mita juga sempat marah dan sakit hati ketika emak embahnya berkata bahwa dirinya makan dan tidur tidak membayar. Jadi, Mita tidak usah lagi minta yang macam-macam. Hal tersebut membuat MIta sakit hati.

                           Bunuh Diri Menurut Ajaran Sang Buddha

Menagambil nyawa sendiri dalam keadaan apapun adalah salah satu moral dan spritual. Mengambil nyawa sendiri karena frustasi  atau kekecewaan  hanya menyebabkan  penderitaan yang lebih besar. Bunuh diri adalah jalan  pengecut untuk mengakhiri  masalah dalam kehidupan. Seseorang  tidak akan bunuh diri jika  pikirannya murni dan tenang. Jika seseorang  meninggalkan dunia ini dengan pikiran yang bingung  dan frustasi, rasanya  tidak mungkin ia akan terlahirkan kembali dalam kondisi  yang lebih baik.
Bunuh diri adalah tindakan  yang tidak sehat  karena hal ini di dorong  oleh pikiran  yang penuh dengan keserakahan, kebencian  dan yang paling utama, kegelapan batin. Mereka yang melakukan  bunuh diri  belum belajar  bagaimana menghadapi masalah mereka, bagaimana menghadapi kenyataan  hidup dan bagaimana menggunakan pikiran  mereka dengan cara yang benar. Orang demikian belum mampu memahami sifat kehidupan dan kondisi duniawi.

Beberapa  orang mengorbankan  hidupnya untuk alasan yang mereka anggap baik dan mulia. Mereka  mengambil nyawa  sendiri dengan cara-cara  seperti pengorbanan diri sendiri, menembakkan peluru. Atau mogok makan. Tindakan-tindakan  demikian mungkin  tergolong berani  dan bernyali. Bagaimanapun, dari sudut  pandangan ajaran Buddha, tindakan demikian tidak dapat di maklumi. Sang Buddha  telah menunjukkan dengan jelas  bahwa keadaan pikiran bunuh diri  mengarah pada penderitaan  lebih lanjut. Seluruh sikap ini sekali lagi membuktikan betapa ajaran Sang Buddha adalah agama yang positif dan mendukung kehidupan.

Dalam suatu kesempatan ketika Y.M Bhikkhu Uttamo di tanya tentang masalah bunuh diri yang mempunyai dampak pada kelahiran yang akan datang. Beliau berkata "Dalam salah satu sumber Dhamma di luar Tipitaka memang  pernah disebutkan bahwa perilaku bunuh diri disalah satu kehidupan akan mengkondisikan  ia terlahir  di lingkungan yang memungkinkan dia untuk bunuh diri kembali di berbagai kehidupan yang akan datang."

*Ini mungkin di sebabkan oleh kekuatan kamma buruk. Disebutkan dalam Anguttara Nikaya II, 82 bahwa niat adalah kamma. Demikian  pula dengan niat bunuh diri. Seseorang yang berencana bunuh diri tentunya ada dorongan yang sangat kuat (tekad) dari dalam dirinya  kemungkinan  kekuatan dorongan  inilah yang terus mengikutinya dan mendorongnya untuk terus melakukan bunuh diri lagi. ini bahkan bisa sampai beberapa kehidupan. (penulis)

Renungan
                    Memilih Hidup Yang Bahagia Di Kehidupan Yang  Berikutnya

Orang yang tidak ingin mengalami penderitaan pada kehidupan mendatang  harus mengembangkan pikirannya untuk terbebas dari penderitaan pada kehidupan sekarang.

Bila  berharap untuk tidak terlahir kembali dalam bentuk kehidupan apapun, maka orang tersebutharus mengembangkan  pikirannya sehingga tidak melekat pada sesuatu  apapun dalam kehidupan sekarang ini;  dengan demikianlah baru keinginannya dapat terpenuhi.

Dengan membentuk pikiran yang bahagia tanpa ada perasaan menderita yang muncul pada saat-saat  sebelum meninggal, maka  akan membuahkan  kelahiran  kembali  di alam bahagia  yang tampa penderitaan. Akan tetapi,  membentuk pikiran yang terbebas dari penderitaan. Akan  tetapi, membentuk pikiran yang terbebas dari penderitaan disaat-saat sebelum kematian adalah bukan hal yang mudah dan tidak  dapat dilakukan  dengan segera  apabila  selama hidupnya tidak terbiasa  dengan perasaan  tenang (tidak pernah atau jarang melatih  pikiran agar berada dalam kondisi yang tenang dan netral). 
(dikutip dari buku : Betapa pentingnya kehidupan saat ini ! Somdet Phra Nana Samvara, Sangharaja Thailand)

hal 6
bersambung ke hal 7