SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA


Minggu, 27 Februari 2011

manfaat buah pohon kelapa

Penyakit Yang Dapat Diobati :
Keracunan, Panas dalam, Sakit panas, Demam berdarah, morbili; Influenza, Kencing batu, Sakit saat haid, Cacing kremi, Sakit gigi; Ubanan, Ketombe;
Pemanfaatan :
1. Keracunan
Bahan: 1 butir kelapa hijau;
Cara membuat: dilubangi ujungnya;
Cara menggunakan: Airnya diminum sampai habis.
2. Sakit panas dalam
Bahan: 1 butir buah kelapa hijau dan 1 butir telor ayam kampung
mentah;
Cara membuat: buah kelapa dilubangi ujungnya, telur ayam kampung
yang masih mentah dipecah dan dibuang kulitnya, kemudian
dimasukan ke dalam buah kelapa tersebut;
Cara menggunakan: diminum pada siang hari.
3. Sakit panas
Bahan: 1 gelas air kelapa muda dan 1 sendok madu;
Cara membuat: kedua bahan tersebut dicampur dan diaduk sampai
rata;
Cara menggunakan:
Untuk dewasa: diminum 2 kali sehari, pagi dan sore.
Untuk balita: 2 kali sehari, 1/2 cangkir the;
4. Demam berdarah
Bahan: 1 butir buah kelapa dan 1 butir jeruk nipis;
Cara membuat: buah kelapa dilubangi ujungnya, jeruk nipis diperas
untuk diambil airnya, kemudian air jeruk nipis dimasukan ke dalam
buah kelapa dan diaduk sampai merata;
Cara menggunakan: diminum 2 kali sehari, pagi dan sore.
5. Kencing batu
Bahan: 1 butir buah kelapa hijau dan 1 butir telur ayam kampung
mentah;
Cara membuat: buah kelapa dilubangi ujungnya, telur ayam kampung
yang masih mentah dipecah dan dibuang kulitnya, kemudian
dimasukan ke dalam buah kelapa tersebut.
Cara menggunakan: diminum 2 kali sehari, pagi dan sore.
6. Mengurangi sakit waktu haid
Bahan: 1 gelas air kelapa hijau dan 1 potong gula aren;
Cara membuat: Kedua bahan tersebut dicampur dan diaduk sampai
merata;
Cara menggunakan: diminum 2 kali sehari 1 gelas, pagi dan sore,
selama 3 hari berturut-turut.
7. Influenza
Bahan: 1/4 butir buah kelapa dan 1 rimpang kencur sebesar ibu jari;
Cara membuat: buah kelapa dan kencur diparut, kemudian kedua
bahan tersebut dicampur merata, ditambah 1 gelas air masak dan
diperas untuk diambil airnya;
Cara menggunakan: diminum 1 kali sehari.
8. Morbili
Bahan: 2 helai daun kelapa kering, 1/2 genggam daun korokot, 1/2
rimpang dringo bengle, 1/2 genggam daun petai cina, adas
pulawaras secukupnya;
Cara membuat: semua bahan tersebut ditumbuk bersama sampai
halus;
Cara mengunakan: digunakan sebagai bedak untuk seluruh tubuh si
penderita.
9. Mengusir cacing kremi
Bahan: 1/4 butir buah kelapa dan 1 buah wortel;
Cara membuat: buah kelapa dan wortel diparut, kemudian kedua
bahan tersebut dicampur, ditambah 1 gelas air, diperas dan disaring;
Cara menggunakan: diminum malam hari menjelang tidur.
10. Sakit gigi berlubang
Bahan: tempurung (batok)
Cara membuat: tempurung kelapa dibakar dan minyak yang keluar
di pinggir api diambil dengan kapas dan digulung sebesar lubang
gigi;
Cara menggunakan : dimasukan ke dalam lubang gigi yang sakit.
11. Ubanan
Bahan: 1/2 butir buah kelapa tua , air buah kelapa itu sendiri;
Cara membuat: buah kelapa diparut dan diperas dengan air kelapa
itu sendiri untuk diambil santannya; kemudian air santan tersebut
diberi garam secukupnya dan diaduk sampai merata, kemudian
diembunkan semalam di luar rumah;
Cara menggunakan: Sebagian dari santan tersebut dipergunakan
untuk mengurut bagian yang beruban dan dibiarkan 10 -15 menit,
sebagian santan lagi dipergunakan untuk keramas secara teratur 3
hari sekali.
12. Ketombe
Bahan: 1/2 butir buah kelapa tua dan 1/4 buah nanas, 1 butir jeruk
nipis, 11/2 gelas air kelapa itu sendiri;
Cara membuat: buah kelapa dan nenas diparut untuk diambil
airnya, kemudian semua bahan tersebut dicampur sampai merata
dan disaring;
Cara menggunakan: dipergunakan untuk keramas 5 hari sekali.
Komposisi :
Buah kelapa yang sudah tua mengandung kalori yang tinggi, sebesar 359 kal per 100 gram; daging kelapa setengah tua mengandung kalori 180 kal per 100 gram dan daging kelapa muda mengandung kalori sebesar 68 kal per 100 gram. Sedang nilai kalori rata-rata yang terdapat pada air kelapa berkisar 17 kalori per 100 gram. Air kelapa hijau, dibandingkan dengan jenis kelapa lain banyak mengandung tanin atau antidotum (anti racun) yang paling tinggi. Kandungan zat kimia lain yang menonjol yaitu berupa enzim yang mampu mengurai sifat racun. Komposisi kandungan zat kimia yang terdapat pada air kelapa antara lain asam askorbat atau vitamin C, protein, lemak, hidrat arang, kalsium atau potassium. Mineral yang terkandung pada air kelapa ialah zat besi, fosfor dan gula yang terdiri dari glukosa, fruktosa dan sukrosa. Kadar air yang terdapat pada buah kelapa sejumlah 95,5 gram dari setiap 100 gram.

http://arienz-prabu.blogspot.com/2008_12_01_archive.html

Jumat, 25 Februari 2011

Air Es Lancarkan Metabolisme



segarnya air es ini... (c)xtremefatfighter.com
Air es yang katanya bikin gemuk ternyata memudahkan metabolisme tubuh...
Ingatkah dulu saat masih remaja dan berusia sekitar 20an, Anda dapat mengonsumsi apa saja yang Anda mau tanpa takut berat badan naik. Sekarang dengan usia mendekati paruh baya, hal itu sulit terjadi lagi. Kemungkinan besar ini disebabkan oleh metabolisme tubuh yang kurang lancar karena faktor usia. Namun, jangan khawatir! Ada jalan keluar tepat untuk mengatasi masalah ini.

1. Minum air dingin atau air es ternyata dapat meningkatkan metabolisme tubuh lho. Penemuan kesehatan menyimpulkan bahwa Anda dapat membakar kalori hingga 70 kalori ekstra per hari jika meminum setidaknya 8 gelas air dingin dalam sehari.

2. Beri jeda saat berolahraga. Penelitian di Australia membuktikan bahwa wanita yang memberi jeda saat berolahraga kehilangan lemak 3 kali lebih banyak daripada mereka yang tidak beristirahat sama sekali.

3. Kafein ternyata dapat meningkatkan metabolisme. Sudah dibuktikan oleh sebuah penelitian bahwa peminum kopi memiliki 16% metabolisme yang lebih lancar. Kandungan kafein membuat kinerja jantung lebih baik serta menstimulasi syaraf pusat Anda.

4. Sarapan dengan makanan yang "berat". Telur atau daging bisa jadi pilihan tepat untuk memulai hari Anda. Penelitian terbaru menemukan bahwa sarapan makanan yang berlemak akan mempercepat metabolisme daripada makanan yang rendah lemak atau rendah kalori.

American Journal of Epidemiology juga mengemukakan bahwa orang yang mengonsumsi 22-55% dari total kalori saat sarapan, berat badannya hanya naik sekitar 0,7 kg saja dalam 4 tahun. Tidak terlalu buruk bukan, mengingat orang yang mengonsumsi 0-11% kalori di pagi hari mendapati berat badan mereka naik sebanyak 1,5kg.

5. Minum teh hijau secara rutin. Teh hijau tak hanya kaya akan antioksidan, namun melancarkan metabolisme Anda. Para peneliti menemukan bahwa orang dengan konsumsi teh hijau rutin sebanyak 3-5 cangkir sehari selama 3 bulan akan kehilangan berat badan mereka sebanyak 5%.

6. Hindari mengonsumsi olahan susu terlalu banyak. Kalau bisa pilih yang rendah lemak saja.

Tidak khawatir lagi dengan metabolisme tubuh yang kurang lancar kan? Lakukan tips di atas dan musnahkan lemak yang mengganggu penampilan. (wo/meg)  
 
KapanLagi.com - Oleh: Ivana Okta Riyani

Angka Delapan

Angka delapan itu indah! Mengapa indah? karena angka 8 adalah satu-satunya angka yang tak berawal, tak berujung dan tetap konstan meski harus dibalik ke atas dan ke bawah. Jika kita lihat lebih jauh lagi, angka 8 itu ajaib, tanpa tahu ujung pangkalnya angka 8 memiliki fakta unik. Let's see:
  • 8 adalah salah satu dari 3 bilangan yang bila ditulis terbalik tapi bentuknya tetap sama. Angka yang lain adalah 0 dan 1.
  • 8 Mata angin. Hanya ada 8 arah mata angin yang berlaku universal, yang terdiri dari Utara, Selatan, Barat, Timur, Tenggara, Timur laut, Barat daya, Barat laut.
  • 8 tangga nada. Hanya ada 8 tangga nada yang berlaku universal (do, re, mi, fa, so, la, si, do)
  • 8 gelas setiap hari. Pakar kesehatan berujar minum air putih minimal 8 gelas setiap hari adalah anjuran yang ideal untuk agar terhindar dari dehidrasi, dan membantu metabolisme tubuh. 8 is great, isnt it? :)
  • 8 jenis vitamin B sangat berperan penting dalam metabolisme tubuh.
  • 8 kaki hanya dimiliki oleh laba-laba, kalajengking, dan gurita. Tentu bisa kurang/lebih dari 8 jika mereka mengalami rekayasa genetik atau cedera.
  • 8 adalah dasar sistem bilangan okta yang sangat terkait dengan komputer.
  • 8 sangat unik dalam matematika. Coba kita hitung penjumlahan dengan angka 8 berikut, dan hasilnya sungguh amazing: 1 x 8 + 1 = 9
    12 x 8 + 2 = 98
    123 x 8 + 3 = 987
    1234 x 8 + 4 = 9876
    12345 x 8 + 5 = 98765
    123456 x 8 + 6 = 987654
    1234567 x 8 + 7 = 9876543
    12345678 x 8 + 8 = 98765432
    123456789 x 8 + 9 = 987654321
  • 8 bagi orang China atau sebagian negara di Asia itu adalah angka hoki. Angka 8 tak pernah putus diyakini sebagai angka pembawa kebahagiaan, kemapanan dan kemakmuran yang tak pernah berakhir. 8 juga diyakini membawa keberuntungan ekstra di mana pun angka ini muncul. Thats why, banyak orang China memasukkan unsur 8 di hidup mereka.
sumber :  KapanLagi.com

VASALA SUTTA

Definisi Sang Buddha tentang manusia sampah (spiritual)

Demikian yang telah saya dengar: Pada saat itu Sang Buddha berdiam di dekat Savatthi di Hutan Jeta di vihara Anathapindika. Ketika hari menjelang siang, setelah mengenakan jubah dan mengambil mangkuk, Sang Buddha pergi ke Savatthi untuk mengumpulkan makanan. Pada waktu itu, di rumah brahmana pemuja-api yang bernama Aggika-Braradvaja, api dinyalakan dan benda-benda untuk kurban telah disiapkan.

Kemudian Sang Buddha, yang berjalan dari rumah ke rumah, sampai ke tempat tinggal brahmana itu. Melihat Sang Buddha mendekat, dia berteriak: ‘Berhentilah di situ, hai pertapa gundul. Berhentilah di situ, hai pertapa. Berhentilah di situ, hai manusia sampah!’

Sang Buddha [dengan tenang menjawab]: ‘O, brahmana, dapatkah engkau mengenali manusia sampah? Dapatkah engkau mengetahui hal-hal yang membuat seseorang menjadi sampah?’

‘Memang tidak, O Tuan Gotama, saya tidak dapat mengenali manusia sampah, dan saya tidak mengetahui hal-hal yang membuat seseorang menjadi sampah. Karena itu, Tuan Gotama, akan amat bagus bila engkau menjelaskan padaku mengenai hal ini.’

Sang Buddha [meneruskan]: ‘Baiklah, wahai brahmana, dengarkan baik-baik dan camkanlah kata-kataku ini:

1. Siapa pun yang marah, yang memiliki niat buruk, yang berpikiran jahat dan iri hati; yang berpandangan salah, yang penuh tipu muslihat, dialah yang disebut sampah.2

2. Siapa pun yang menghancurkan kehidupan, baik burung atau binatang, serangga atau ikan, yang tidak memiliki kasih sayang terhadap kehidupan ….

3. Siapa pun yang merusak atau agresif (suka menyerang) di kota dan di desa dan dikenal sebagai perusak atau penjahat yang kejam ….

4. Siapapun yang mencuri apa yang dianggap milik orang lain, baik yang ada di desa atau hutan ….

5. Siapapun yang setelah berhutang lalu menyangkal ketika ditagih, dan menjawab pedas: ‘Aku tidak berhutang padamu!’ ….

6. Siapa pun yang berkeinginan mencuri walaupun benda tidak berharga, lalu mengambil barang itu setelah membunuh orang di jalan ….

7. Siapapun yang memberikan sumpah palsu untuk kepentingannya sendiri, untuk kepentingan orang lain, atau untuk mendapat keuntungan ….

8. Siapapun yang mempunyai hubungan gelap dengan istri famili atau temannya, baik dengan paksaan atau karena suka sama suka ….

9. Siapapun yang tidak menyokong ayah atau ibunya, yang sudah tua dan lemah, padahal dia hidup dalam keadaan berkecukupan ….

10. Siapa pun yang menyerang atau mencaci-maki ayah, ibu, saudara kandung, atau ibu mertua ….

11. Siapapun yang dimintai nasihat yang baik tetapi malahan mengajarkan apa yang menyesatkan atau berbicara dengan tidak jelas ….

12. Siapapun yang munafik, yang setelah melakukan pelanggaran kemudian ingin menyembunyikannya dari orang-orang lain ….

13. Siapapun yang setelah berkunjung ke rumah orang lain dan menerima keramah-tamahan di sana, tidak membalasnya dengan sikap serupa ….

14. Siapapun yang menipu pertapa, bhikkhu atau guru spiritual lain ….

15. Siapapun yang mencaci-maki dan tidak melayani pertapa atau bhikkhu yang datang untuk makan ….

16. Siapapun, yang karena terperangkap di dalam kebodohan, memberikan ramalan yang tidak benar demi keuntungan yang sebenarnya tak berharga ….

17. Siapapun yang meninggikan dirinya sendiri dan merendahkan orang lain, pongah dalam kesombongannya ….

18. Siapapun yang suka memicu pertengkaran, yang kikir, memiliki keinginan-keinginan jahat, iri hati, tidak tahu malu dan tidak menyesal kalau melakukan kejahatan ….

19. Siapa pun yang menghina Sang Buddha atau siswa-siswanya, baik yang telah meninggalkan keduniawian maupun perumah-tangga biasa ….

20. Siapa pun yang berpura-pura Arahat padahal sebenarnya bukan, dia benar-benar penipu hina terbesar di dunia ini, sampah terendah dari semuanya. Demikian telah kujelaskan siapa yang merupakan sampah.

21. Bukan karena kelahiran orang menjadi sampah. Bukan karena kelahiran pula orang menjadi brahmana (mulia). Oleh karena perbuatanlah orang menjadi sampah. Oleh karena perbuatan pula orang menjadi brahmana.

22. Kini dengarkanlah, akan kuberikan suatu contoh. Ada seorang anak laki-laki dari kasta rendah yang bernama Matanga dari kasta Sopaka.

23. Dia mencapai puncak kejayaan. Dan sesudah itu, para ksatria, brahmana, dan orang-orang lain datang untuk melayaninya.

24. Setelah menghancurkan nafsu-nafsu duniawi, dia memasuki Jalan Mulia dan mencapai alam Brahma. Kasta tidak dapat mencegahnya terlahir di alam surgawi.

25. Para brahmana yang mengenal Veda dengan baik dan terlahir di keluarga yang hafal Kitab Veda, jika mereka kecanduan melakukan perbuatan-perbuatan jahat.

26. Mereka bukan hanya ternoda di dalam kehidupan ini saja; di dalam kehidupan yang akan datang pun mereka akan terlahir di dalam keadaan yang menderita. Kasta tidak dapat mencegah mereka ternoda atau terlahir di dalam keadaan yang menderita.’

27. (Di sini, bait 21 diulang)

Setelah Sang Buddha berbicara, brahmana Aggika Braradvaja berseru : ‘Sungguh menakjubkan, Yang Mulia Gotama, sungguh luar biasa, Yang Mulia Gotama! Sebagaimana orang menegakkan apa yang telah terjungkir balik, atau mengungkapkan apa yang tadinya tersembunyi, atau menunjukkan jalan kepada orang yang tersesat, atau memberikan sinar penerangan di dalam kegelapan, sehingga mereka yang memiliki mata dapat melihat benda-benda, demikian pula Kebenaran telah dijelaskan oleh Yang Mulia Gotama dengan berbagai cara.
‘Oleh karena itu, saya berlindung pada Beliau, pada Dhamma-Nya, dan Sangha-Nya. Saya mohon Yang Mulia Gotama berkenan menerima saya sebagai siswa awam yang sejak saat ini telah menyatakan berlindung pada-Nya seumur hidup!’
Catatan

1. Juga disebut Aggika-Braradvaja Sutta
2. Dari no. 2 sampai 19 setiap bait berakhir dengan pengulangan: ‘dialah yang disebut sampah.’
3. Acuan awal ‘membegal’

http://www.dhammacakka.org/forum/showthread.php?t=5347&goto=nextnewest

Tirokuddha Sutta

Pelimpahan jasa tentunya sudah tidak asing lagi bagi umat Buddha yang
selalu melakukannya setelah melakukan perbuatan baik. Bahkan di zaman
kehidupan Sang Buddha, pelimpahan jasa ini sudah sering dilakukan karena
selain dapat membantu orang lain, juga dapat membawa manfaat bagi diri
kita sendiri.

Sewaktu Raja Bimbisara meminta agar jasa kebajikan pemberian dana kepada anggota Sangha itu dilimpahkan kepada leluhurnya (baca lebih lengkap di post dibawah ini), Sang Buddha mengucapkan syair Tirokudda Sutta sebagai berikut:

Diluar dinding mereka berdiri dan menanti,
dipersimpangan-persimpangan jalan,
mereka kembali kerumah yang dulu dihuninnya,
dan menanti di muka pintu,
tetapi bila diadakan pesta yang meriah,
dengan makanan dan minuman yang berlimpah,
ternyata tidak seorangpun yang ingat,
kepada makhluk-makhluk itu,
yang merupakan leluhur mereka.

Hanya mereka yang hatinya welas asih,

memberikan persembahan kepada sanak keluargannya,
berupa makanan dan minumanyang lezat,
baik dan disukai pad waktu mereka masih hidup

Semoga buah jasa-jasa baik kita,

melimpah kepada sanak keluarga yang telah meninggal,
semoga mereka bahagia.
Sanak keluarga kita yang sedang berkumpul ditempat ini,
dengan gembira akan memberikan restu mereka,
karena diberi makanan dan minuman yang berlimpah.

Semoga sanak keluargaku berusia panjang,

sebab karena merekalah kami memperoleh sesajian yang lezat ini

Karena kami diberi perhormatan yang tulus,

maka yang memberinya pasti akan memperoleh,
buah jasa yang setimpal,
karena disini tidak ada pertanian,
dan juga tidak ada peternakan,
tidak ada perdagangan,
juga tidak ada peredaran uang dan emas.
Sanak keluarga kita yang telah meninggal,
hidup disana dari pemberian kita disini.

Bagaikan air mengalir dari atas bukit,

turun kebawah untuk mencapai lembah yang kosong,
demikian pula sesajian yang diberikan,
dapat menolong sanak keluarga kita yang telah meninggal

Bagaikan sungai, bila airnya penuh,

akan mengalirkan airnya kelaut,
demikian pula sesajian yang diberikan,
dapat menolong sanak keluarga kita yang telah meninggal

“Ia memberikan kepadaku, ia bekerja untukku,

ia sanak keluargaku, ia sahabatku, kerabatku,
memberikan sesajian kepada mereka yang telah meninggal dunia,
dan mengingat kembali kepada apa yang biasa mereka lakukan,
bukan ratap tangis, bukan kesedihan hati,
bukan berkabung dengan cara apapun juga,
untuk menolong mereka yang telah meninggal dunia,
yang dilakukan sanak keluarga yang telah ditinggalkan

Tetapi bila persembahan ini dengan penuih bakti,

diberikan kepada sangha atas nama mereka,
dapat menolong mereka untuk waktu yang panjang,
dikemudian hari maupun pada saat ini

Telah diperlihatkan hakikat sesungguhnya,

Sesajian bagi sanak keluarga,
dan bagaimana penghormatan yang telah bernilai dapat diberikan kepada
mereka,
serta bagaimana para bhikkhu mendapatkan kekuatan,
dan bagaimana anda sendiri dapat menimbun,
buah karma yang baik


Demikian syair dari Tirokudda Sutta yang pernah diucapkan oleh Sang
Buddha. Setelah membaca Sutta ini dengan teliti, kita tentu dapat memetik
manfaat yang besar, yaitu kita tidak seharusnya meratap-tangis, sedih,
berkabung, membakar emas dan perak ataupun memberikan sesajian kepada sanak keluarga atau teman kita yang telah meninggal, tetapi yang dapat membantu mereka hanyalah persembahan yang diberikan kepada Sangha atas nama alm.

''Pada suatu hari, Raja Bimbisara berdana makanan kepada Sang Buddha dan siswa-siswa Beliau. Tapi setelah berdana makan kepada Sang Buddha dan siswa-siswa Beliau, raja lupa melakukan pelimpahan jasa. Raja lupa melimpahkan jasa kebajikannya kepada sanak saudaranya yang terlahir di alam peta, menjadi mahkluk peta selama 92 kalpa. Pada waktu itu raja sibuk memikirkan ”tempat” untuk Sang Buddha dan siswa-siswa-Nya, tempat untuk bervassa.

Malam harinya, Raja Bimbisara tidak bisa tidur, beliau mendengar suara-suara jeritan yang mengerikan, teriakan-teriakan putus asa yang mengerikan. Sepanjang malam raja tidak bisa tidur hingga pagi hari.

Pagi harinya, karena tidak bisa tidur semalam suntuk, maka wajah raja menjadi pucat pasi, beliau terganggu oleh jeritan-jeritan putus asa yang mengerikan, suara-suara jeritan dari alam peta.

Raja pergi menemui Sang Buddha, raja menceritakan pengalamannya mendengarkan suara-suara jeritan putus asa dan bertanya kepada Sang Buddha: ”Bhante, apakah yang akan terjadi pada diri saya dan ciri-ciri apakah itu, yang mengganggu saya sepanjang malam? Apakah ini suatu pertanda yang buruk bagi saya sebagai raja, Bhante?”

Sang Buddha dengan tenang memberi jawaban kepada raja: ”Raja yang agung, tidak akan terjadi apapun pada dirimu raja! Yang terjadi sebenarnya adalah: sanak saudaramu yang terlahir di alam peta menjadi mahkluk peta, selama sembilan puluh dua kalpa, mereka telah lama menunggu dan menurut kamma mereka, sudah waktunya mereka mendapatkan pelimpahan jasa.”

”Kalau demikian halnya, apakah mereka bisa mendapatkan pelimpahan jasa hari ini?” Raja bertanya kepada Sang Buddha. Sang Buddha memberikan jawaban bahwa: ”Hal itu bisa dilakukan hari ini.”

Raja Bimbisara menjadi semangat dan mengundang Sang Buddha serta bhikkhu Saïgha untuk menerima dana makan di istana raja, Sang Buddha menyetujui dengan berdiam diri.

Raja kembali ke istana, memberi instruksi kepada pelayan istana untuk mempersiapkan dana makanan yang besar dan meriah kepada Sang Buddha dan siswa-siswa Beliau. Beraneka makanan dan minuman dipersiapkan oleh raja, juga kain jubah serta tempat tinggal untuk murid-murid-Nya. Setelah semuanya siap, raja mempersilahkan Sang Buddha dan siswa-siswa-Nya memasuki ruang istana.

Ketika sampai di ruang istana raja, Sang Buddha dengan menggunakan kekuatan batin-Nya, mampu membuka tabir sehingga raja bisa melihat mahkluk peta yang jumlahnya ribuan, mereka berdiri berderet-deret dengan tubuh kurus kering tinggal kulit pembalut tulang, urat-urat nadinya menonjol keluar, rambut kusut seperti ijuk – sungguh suatu pemandangan yang mengerikan. Raja merasa kasihan dengan mahkluk-mahkluk peta tersebut.

Oleh karena itu, raja mulai melayani Sang Buddha dengan mempersembahkan air, dengan pikeran: ”Semoga jasa dari mempersembahkan air ini, jasanya melimpah pada sanak saudaraku yang terlahir di alam peta. Ketika air itu disentuh dan diterima oleh Sang Buddha, saat itu juga muncul keajaiban: di alam peta muncul kolam-kolam air yang dalam, persegi empat, airnya jernih, dan di sana juga tumbuh bunga teratai. Raja bisa melihat semua kejadian di alam peta – sekarang mahkluk peta bisa minum sepuasnya dan mandi sepuasnya. Tubuh mahkluk peta sekarang menjadi segar.

Raja menjadi semakin bersemangat, raja kemudian mempersembahkan bubur beras kepada Sang Buddha, ketika bubur beras itu disentuh dan diterima oleh Sang Buddha, maka di alam peta seketika muncul makanan-makanan surgawi yang lezat-lezat. Sehingga tubuh mahkluk peta berubah menjadi segar, sehat dan padat, berisi dan bercahaya. Mahkluk peta telah berubah menjadi mahkluk surgawi, oleh karena itu, raja semakin bersemangat mempersembahkan kain jubah dan tempat tinggal.

Sekarang mahkluk peta berubah menjadi mahkluk dewa dan dewi dengan istana yang megah. Raja merasa puas dengan kemuliaan yang telah dialami oleh sanak saudaranya menjadi dewa-dewi yang cemerlang".
Sabbe sattā bhavantu sukhitattā.
 

Ambaṭṭha Sutta Tentang Ambattha Merendahkan Kesombongan

[87] 1.1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Suatu ketika, Sang Bhagavā sedang mengunjungi Kosala disertai oleh lima ratus bhikkhu, dan ia datang ke suatu desa Brahmana Kosala bernama Icchānankala. Dan Beliau menetap di hutan belantara Icchānankala. Pada waktu itu, Brahmana Pokkharasāti sedang menetap di Ukkhaṭṭha, suatu tempat yang ramai, banyak rumput, kayu, air, dan jagung, yang dianugerahkan kepadanya oleh Raja Pasenadi dari Kosala sebagai anugerah kerajaan lengkap dengan kekuasaan kerajaan.1

1.2. Dan Pokkharasāti mendengar bahwa: ‘Petapa Gotama, putra suku Sakya, yang telah meninggalkan suku Sakya, ... sedang menetap di hutan belantara Icchānankala. Dan sehubungan dengan Yang Terberkahi, telah menyebar berita: ”Yang Terberkahi adalah seorang Arahat, Buddha yang telah mencapai Penerangan Sempurna, sempurna dalam pengetahuan dan perilaku, telah menempuh Sang Jalan dengan sempurna, Pengenal seluruh alam, Penjinak manusia yang harus dijinakkan yang tiada bandingnya, Guru para dewa dan manusia, seorang Buddha, Bhagavā Yang Terberkahi.” Beliau menyatakan kepada dunia ini dengan para dewa, māra, Brahmā, para petapa dan Brahmana bersama dengan para raja dan umat manusia, telah mengetahui dengan pengetahuan-Nya sendiri. Beliau mengajarkan Dhamma yang indah di awal, indah di pertengahan, dan indah di akhir, dalam makna dan kata, dan Beliau memperlihatkan kehidupan suci yang sempurna, murni sepenuhnya. Dan sesungguhnya adalah baik sekali menemui Arahat demikian.’

1.3. Sekarang, pada masa itu Pokkharasāti memiliki seorang murid, pemuda Ambaṭṭha, yang adalah seorang murid Veda, yang mengetahui mantra-mantra, sempurna dalam Tiga Veda, pembabar terampil dari peraturan-peraturan dan ritual-ritual, pengetahuan suara-suara dan makna-makna dan, ke lima, tradisi oral, lengkap dalam filosofi2 dan dalam tanda-tanda3 Manusia Luar Biasa, diakui dan diterima oleh gurunya dalam Tiga Veda dengan kata-kata: ‘Apa yang kuketahui, engkau juga mengetahuinya; apa yang engkau ketahui, aku juga mengetahuinya.’

1.4. Dan Pokkharasāti berkata kepada Ambaṭṭha: ‘Ambaṭṭha, anakku, Petapa Gotama ... sedang menetap di hutan belantara Icchānankala. Dan sehubungan dengan Yang Terberkahi, suatu berita baik telah menyebar .... Sekarang pergilah engkau menemui petapa Gotama dan cari tahu apakah berita ini benar atau tidak, dan apakah Yang Mulia Gotama adalah seperti apa yang mereka katakan atau tidak. Untuk itu, kita akan menguji Yang Mulia Gotama.’

1.5. ‘Guru, bagaimanakah aku mencari tahu apakah berita itu benar atau tidak, atau apakah Yang Mulia Gotama adalah seperti yang mereka katakan atau tidak?’ ‘Menurut tradisi dari mantra kita, Ambaṭṭha, Manusia Luar Biasa yang memiliki tiga puluh dua tanda Manusia Luar Biasa hanya memiliki dua kemungkinan. Jika ia menjalani kehidupan rumah tangga, ia akan menjadi seorang penguasa, seorang Raja pemutar-roda hukum kebaikan,4 penakluk empat penjuru, yang menegakkan keamanan negerinya, dan memiliki tujuh pusaka,5 yaitu: Pusaka-Roda, Pusaka-Gajah, Pusaka-Kuda, Pusaka-Permata, Pusaka-Perempuan, Pusaka-Perumah tangga, dan yang ke tujuh, Pusaka-Penasihat. Ia memiliki lebih dari seribu putra yang adalah pahlawan-pahlawan, bersosok kuat, penakluk bala tentara musuh. Ia berdiam setelah menaklukkan tanah yang dikelilingi oleh lautan tanpa menggunakan tongkat atau pedang, melainkan dengan hukum. Tetapi jika ia meninggalkan kehidupan rumah tangga untuk menjalani kehidupan tanpa rumah, maka ia akan menjadi seorang Arahat, seorang Buddha yang mencapai Penerangan Sempurna, seorang yang menarik selubung dunia.6 Dan, Ambaṭṭha, aku adalah pemberi mantra, dan engkau adalah penerima.’

1.6. ‘Baiklah, Guru.’ Ambaṭṭha menjawab Pokkharasāti, dan ia bangkit, berjalan dengan sisi kanannya menghadap Pokkharasāti, naik ke atas keretanya yang ditarik oleh seekor kuda betina dan, disertai sejumlah pemuda, pergi menuju hutan belantara Icchānankala. Ia berkendara sejauh yang dimungkinkan oleh keretanya, kemudian turun dan melanjutkan dengan berjalan kaki.

1.7. Pada saat itu, sejumlah bhikkhu sedang berjalan mondar-mandir di ruang terbuka. Ambaṭṭha mendekati mereka dan berkata: ‘Di manakah Yang Mulia Gotama sekarang? Kami datang untuk bertemu dengan Yang Mulia Gotama.’

1.8. Para bhikkhu berpikir: ‘Ini adalah Ambaṭṭha, seorang pemuda dari keluarga yang baik dan seorang murid dari seorang Brahmana termasyhur, Pokkharasāti. Bhagavā tidak akan keberatan berbincang-bincang dengan seorang pemuda seperti ini.’ Dan mereka berkata kepada Ambaṭṭha: ‘Itu adalah tempat tinggal Beliau, yang pintunya tertutup. Pergilah dengan tenang ke sana, naiklah ke terasnya tanpa terburu-buru, berdehemlah, dan ketuklah gerendel pintunya. Bhagavā akan membuka pintu untukmu.’

1.9. Ambaṭṭha pergi ke tempat tinggal Sang Bhagavā dan naik ke teras, berdehem, dan mengetuk. Sang Bhagavā membuka pintu, dan Ambaṭṭha masuk. Para pemuda itu masuk, saling bertukar sapa dengan Sang Bhagavā, dan duduk di satu sisi. Tetapi Ambaṭṭha berjalan mondar-mandir sementara Sang Bhagavā duduk di sana, [90] mengucapkan kata-kata sopan yang tidak jelas, dan kemudian berdiri sambil berbicara di hadapan Sang Bhagavā.

1.10. Dan Sang Bhagavā berkata kepada Ambaṭṭha: ‘Baiklah, Ambaṭṭha, apakah engkau juga bersikap seperti ini ketika engkau berbicara kepada para Brahmana yang terhormat dan terpelajar, guru dari para guru, seperti sikapmu pada-Ku, berjalan dan berdiri sementara Aku duduk, dan mengucapkan kata-kata sopan yang tidak jelas?’ ‘Tidak, Yang Mulia Gotama. Seorang Brahmana harus berjalan dengan Brahmana yang berjalan, berdiri dengan Brahmana yang berdiri, duduk dengan Brahmana yang duduk, dan berbaring dengan Brahmana yang berbaring. Tetapi sehubungan dengan para petapa kecil gundul, rendah, kotoran dari kaki Brahma, kepada mereka adalah cukup untuk berbicara seperti yang kulakukan kepada Yang Mulia Gotama.’

1.11. ‘Tetapi, Ambaṭṭha, engkau datang ke sini mencari sesuatu. Apa pun itu yang membuatmu datang ke sini, engkau harus mendengarkan dengan penuh perhatian untuk mengetahuinya. Ambaṭṭha, engkau belum menyempurnakan latihanmu. Keangkuhanmu yang merasa terlatih, bukanlah apa-apa, melainkan hanyalah kurangnya pengalaman.’

1.12. Tetapi Ambaṭṭha marah dan tidak senang disebut tidak terlatih, dan ia memancing kemarahan Sang Bhagavā dengan kutukan dan hinaan. Berpikir: ‘Petapa Gotama membangkitkan kebencianku’, ia berkata: ‘Yang Mulia Gotama, Para orang Sakya adalah orang yang galak, berbicara kasar, mudah marah, [91] dan kejam. Sebagai orang yang berasal rendah, sebagai orang rendah, mereka tidak menghormati, memuliakan, menghargai, memuji, atau memberi hormat kepada para Brahmana. Sehubungan dengan hal ini, adalah tidak pantas ... bahwa mereka tidak memberi hormat kepada para Brahmana.’ Ini adalah pertama kalinya Ambaṭṭha menuduh orang Sakya sebagai orang rendah.

1.13. ‘Tetapi, Ambaṭṭha, apakah yang telah dilakukan orang-orang Sakya kepadamu?’

‘Yang Mulia Gotama, suatu ketika aku pergi ke Kapilavatthu untuk suatu urusan mewakili guruku, Brahmana Pokkharasāti, dan aku datang ke aula pertemuan orang-orang Sakya. Dan pada saat itu, banyak orang-orang Sakya yang duduk di tempat duduk yang tinggi di dalam aula pertemuan mereka itu, saling menepuk satu sama lain dengan jari mereka, tertawa dan bermain-main bersama, dan sepertinya mereka mempermainkan aku, dan tidak ada seorang pun yang mempersilakan aku duduk. Sehubungan dengan hal ini, adalah tidak pantas bahwa mereka tidak memberi hormat kepada para Brahmana.’ Ini adalah ke dua kalinya Ambaṭṭha menuduh orang-orang Sakya sebagai orang rendah.

1.14. ‘Tetapi Ambaṭṭha, bahkan burung puyuh, burung kecil itu, boleh mengatakan apa pun di sarangnya sendiri. Kapilavatthu adalah wilayah Sakya, Ambattha. Mereka tidak pantas menerima penghinaan karena persoalan kecil itu.’

‘Yang Mulia Gotama, ada empat kasta:7 Khattiya, Brahmana, pedagang, dan pekerja. Dan dari empat kasta ini, tiga – Khattiya, pedagang, dan pekerja – semuanya tunduk pada Brahmana. Sehubungan dengan hal ini, [92] adalah tidak pantas bahwa mereka tidak memberi hormat kepada para Brahmana.’ Ini adalah ke tiga kalinya Ambaṭṭha menuduh orang-orang Sakya sebagai orang rendah.

1.15. Kemudian Sang Bhagavā berpikir: ‘Anak muda ini terlalu jauh menghina suku Sakya. Bagaimana jika aku menanyakan nama sukunya?’ Maka Beliau berkata: ‘Ambaṭṭha, dari suku apakah engkau?’ ‘Aku adalah seorang Kaṇhāyanā, Yang Mulia Gotama.’

‘Ambaṭṭha, di masa lalu, menurut orang-orang yang mengingat silsilah para leluhur, suku Sakya adalah majikan, dan engkau adalah keturunan dari seorang budak perempuan dari orang-orang Sakya. Karena orang-orang Sakya menganggap Raja Okkāka sebagai leluhurnya. Pada suatu ketika, Raja Okkāka, yang sangat mencintai permaisurinya, yang ingin mengalihkan kerajaannya kepada putranya, mengusir putra-putranya yang lebih tua dari kerajaan – Okkāmukha, Karaṇḍu, Hatthinīya, dan Sīnipura. Dan orang-orang ini, karena terusir, membangun rumah mereka di lereng Himālaya, di sebelah kolam teratai di mana terdapat hutan pohon ek.8 Khawatir akan mencemari keturunan, mereka menikahi saudara-saudara perempuan mereka sendiri. Kemudian Raja Okkāka bertanya kepada para menteri dan penasihatnya: “Di manakah para pangeran menetap sekarang?” dan mereka memberitahunya. Mendengar berita ini, Raja Okkāka berseru: [93] “Mereka kuat bagaikan kayu jati (sāka), para pangeran ini, mereka adalah Sakya sejati!”9 dan demikianlah bagaimana suku Sakya memperoleh namanya yang termasyhur. Dan Raja itu adalah leluhur dari orang-orang Sakya.’
1.16. ‘Raja Okkāka memiliki seorang budak perempuan yang bernama Dīsa, yang melahirkan seorang bayi hitam. Makhluk hitam, ketika ia lahir, ia berseru: “Cuci aku, ibu! Mandikan aku, ibu! Bebaskan aku dari kotoran ini, dan aku akan memberimu keuntungan!” Karena, Ambaṭṭha, seperti halnya orang-orang sekarang menggunakan istilah hantu (pisāca) sebagai istilah hinaan, demikian pula pada masa itu, mereka mengatakan hitam (kaṇha). Dan mereka berkata: “Segera setelah ia lahir, ia berbicara. Ia terlahir sebagai kaṇha, hantu!” demikianlah di masa lalu ... para Sakya adalah majikan, dan engkau adalah keturunan dari gadis budak orang Sakya.’

1.17. Mendengar hal ini, seorang pemuda berkata: “Yang Mulia Gotama, jangan keterlaluan menghina Ambaṭṭha dengan cerita tentang keturunan seorang gadis-budak: Ambaṭṭha terlahir mulia, seorang dari keluarga terhormat, ia sangat terpelajar, ia sopan, seorang pelajar, mampu mempertahankan pendapatnya sendiri dalam diskusi ini dengan Yang Mulia Gotama!”

1.18. Kemudian Sang Bhagavā berkata kepada pemuda itu: ‘Jika engkau menganggap Ambaṭṭha terlahir rendah, tidak berasal dari keluarga terhormat, tidak terpelajar, [94] tidak sopan, bukan pelajar, tidak mampu mempertahankan pendapatnya sendiri dalam diskusi ini dengan petapa Gotama, maka biarlah Ambaṭṭha tetap diam, dan engkau melanjutkan diskusi ini dengan-Ku. Tetapi jika engkau menganggap ia ... mampu mempertahankan pendapatnya sendiri, maka engkau diamlah, dan biarkan ia berdiskusi dengan-Ku.’

1.19. ‘Ambaṭṭha terlahir-mulia, Yang Mulia Gotama ... kami akan diam, ia akan melanjutkan.’

1.20. Kemudian Sang Bhagavā berkata kepada Ambaṭṭha: ‘Ambaṭṭha, aku mempunyai satu pertanyaan mendasar untukmu, yang tidak akan suka engkau jawab. Jika engkau tidak menjawab, atau menghindari pertanyaan, jika engkau berdiam diri atau pergi, maka kepalamu akan pecah menjadi tujuh keping. Bagaimana menurutmu, Ambaṭṭha? Pernahkah engkau mendengar dari para Brahmana tua dan terhormat, guru dari para guru, dari mana asalnya suku Kaṇhāyanā, atau siapakah leluhurnya?’ atas pertanyaan ini, Ambaṭṭha berdiam diri. Sang Bhagavā bertanya untuk ke dua kalinya. [95] Ambaṭṭha masih berdiam diri. Dan Sang Bhagavā berkata: ‘Jawab pertanyaan-Ku sekarang, Ambaṭṭha, ini bukan waktunya untuk berdiam diri. Siapa pun, Ambaṭṭha, yang tidak menjawab pertanyaan mendasar yang diajukan oleh Sang Tathāgata untuk ke tiga kalinya, maka kepalanya akan pecah menjadi tujuh keping.’10

1.21. Dan pada saat itu, yakkha Vajirapāni,11 memegang pentungan besi besar, menyala dan berkilauan, melayang di angkasa tepat di atas Ambaṭṭha, berpikir: ‘Jika pemuda Ambaṭṭha ini tidak menjawab pertanyaan wajar yang diajukan oleh Yang Terberkahi untuk ke tiga kalinya, aku akan memecahkan kepalanya menjadi tujuh keping!’ Sang Tathāgata melihat Vajirapāni, demikian pula Ambaṭṭha. Dan melihat pemandangan itu, Ambaṭṭha ketakutan dan kehilangan akal, bulu badannya berdiri, dan ia mencari perlindungan, tempat bernaung, dan keselamatan dari Sang Bhagavā. Merangkak mendekati Sang Bhagavā, ia berkata: ‘Apakah yang Yang Mulia Gotama tanyakan? Sudilah Yang Mulia Gotama mengulangi pertanyaannya!’ ‘Bagaimana menurutmu, Ambaṭṭha? Pernahkah engkau mendengar tentang siapakah leluhur dari suku Kaṇhayana?’ ‘Ya, aku pernah mendengarnya, seperti yang Yang Mulia Gotama katakan, itulah asal mula suku Kaṇhāyanā, ia adalah leluhur kami.’

1.22. Mendengar hal itu, para pemuda itu berteriak riuh: ‘Jadi Ambaṭṭha terlahir rendah, bukan berasal dari keluarga yang mulia, terlahir dari seorang gadis-budak dari orang-orang Sakya, dan orang-orang Sakya adalah majikan Ambaṭṭha! Kami telah menghina Petapa Gotama, menganggap Beliau tidak mengatakan kebenaran!’

1.23. Kemudian Sang Bhagavā berpikir: ‘Ini keterlaluan, [96] cara para pemuda ini menghina Ambaṭṭha sebagai putra dari seorang gadis-budak. Aku harus mengeluarkannya dari situasi ini.’ Maka Beliau berkata kepada para pemuda itu: ‘Jangan keterlaluan menghina Ambaṭṭha sebagai putra seorang gadis-budak! Kaṇha itu adalah seorang bijaksana yang sakti.12 Ia pergi ke negeri selatan,13 mempelajari mantra dari para Brahmana di sana, dan kemudian mendatangi Raja Okkāka dan meminta putrinya, Maddarūpi. Dan Raja Okkāka, marah dan berseru: “Jadi, orang ini, putra dari seorang gadis-budak, menginginkan putriku!” dan ia memasang anak panah pada busurnya. Tetapi ia tidak mampu menembakkan anak panah itu maupun melepaskannya.14 Kemudian para menteri dan penasihat mendatangi sang bijaksana Kaṇha dan berkata: “Ampuni Raja, Tuan, ampuni Raja!”

‘“Raja akan selamat, tetapi jika ia melepaskan anak panahnya ke bawah, bumi ini akan gempa sejauh batas kerajaan ini!”’

‘“Tuan, Ampuni Raja, ampuni tanah ini!”’

‘“Raja dan tanah akan selamat, tetapi jika ia melepaskan anak panah itu ke atas, hingga batas kerajaannya, dewa tidak akan menurunkan hujan selama tujuh tahun.”15’

‘“Tuan, Ampuni Raja, ampuni tanah ini, dan semoga dewa memberikan hujan!”’

‘“Raja dan tanah akan selamat, dan dewa akan memberikan hujan, tetapi jika raja mengarahkan anak panah ini ke pangeran mahkota, pangeran akan baik-baik saja.”’

‘Maka para menteri berseru: “Biarkan Raja Okkāka membidikkan anak panahnya kepada Pangeran mahkota, pangeran akan baik-baik saja!” Raja melakukannya, dan pangeran tidak terluka, kemudian Raja Okkāka, takut akan hukuman dari para dewa!,16 memberikan putrinya, Maddarūpi. Karena itu, anak-anak muda, jangan keterlaluan menghina Ambaṭṭha sebagai putra seorang gadis-budak. Kaṇha itu adalah seorang bijaksana sakti.’

1.24. Kemudian Sang Bhagavā berkata: ‘Ambaṭṭha, bagaimana menurutmu? Seandainya seorang pemuda Khattiya menikah dengan seorang gadis Brahmana, dan lahir seorang anak dari pasangan itu. Apakah putra dari pemuda Khattiya dan gadis Brahmana itu akan menerima tempat duduk dan air dari para Brahmana?’ ‘Ya, ia akan menerimanya, Yang Mulia Gotama.’

‘Apakah mereka akan mengizinkannya makan pada ritual pemakaman, pada upacara persembahan nasi, pada upacara pengorbanan, atau sebagai seorang tamu?’ ‘Ya, mereka akan mengizinkannya, Yang Mulia Gotama.’

‘Apakah mereka akan menutupi atau tidak menutupi para perempuan mereka?’ ‘Tidak menutupi, Yang Mulia Gotama.’

‘Tetapi apakah para Khattiya akan memercikkannya dengan penahbisan Khattiya?’ ‘Tidak, Yang Mulia Gotana.’

‘Mengapa tidak?’ ‘Karena, Yang Mulia Gotama, ia tidak terlahir-mulia dari pihak ibunya.’

1.25. ‘Bagaimana menurutmu, Ambaṭṭha? Seandainya seorang pemuda Brahmana menikah dengan seorang gadis Khattiya, dan lahir seorang anak dari pasangan itu. Apakah putra dari pemuda Brahmana dan gadis Khattiya itu menerima tempat duduk dan air dari para Brahmana?’ ‘Ya, ia akan menerimanya, Yang Mulia Gotama.’ .... (seperti pada paragraf 1.24) [98] ‘Tetapi apakah para Khattiya akan memercikkannya dengan penahbisan Khattiya?’

‘Tidak, Yang Mulia Gotama.’ ‘Mengapa tidak?’ ‘Karena, Yang Mulia Gotama, ia tidak terlahir-mulia dari pihak ayahnya.’

1.26. ‘Maka, Ambaṭṭha, para Khattiya, melalui seorang laki-laki menikahi seorang perempuan atau seorang perempuan menikahi seorang laki-laki, adalah lebih tinggi daripada para Brahmana. Bagaimanakah menurutmu, Ambaṭṭha? Ambil kasus seorang Brahmana yang, karena alasan tertentu, dicukur rambutnya oleh para Brahmana, dihukum dengan sekantung debu dan diusir dari suatu negeri atau kota. Apakah ia menerima tempat duduk dan air dari para Brahmana?’ ‘Tidak, Yang Mulia Gotama.’

‘Apakah mereka mengizinkannya untuk makan ... sebagai tamu?’ ‘Tidak, Yang Mulia Gotama.’

‘Apakah mereka akan mengajarinya mantra, atau tidak?’ ‘Mereka tidak akan mengajarinya, Yang Mulia Gotama.’

1.27. ‘Bagaimana menurutmu, Ambaṭṭha? Ambil kasus seorang Khattiya yang, ... dicukur rambutnya oleh para Khattiya, ... dan diusir dari suatu negeri atau kota. Apakah ia akan menerima tempat duduk dan air dari para Brahmana?’ ‘Ia akan menerimanya, Yang Mulia Gotama.’ .... (seperti paragraf 24) ‘Apakah mereka akan menutupi atau tidak menutupi para perempuan mereka?’ ‘Tidak menutupi, Yang Mulia Gotama.’

‘Tetapi Khattiya itu telah mencapai penghinaan yang paling berat [99] hingga ... ia diusir dari negeri atau kotanya. Jadi, bahkan jika seorang Khattiya menderita penghinaan berat, ia lebih tinggi dan para Brahmana lebih rendah.’

1.28. ‘Ambaṭṭha, syair ini dinyanyikan oleh Brahmā Sanankumāra:

“Khattiya adalah yang terbaik di antara semua kasta; Ia dengan pengetahuan dan perilaku yang baik adalah yang terbaik di antara para Dewa dan manusia.”

‘Syair ini dinyanyikan dengan benar, tidak salah, diucapkan dengan benar, tidak salah, berhubungan dengan manfaat, bukan tidak berhubungan. Dan Ambaṭṭha, Aku juga mengatakan hal ini:

“Khattiya adalah yang terbaik di antara semua kasta; Ia dengan pengetahuan dan perilaku yang baik adalah yang terbaik di antara para Dewa dan manusia.”’

2.1. ‘Tetapi, Yang Mulia Gotama, apakah perilaku, apakah pengetahuan?’

‘Ambaṭṭha, bukan dari sudut pandang pencapaian pengetahuan-dan-perilaku yang tanpa tandingan, suatu reputasi yang berdasarkan kelahiran dan suku dinyatakan, juga bukan dari kesombongan yang mengatakan: “Engkau berharga bagiku, engkau tidak berharga bagiku!” Karena di mana ada memberi, menerima, atau memberi dan menerima dalam pernikahan, di sana selalu ada pembicaraan dan keangkuhan ini .... Tetapi mereka yang diperbudak oleh hal-hal demikian adalah jauh dari pencapaian pengetahuan-dan-perilaku yang tanpa tandingan, [100] yang dicapai dengan meninggalkan semua hal tersebut!’

2.2. ‘Tetapi, Yang Mulia Gotama, apakah perilaku, apakah pengetahuan?’

‘Ambaṭṭha, seorang Tathāgata muncul di dunia ini, Buddha yang telah mencapai Penerangan Sempurna, memiliki kebijaksanaan dan perilaku yang sempurna, telah menempuh Sang Jalan dengan sempurna, Pengenal seluruh alam, Penjinak manusia yang harus dijinakkan yang tiada bandingnya, Guru para dewa dan manusia, Tercerahkan dan Terberkahi. Beliau, setelah mencapainya dengan pengetahuan-Nya sendiri, menyatakan kepada dunia bersama para dewa, māra dan Brahmā, para raja dan umat manusia. Beliau membabarkan Dhamma yang indah di awal, indah di tengah, dan indah di akhir, dalam makna dan kata, dan menunjukkan kehidupan suci yang murni dan sempurna.17 Seorang siswa pergi meninggalkan keduniawian dan mempraktikkan moralitas (Sutta 2, paragraf 41-62); ia menjaga pintu-pintu indrianya, dan seterusnya (Sutta 2, paragraf 64-75); mencapai empat jhāna (Sutta 2, paragraf 75-82). Demikianlah ia mengembangkan perilaku. Ia mencapai berbagai pandangan terang (Sutta 2, paragraf 83-95), dan lenyapnya kekotoran (Sutta 2, paragraf 97) ... dan lebih dari ini, tidak ada lagi pengembangan yang lebih jauh dari pengetahuan dan perilaku yang lebih tinggi atau lebih sempurna.’

2.3. ‘Tetapi, Ambaṭṭha, dalam mengejar pencapaian pengetahuan-dan-perilaku yang tanpa tandingan [101] terdapat empat jalan kegagalan.18 Apakah itu? Pertama, seorang petapa atau Brahmana yang belum berhasil mendapatkan19 pencapaian tanpa tandingan ini, membawa pikulannya20 dan masuk ke hutan dan berpikir: “Aku akan hidup dari buah-buahan yang jatuh tertiup angin.” Tetapi dengan cara ini, ia hanya menjadi seorang pelayan dari ia yang telah mencapai. Ini adalah jalan kegagalan pertama. Kemudian, seorang petapa atau Brahmana ..., karena tidak mampu hidup dari buah-buahan yang jatuh tertiup angin, mengambil sekop dan keranjang, dan berpikir: “Aku akan hidup dari umbi-umbian dan akar-akaran.”21 .... Ini adalah jalan kegagalan ke dua. Kemudian lagi, seorang petapa atau Brahmana, karena tidak mampu hidup dari umbi-umbian dan akar-akaran, membuat api di perbatasan desa atau kota dan duduk memerhatikan kobaran api22 .... Ini adalah jalan kegagalan ke tiga. Kemudian lagi, seorang petapa atau Brahmana, karena tidak mampu memerhatikan kobaran api, [102] mendirikan rumah dengan empat pintu di persimpangan jalan dan berpikir: “Petapa atau Brahmana mana pun yang datang dari empat penjuru, aku akan menghormatinya dengan segenap tenaga dan kemampuanku.” Tetapi dengan cara ini, ia hanya menjadi seorang pelayan dari ia yang telah mencapai pengetahuan dan perilaku yang tanpa tandingan. Ini adalah jalan kegagalan ke empat.’

2.4. ‘Bagaimana menurutmu, Ambaṭṭha? Apakah engkau dan gurumu hidup sesuai dengan pengetahun dan perilaku yang tanpa tandingan?’ ‘Tidak, Yang Mulia Gotama! Siapakah guruku dan aku dibandingkan dengan mereka itu? Kami jauh dari sana!’ ‘Baiklah, Ambaṭṭha, dapatkah engkau dan gurumu, karena tidak mampu mencapai ini ..., pergi dengan membawa pikulanmu masuk ke dalam hutan, bermaksud untuk hidup dari buah-buahan yang jatuh tertiup angin?’ ‘Tidak, Yang Mulia Gotama.’

‘Baiklah, Ambaṭṭha, dapatkah engkau dan gurumu, karena tidak mampu mencapai ini ..., hidup dari umbi-umbian dan akar-akaran, ... duduk memerhatikan api, [103] ... mendirikan rumah ...?’ ‘Tidak, Yang Mulia Gotama.’

2.5. ‘Jadi, Ambaṭṭha, bukan saja engkau dan gurumu tidak mampu mencapai pengetahuan dan perilaku yang tanpa tandingan, tetapi bahkan empat jalan kegagalan pun masih diluar jangkauan kalian. Namun engkau dan gurumu, Brahmana Pokkharasāti, berani mengucapkan kata-kata ini: “Para petapa kecil gundul ini, rendah, kotoran dari kaki Brahma, pembicaraan apakah yang dapat mereka sampaikan kepada para Brahmana yang terpelajar dalam Tiga Veda?” – bahkan engkau tidak mampu melakukan tugas-tugas dari seorang yang gagal. Lihat, Ambaṭṭha, betapa gurumu telah mengecewakan engkau!’

2.6. ‘Ambaṭṭha, Brahmana Pokkharasāti hidup dari belas kasihan dan bantuan Raja Pasenadi dari Kosala. Tetapi Raja tidak mengizinkannya untuk menghadap secara langsung. Ketika ia berbicara dengan Raja, mereka dipisahkan oleh sehelai tirai. Mengapa Raja tidak mengizinkan pertemuan langsung dengan seorang yang telah ia anugerahi sumber penghasilan yang layak? Lihat bagaimana gurumu telah mengecewakan engkau!’

2.7. ‘Bagaimana menurutmu, Ambaṭṭha? Misalkan Raja Pasenadi sedang duduk di punggung seekor gajah atau kuda, atau sedang berdiri di atas keretanya, berdiskusi dengan para menterinya dan para pangeran mengenai sesuatu. [104] Dan misalkan ia harus menyingkir karena beberapa pekerja atau pembantu pekerja datang dan berdiri di tempatnya. Dan sambil berdiri di sana, ia berkata: “Ini adalah apa yang dikatakan oleh Raja Pasenadi dari Kosala!” Apakah ia mengucapkan kata-kata Raja, seolah-olah ia sama dengan Raja?’ ‘Tentu tidak, Yang Mulia Gotama.’

2.8. ‘Baiklah, Ambaṭṭha, ini adalah hal yang serupa. Mereka yang, seperti engkau katakan, para Brahmana kelas satu, pencipta dan pembabar mantra-mantra, yang syair-syair kunonya dibacakan, diucapkan, dan dikumpulkan oleh para Brahmana masa kini – Aṭṭhaka, Vāmaka, Vāmadeva, Vessāmitta, Yamataggi, Angirasa, Bhāradvāja, Vāseṭṭha, Kassapa, Bhagu23 - yang mantranya dikatakan telah diwariskan kepadamu dan gurumu; namun engkau tidak serta merta menjadi seorang bijaksana atau seorang yang menjalankan praktik dari seorang bijaksana – hal demikian adalah mustahil.’

2.9. ‘Bagaimana menurutmu, Ambaṭṭha? Apa yang engkau dengar dari yang dikatakan oleh para Brahmana yang terhormat, tua, guru dari para guru? Para bijaksana kelas satu ..., Aṭṭhaka, ... Bhagu – apakah mereka bersenang-senang, mandi dengan baik, menggunakan wangi-wangian, rambut dan janggutnya terpotong rapi, berhiaskan karangan bunga dan kalung bunga, berpakaian jubah putih, menikmati lima kenikmatan-indria dan menyukainya, seperti yang dilakukan oleh engkau dan gurumu?’ [105] ‘Tidak, Yang Mulia Gotama.’

2.10. ‘Atau apakah mereka memakan nasi khusus yang baik dengan noda-noda hitam yang telah dibersihkan, dengan berbagai sup dan kari, seperti yang dimakan oleh engkau dan gurumu?’ ‘Tidak, Yang Mulia Gotama.’

‘Atau apakah mereka menghibur diri dengan para perempuan dengan pakaian berlipat dan berumbai, seperti yang engkau dan gurumu lakukan?’ ‘Tidak, Yang Mulia Gotama.’

‘Atau apakah mereka berkeliling naik kereta yang ditarik oleh kuda betina dengan ekor dikepang, yang mereka kendalikan dengan tongkat-kendali panjang?’ ‘Tidak, Yang Mulia Gotama.’

‘Atau apakah mereka di kota-kota yang dibentengi dengan pagar dan barikade, dikawal oleh orang-orang berpedang panjang ...?’ ‘Tidak, Yang Mulia Gotama.’

‘Jadi, Ambaṭṭha, engkau dan gurumu bukanlah orang bijaksana atau orang yang berlatih di jalan seorang bijaksana. Dan sekarang, sehubungan dengan keraguan dan kebingunganmu sehubungan dengan-Ku, kita akan menjernihkan permasalahan ini dengan pertanyaanmu dan jawaban-Ku.’

2.11. Kemudian, turun dari tempat tinggalnya, Sang Bhagavā mulai berjalan mondar-mandir, dan Ambaṭṭha melakukan hal yang sama. Dan sewaktu ia berjalan bersama dengan Sang Bhagavā, Ambaṭṭha memerhatikan tiga puluh dua tanda Manusia Luar Biasa pada tubuh Sang Bhagavā. Dan ia dapat melihat seluruhnya kecuali [106] dua. Ia ragu-ragu dan bingung sehubungan dengan dua tanda ini; ia tidak dapat memutuskan atau yakin akan alat kelamin yang terselubung dan lidah yang panjang.

2.12. Dan Sang Bhagavā, menyadari keragu-raguannya, mengerahkan kekuatan batin-Nya sehingga Ambaṭṭha dapat melihat alat kelamin-Nya yang terselubung, dan kemudian, menjulurkan lidah-Nya, ia menjulurkan keluar untuk menjilat kedua telinga-Nya dan kedua cuping hidung-Nya, dan kemudian menutupi seluruh kening-Nya dengan lidah-Nya. Kemudian Ambaṭṭha berpikir: ‘Petapa Gotama ini memiliki seluruh tiga puluh dua tanda Manusia Luar Biasa, lengkap dan tidak ada yang kurang.’ Kemudian ia berkata kepada Sang Bhagavā: ‘Yang Mulia Gotama, bolehkah aku pergi sekarang? Aku mempunyai banyak urusan, banyak yang harus dilakukan.’ ‘Ambaṭṭha, lakukanlah apa yang engkau anggap baik.’ Maka Ambaṭṭha naik ke atas keretanya yang ditarik oleh kuda-kuda betina dan pergi.

2.13. Sementara itu, Brahmana Pokkharasāti berada di luar rumahnya dan sedang duduk di tamannya bersama banyak Brahmana, menunggu Ambaṭṭha. Kemudian Ambaṭṭha datang ke taman itu. Ia berkendara sejauh yang dimungkinkan oleh keretanya, kemudian turun dan melanjutkan dengan berjalan kaki ke tempat di mana Pokkharasāti berada, memberikan salam hormat, dan duduk di satu sisi. Kemudian Pokkharasāti berkata:

2.14. ‘Baiklah, anakku, apakah engkau bertemu dengan Yang Mulia Gotama?’ ‘Aku bertemu dengan-Nya, Guru.’

‘Dan apakah Yang Mulia Gotama seperti [107] yang diberitakan, dan bukan sebaliknya? Dan apakah ia memiliki ciri-ciri demikian, dan bukan sebaliknya?’ ‘Guru, Beliau adalah seperti yag diberitakan, dan ia memiliki ciri-ciri demikian, dan bukan sebaliknya. Ia memiliki tiga puluh dua tanda Manusia Luar biasa, semuanya lengkap, tidak ada yang kurang.’

‘Tetapi apakah terjadi pembicaraan antara engkau dengan petapa Gotama?’ ‘Ada, Guru.’

‘Dan tentang apakah pembicaraan itu?’ Maka Ambaṭṭha menceritakan kepada Pokkharasāti semua yang terjadi antara Sang Bhagavā dan dirinya.
2.15. Mendengar cerita ini Pokkharasāti berseru: ‘Baiklah, engkau murid kecil yang cerdas, seorang bijaksana yang pintar, seorang ahli dalam Tiga Veda! Siapa pun yang melakukan urusannya seperti itu akan, saat ia meninggal dunia, saat hancurnya jasmani, pergi menuju alam bawah, menuju jalan jahat, menuju kehancuran, menuju neraka! Engkau telah menumpuk hinaan pada Yang Mulia Gotama, sebagai akibatnya, Beliau akan memberikan lebih banyak lagi hal-hal yang melawan kita! Engkau murid kecil yang cerdas ...!’ Ia begitu marah dan murka sehingga ia menendang Ambaṭṭha, dan ingin segera pergi menjumpai Sang Bhagavā. [108]

2.16. Tetapi para Brahmana berkata: ‘Sudah sangat larut, Tuan, untuk pergi menjumpai petapa Gotama hari ini. Yang Mulia Pokkharasāti dapat pergi menjumpai-Nya besok.’

Kemudian Pokkharasāti, setelah menyiapkan makanan-makanan yang keras dan lunak di rumahnya, pergi dengan diterangi oleh cahaya obor dari Ukkaṭṭha menuju hutan Icchānankala. Ia pergi dengan mengendarai kereta sejauh yang dimungkinkan, kemudian melanjutkan dengan berjalan kaki ke tempat Sang Bhagavā berada. Setelah saling bertukar sapa dengan Sang Bhagavā, ia duduk di satu sisi dan berkata:

2.17. ‘Yang Mulia Gotama, apakah murid kami, Ambaṭṭha, datang menjumpai-Mu? ‘Ya, ia menjumpai-Ku, Brahmana.’ ‘Dan apakah terjadi pembicaraan antara kalian?’ ‘Ya, kami berbicara.’ ‘Dan tentang apakah pembicaraan itu?’

Kemudian Sang Bhagavā menceritakan kepada Pokkharasāti semua yang terjadi antara Beliau dan Ambaṭṭha. Mendengar hal ini, Pokkharasāti berkata kepada Sang Bhagavā: ‘Yang Mulia Gotama, Ambaṭṭha hanyalah seorang pemuda bodoh. Sudilah Yang Mulia Gotama memaafkannya.’ ‘Brahmana, semoga Ambaṭṭha bahagia.’ [109]

2.18-19. Kemudian Pokkharasāti mencari tiga puluh dua tanda Manusia Luar Biasa pada tubuh Sang Bhagavā dan ia dapat melihat seluruhnya kecuali dua: alat kelamin yang terselubung dan lidah yang panjang, tetapi Sang Bhagavā mengerahkan kekuatan batin-Nya. (seperti paragraf 11-12). Dan Pokkharasāti berkata kepada Sang Bhagavā: ‘Sudilah Yang Mulia Gotama menerima makanan dariku hari ini bersama para bhikkhu!’ dan Sang Bhagavā menerimanya dengan berdiam diri.’

2.20. Mengetahui penerimaan Sang Bhagavā, Pokkharasāti berkata kepada Sang Bhagavā: ‘Sudah waktunya, Yang Mulia Gotama, makanan telah siap.’ Dan Sang Bhagavā, setelah merapikan jubah-Nya di pagi hari itu dan membawa jubah serta mangkuk-Nya,24 pergi bersama para bhikkhu ke tempat kediaman Pokkharasāti, dan duduk di tempat yang telah disediakan. Kemudian Pokkharasāti sendiri yang melayani Sang Bhagavā dengan berbagai pilihan makanan keras dan lunak, dan para pemuda melayani para bhikkhu. Dan ketika Sang Bhagavā telah mengangkat tangan-Nya dari mangkuk, Pokkharasāti duduk di satu sisi di atas bangku kecil.

2.21 Dan ketika Pokkharasāti duduk di sana, [110] Sang Bhagavā membabarkan khotbah bertingkat tentang kedermawanan, moralitas, dan tentang surga, menunjukkan bahaya, penurunan dan kerusakan dari kenikmatan-indria, dan manfaat dari meninggalkan keduniawian. Dan ketika Sang Bhagavā mengetahui bahwa batin Pokkharasāti telah siap, lunak, bebas dari rintangan, gembira, dan tenang, Beliau membabarkan khotbah Dhamma secara ringkas: tentang penderitaan, asal-mulanya, lenyapnya, dan Sang Jalan. Dan bagaikan sehelai kain bersih yang semua kotoran telah dihilangkan akan dapat diwarnai dengan baik, demikian pula dalam diri Brahmana Pokkharasāti, selagi masih duduk di sana, muncul Mata-Dhamma yang murni dan tanpa noda, dan ia mengetahui: ‘Segala sesuatu memiliki asal-mula, dan akan lenyap.’25

2.22. Dan Pokkharasāti, setelah melihat, mencapai, mengalami, dan menembus Dhamma, setelah melampaui keragu-raguan, melampaui ketidakpastian, setelah mencapai keyakinan sempurna dalam Ajaran Sang Guru tanpa bergantung pada yang lainnya, berkata: ‘Sungguh indah, Bhagavā, sungguh menakjubkan! Bagaikan seseorang yang menegakkan apa yang terjatuh, atau menunjukkan jalan bagi ia yang tersesat, atau menyalakan pelita di dalam gelap, sehingga mereka yang memiliki mata dapat melihat apa yang ada di sana. Demikian pula Bhagavā Yang Terberkahi telah membabarkan Dhamma dalam berbagai cara ... aku bersama putraku, istriku, para menteri dan penasihatku berlindung kepada Yang Mulia Gotama, kepada Dhamma, dan kepada Sangha.26 Semoga Yang Mulia Gotama menerimaku sebagai siswa awam yang telah menerima perlindungan sejak hari ini hingga akhir hidupku! Dan kapan saja Yang Mulia Gotama mengunjungi keluarga lain di Ukkaṭṭha, sudilah Beliau juga mengunjungi keluarga Pokkharasāti! Pemuda dan pemudi yang mana pun juga akan memuliakan Yang Mulia Gotama dan berdiri di hadapan Beliau, akan memberikan tempat duduk, dan air dan akan gembira dalam hati, dan itu adalah demi kesejahteraan dan kebahagiaan untuk waktu yang lama bagi mereka.’
1. 1. Suatu frasa, seperti pada DN 4.1, 5.1, MN 95.1, dan lain-lain. RD menerjemahkan ‘pada wilayah kerajaan ... sebagai pemberian kerajaan (rajadāyaṁ), dengan kekuasaan atasnya seolah-olah ia adalah raja (brahmadeyyaṁ)’, brahmadeyyaṁ = ‘anugerah tertinggi’, yang tidak dapat ditarik kembali.
2. 2. Penjelasan lain untuk Brahmana terpelajar.
3. 3. Untuk penjelasan selengkapnya dari tanda-tanda ini (sebelum masa Sang Buddha), baca DN 30. Tanda-tanda ini sangat penting bagi para Brahmana untuk menetapkan kredensial ‘Petapa Gotama’.
4. 4. Baca DN 17.
5. 5. Baca DN 17.
6. 6. Loke vivattacchado: sebuah ungkapan yang sulit, saya mengikuti DA. ‘Selubung’ yang dimaksud adalah kebodohan, dan seterusnya.
7. 7. Pembagian ini dalam empat kelompok menunjukkan tingkatan kasta pada masa-masa sebelumnya. Pada masa Sang Buddha dan di negeri asal-Nya, Khattiya (‘Ksatria-mulia’), yang adalah Kasta-Nya, merupakan kasta pertama, dengan Brahmana menempati urutan ke dua, walaupun Brahmana telah mengokohkan dirinya sebagai Kasta tertinggi jauh di wilayah Barat, dan jelas memperjuangkan posisi itu di sini. Sang Buddha sendiri lebih sering merujuk pada empat urutan berbeda: Khattiya, Brahmana, perumah tangga dan petapa.
8. 8. Sākasaṇḍa: kata sāka juga dapat berarti ‘tanaman’ (RD), tetapi di sini tentu saja bermakna lain, yaitu ‘jati’. RD secara keliru menerjemahkan sebagai ‘ek’ demi menjaga agar tidak terlalu banyak permainan kata. Ada permainan kata yang sesungguhnya pada kata sakāhi ‘(saudara-saudara perempuan) sendiri’ persis sebelumnya.
9. 9. Sehubungan dengan catatan sebelumnya, RD di sini menerjemahkan ‘jantung ek’ (!).
10. 10. Suatu ancaman yang aneh yang (seperti yang dipelajari oleh RD) tidak pernah terjadi, dan tentu saja berasal dari masa sebelum Buddhisme.
11. 11. Yakkha ini, oleh DA disamakan dengan Indra, siap, seperti dalam MN 35.14, untuk mengambil tindakan. Demikianlah satu dari dewa yang mendukung agama baru. Dalam kitab-kitab Mahayāna, belakangan kita menemukan satu Bodhisatva dengan nama yang sama. Baca D.L. Snellgrove, Buddhist Himālaya (Oxford 1957), p. 62 dan catatan I.B. Horner, MLS I, p. 185.
12. 12. Isi (Sanskrit rsi, di-inggris-kan menjadi ‘rishi’. Apakah ia disamakan dengan Krishna (Skt. Krsṇa< = Pali Kaṇha)?
13. 13. Dakkhiṇa janapada: di-inggris-kan seperti pada Deccan.
14. 14. Menurut DA, ini disebut ‘Mantra Ambaṭṭha’.
15. 15. Hanya gertakan, menurut DA: dalam kenyataannya, mantra itu hanya dapat mencegah anak panah itu ditembakkan.
16. 16. Brahmadaṇḍa: ‘hukuman berat sekali’ (dalam pengertian lain pada DN 16.5.4).
17. 17. Di sini, dan di beberapa tempat yang berhubungan dalam Sutta-sutta lain dari bagian ini, MSS meringkas dan mengatakan ‘seperti dalam Sāmaññaphala Sutta’. Tetapi dengan ‘bagian ulangan’ berbeda, dan ini tidak selalu jelas seberapa banyak yang DN 2 maksudkan untuk dimasukkan.
18. 18. Upāya-mukhāni: secara harfiah, ‘jalan keluar dari kehilangan’ (‘kebocoran’, RD). digunakan dalam makna lain, DN 31.3.
19. 19. Anabhisambhūṇamāno: secara harfiah, ‘bukan terserah padanya’.
20. 20. Sebuah galah atau gandar untuk membawa barang-barang miliknya.
21. 21. Yaitu, menggalinya, yang tidak dilakukan oleh kelompok pertama.
22. 22. Api suci, atau mungkin Aggi (agni) sang dewa-api.
23. 23. Para petapa masa lampau berhubungan dengan syair-syair Veda (cf. DN 13.13). Untuk selanjutnya, baca juga DN 27.22ff.
24. 24. Suatu formula yang sering digunakan, dijelaskan oleh RD dalam DN 16.5.19. ‘Para pengembara ... hidup hanya dengan mengenakan satu jubah, yaitu yang dari pinggang hingga kaki. Ketika mereka pergi ke desa ... mereka mengenakan jubah ke dua dan ... membawa yang ke tiga. Di tempat yang sesuai di dekat desa, mereka akan mengenakannya juga, dan memasuki – yaitu – secara resmi.
25. 25. Kalimat ini muncul dalam DB 5.29, DN 14.11, dan di tempat lain. Untuk Mata-Dhamma, baca DN 2.102 dan catatan 130. Kalimat Pali-nya adalah Yaṁ kiñci samudaya-dhammaṁ taṁ nirodha-dhammaṁ.
26. 26. Pokkharasāti tidak secara jelas berkonsultasi dengan istri, keluarga, dan anak-anaknya. Ketika Uruvela-Kassapa ingin bergabung dengan Sangha, Sang Buddha memintanya untuk berkonsultasi dengan para pengikutnya terlebih dahulu (Mv 1.20.18). Tentu saja, suatu perbedaan besar antara menjadi seorang pengikut awam dan bergabung dalam Sangha.


Hak Cipta: ©2009 DhammaCitta Press. Edisi DhammaCitta Pedia © 2009-2010 DhammaCitta
Sumber: Khotbah-Khotbah Panjang Sang Buddha, Dīgha Nikāya. ©2009 DhammaCitta Press.
Penerjemah ke Bahasa Indonesia: Indra Anggara.
Aturan Penggunaan: Anda dipersilahkan menyalin, merubah bentuk, mencetak, mempublikasi, dan mendistribusikan karya ini dalam media apapun, dengan syarat: (1) tidak diperjualbelikan; (2) Dinyatakan dengan jelas bahwa segala turunan dari karya ini (termasuk terjemahan) diturunkan dari dokumen sumber ini; dan (3) menyertakan teks lisensi ini lengkap dalam semua salinan atau turunan dari karya ini. Jika tidak, maka hak penggunaan tidak diberikan.

Saran Penulisan Kutipan: "DN 3: Ambaṭṭha Sutta - Tentang Ambattha", Diterjemahkan dari bahasa Pāḷi ke bahasa Inggris oleh Maurice O'Connell Walshe. Diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh Indra Anggara. DhammaCitta Pedia, 23 Mei 2010, "http://dhammacitta.org/dcpedia/DN_3_Ambattha_Sutta_Walshe" atau "http://dhct.ws/d42"


Kamis, 24 Februari 2011

Kumpulan Mantra Pendek

JVALA MAHA UGRA DHARANI
Sumber: Santika-sriya Sutra
NAMO SAMANTHA BUDDHANAM. APRATIHATASASANAM. TADYATHA: OM KHA KHA KHAHI KHAHI HUM. JVALA JVALA. PARAJVALA PARAJVALA. TISTHA TISTHA. SITTIR SITTIR. SA PHAT. SA PHAT. SANTIKA. SRIYE. SVAHA.
Dharani ini mampu melenyapkan berbagai malapetaka yang akan menimpa diri umat yang membacanya. Umat dapat membaca Dharani ini sebanyak 108 (seratus delapan) kali dengan penuh semangat di hadapan altar rumah vihara.
------------------------------------------------------------------

GUNARATNASILA DHARANI
Sumber: Yuen-Yin-Wang-Sheng Ci.
NAMO BUDDHAYA. NAMO DHARMAYA. NAMO SANGHAYA. OM SIDDHI HALULU SATRU JELIPA KRIBHA SIDDHARE PURURE. SVAHA.
Umat yang pernah berbuat jahat, lalu ia menyesal, bertobat dan tekun membaca Dharani ini sampai di akhir penghidupannya, ia tidak akan jatuh ke dalam neraka Avici. Ia akan terlahir di alam bahagia.
-----------------------------------------------------------------

MAHACUNDI DHARANI
Sumber: Cundi-dharani Sutra
NAMO SAPTANAM SAMYAK-SAMBUDDHA KOTINAM. TADYATHA: OM CALE CULE CUNDI. SVAHA.


 
Dharani ini bermanfaat untuk menghapuskan segala dosa. Umat yang telah membaca Dharani ini sebanyak 900.000 (sembilan ratus ribu) kali, ia dapat menghapuskan dosa berat, seperti 5 (lima) karma berat (garuka karma), 10 (sepuluh) perbuatan buruk (dasa akusala karma). Ia akan dilindungi oleh 2 (dua) dewa pelindung yang dikirim oleh Mahacundi Bodhisattva.
-------------------------------------------------------------

 

ARYA AMITAYUR NIYAMA PRABHARAJA DHARANI
Sumber: Mahayana Aryamitayur-niyama-prabharaja-dharani Sutra
OM. NAMO BHAGAVATE ABHARAMITAYURYANA. SUBHINISCITTA TEJARAJAYA TATHAGATAYA ARHATE SAMYAKSAMBUDDHAYA. TADYATHA: OM SATLIBHA SAMSKARI PARISUDDHA DHARMATE GAGANA. SAMUDGATE. SVABHAVA. VISUDDHI. MAHADAYA. PARE VARE. SVAHA.
Umat yang menulis, menyebarluaskan, atau membaca Dharani ini dengan hati yang tulus, akan menjadi panjang usia. Karma buruk pembawaannya yang amat berat akan menjadi ringan jika ia tekun membaca Dharani ini, dan setelah meninggal dunia ia akan terlahir di Negeri-Buddha di Sepuluh Penjuru Alam.
-------------------------------------------------------------------
 

BHAISAJYAGURU TATHAGATASATYAKRIYA
Sumber: Bhaisajyaguru-vaidurya-prabhasa-tathagata-purva-pranidhana Sutra
NAMO BHAGAVATE BHAISAJYAGURU VAIDURYAPRABHARAJAYA TATHAGATAYA ARHATE SAMYAKSAMBUDDHAYA. TADYATHA: OM BHAISAJYE BHAISAJYE BHAISAJYA SAMUDGATE. SVAHA.
Dharani ini bermanfaat untuk memusnahkan segala malapetaka, penyakit parah, serta memperpanjang usia kehidupan umat yang membacanya dengan hati tulus.
 -----------------------------------------------------
 ARYAVALOKITESVARA BODHISATTVA VIKURVANA SATYA-KRIYA
OM MANI PADME HUM. MARGAJNANA CITTOTEBHATA. CITRASYANA. VIDRGA. SARVATHA. PURISTAGANAPURNA. NAPURIDUSVANNA. NAMAH AVALOKITESVARAYA. SVAHA.
Bermanfaat untuk melindungi diri agar terhindar dari berbagai serangan yang berbahaya.
--------------------------------------------------------------

 
SAPTA ATITABUDDHA KARASANIYA SATYAKRIYA
Sumber: Mahavaipulya Sutra
REVA REVATE GUHA GUHATE. DHARANITE NIHARATE VRNITE MAHAGATE CHELINGANTE. SVAHA.
Dharani ini dibabarkan oleh tujuh Buddha di masa lampau, dan bermanfaat untuk memusnahkan dosa yang timbul dari 5 karma berat, 4 parajika dan lain sebagainya. Umat yang tekun membaca Dharani ini akan menjadi murni kembali dan akan memperoleh pahala berlimpah.
----------------------------------------------------------------------
 

SUKHAVATIVYUHA MANTRA
NAMO AMITABHAYA TATHAGATAYA. TADYATHA: AMITE AMITOBHABE. AMITA SAMBHABE. AMITA BIKRANA TAMKARE. AMITA BIKRANATA. AMITA GAGANA KRITIKARE. SVAHA.
Dharani ini bermanfaat untuk menghancurkan akar dari segala halangan karma buruk. Umatyang tekun membaca Dharani ini sebanyak 21 x 6 di pagi hari serta 21 x 6 di malam hari, akan selalu dilindungi oleh Buddha Amitabha dan Bodhisattva Pengiring-Nya serta terlahir di Sukhavati setelah meninggal dunia. Umat yang tekun membaca genap 300.000 (tiga ratus ribu) kali akan dapat melihat visual Buddha Amitabha pada masa hidup sekarang ini.
-------------------------------------------------------------------

 

SRIDEVI (SUDEVI) MANTRA
Sumber: Suvarnaprabhasa Sutra

NAMO BUDDHA. NAMO DHARMA. NAMO SANGHA. NAMO SRI MAHADEVIYA. TADYATHA: PARIPURNA CALISAMANTA DARSANI MAHA VIHARA GATE. SAMANTA VINIGATE. MAHA KARYA. PANI PARAPANI. SARIVARTHA SAMANTHA SUPRITE. PURENA ALINA SARMANTE MAHA VIKUBITE. MAHAMAITRETE. RUPA SANGHITE HETISEI SANGHIHETI. SAMANTA ATHA-ANU DHARANI.
Dharani ini membantu umat cepat mancapai samadhi 'Suvarnaprabhasa' (Sinar Emas), yang dengan cara itu ia mampu menghancurkan halangan kilesa, karma dan vipaka, serta mencapai tiga kebajikan (prajna, vimoksa dan dharmakaya).

------------------------------------------------ 

Cara Pembacaan Mantra

Pembacaan Mantra ada 5 macam cara :
a. Pembacaan dengan metode bunga teratai
    Bersuara lunak, bagaikan angin sepoi-sepoi yang bertiup
b. Pembacaan dengan metode vajra
    Mulut dirapatkan dan tidak bersuara, hanya lidah yang bergerak
c. Pembacaan dengan metode samadhi
   Pertama-tama renungkan hati sendiri, kemudian berubah menjdai Cakra
   Chandra (Yek Luen), di atas Cakra Chandra tertera huruf Mantra. Pada
   waktu mengucapkan Mantra tidak mengeluarkan suara, kata demi kata
   diucapkan secara batiniah.
d. Pembacaan dengan metode suara siput (Alat tiup dari siput)
   Dalam hati yang berbentuk setangkai bunga teratai, kemudian renungkan
   mulut bagaikan sebuah siput yang mengeluarkan suara Mantra yang indah.
e. Pembacaan dengan metode sinar terang
   Visualisasikan mulut sendiri mengeluarkan sinar yang terang dan di dalam
   sinar terang tersebut terdapat kata demi kata dari Mantra yang diucapkan.
--------------------------------------------------------------

 

21 Tara
Tara atau Ārya Tārā (dikenal juga sebagai Jetsun Dolma dalam bahasa Tibet) adalah figur suci wanita Buddha (Boddhisatwa) yang masih diamalkan dan dilestarikan sampai sekarang sebagai tantra Buddha dalam agama Buddha Tibet. Tara atau dewi Tara merupakan lambang dari kebebasan/ kemerdekaan jiwa, dan menyatakan keberhasilan dan prestasi hidup yang sejati dan bersifat suci. Dewi Tara juga merupakan lambang dari belas kasih serta kehampaan (Śūnyatā, ketidak beradaan dan ketidak kekalan duniawi) yang diajarkan dalam agama Buddha.
1. Tara Hijau
Warna hijau, tangan kiri memegang utpala mekar, diatasnya terdapat utpala yang separuh mekar dan masih kuncup.
Mantra :
Om Tare Tuttare Ture SoHa.
Keterangan:
Gabungan dari kemampuan dan pahala dari 21 Tara.
2. Tara Pereda Bencana
Berwarna putih, tangan kiri memegang teratai putih.
Mantra :
Om Vajra Tare Sarva Bighanen Shintam Kuru Svaha.
Keterangan :
Mampu melenyapkan segala penyakit dan bencana yang timbul dari tanah, air, api dan angin.
3. Tara Pereda Bencana Bumi
Berwarna biru, tangan kiri memegang bunga teratai, diatas teratai terdapat vajra.
Mantra :
Om Tare Tutare Ture Mama Sarva Lam Lam Bhaya Shintam Kuru Svaha.
Keterangan :
Mampu melenyapkan bencana yang berhubungan dengan bumi, seperti gempa bumi, tanah longsor, bumi terbelah, bangunan ambruk dan lain sebagainya

4. Tara pereda Bencana Air
Warna merah, tangan kiri memegang teratai, diatas teratai terdapat maniratna yang mengeluarkan api.
Mantra :
Om Tare Tutare Ture Mama Sarva Bam Bam Jalabhaya Shintam Kuru Svaha.
Keterangan :
Mampu melenyapkan bencana yang berhubungan dengan air, seperti kapal tenggelam, banjir, tsunami dan lain sebagainya.
5. Tara Pereda Bencana Api
Warna kuning, tangan kiri memegang teratai, diatas teratai terdapat mutiara lazuardi putih.
Mantra :
Om Tare Tutare Ture Mama Sarva Ram Ram Jalabhaya Shintam Kuru Svaha.
Keterangan :
Mampu melenyapkan segala bencana yang timbul dari api.
6. Tara Pereda Bencana Angin.
Warna putih, tangan kanan membawa teratai yang diatasnya terdapat Dharmacakra.
Mantra :
Om Tare Tutare Ture Mama Sarva Yam Yam Jalabhaya Shintam Kuru Svaha.
Keterangan :
Mampu melenyapkan segala bencana yang timbul dari angin, seperti angin topan, badai dan lain sebagainya.
7. Tara Penambah Berkah dan Kebijaksanaan
Warna kuning, tangan kanan memegang maniratna didepan dada, tangan kiri memegang tongkat yang diujungnya terdapat Vajrakusa ( Vajra Kait).
Mantra :
Om Ratna Tare Sarva Lokha Jhanabaya Dhara Dhara Dhiri Dhiri Shim Shim Sha Jhana Pusting Kuru Om.
Keterangan :
Dapat memperoleh kekayaan, kekuasaan, nama, kebijaksanaan dan kesaktian.
8. Tara Pereda Bencana Alam
Warna hijau, tangan kiri memegang teratai yang diatasnya terdapat Visvavajra (Vajra Salib).
Mantra :
Om Tare Tutare Ture Mama Sarva Eh Eh Maha Hana Bhaya Shintam Kuru Svaha.
Keterangan :
Mampu melenyapkan halilintar, hujan es, bencana kekeringan, banjir dan bencana alam lainnya.

9. Tara Pereda Bencana Peperangan
Warna biru, tangan kiri memegang teratai yang diatasnya terdapat Vajrakhadga (Pedang Vajra)
Mantra :
Om Tare Tutare Ture Mama Sarva Dhi Dhi Dhi Chana Rakcha Rakcha Kuru Svaha.
Keterangan :
Dapat menghalau segala bahaya yang ditimbulkan oleh senjata, seperti pedang, tombak, senapan, mesiu dan lain sebagainya.
10. Tara Pembebas Dari Kurungan.
Warna merah, tangan kiri memegang teratai yang diatasnya terdapat kaitan besi.
Mantra :
Om Tare Tutare Ture Mama Sarva Raja Tushium Shoda Shintam Kuru Svaha.
Keterangan :
Menghindari dan membebaskan dari kurungan serta segala hukuman yang timbul dari fitnahan.
11. Tara Penolong Dari Bencana Perampokan.
Warna hitam, tangan kiri memegang teratai yang diatasnya terdapat kapak.
Mantra :
Om Tare Tutare Ture Sarva Shora Bhinda Bhinda Drichom Svaha.
Keterangan :
Menghindari dan membebaskan diri dari penyamun.
12. Tara Penumbuh Wibawa.
Warna merah, tangan kanan memegang teratai yang diatasnya terdapat kaitan vajra, tangan kiri memegang tali jerat.
Mantra :
Om Pema Tare Sandara Hrih Sarva Loka Washan Kuru Ho.
Keterangan :
Dapat memperoleh kewibawaan dan kekuasaan, dikagumi oleh orang lain, membuat bawahan dan rakyat menurut. Suami istri harmonis.
13. Tara Penolong Dari Gangguan Mara
Warna hitam, tangan kanan membentuk mudra abhaya, tangan kiri memegang teratai yang diatasnya terdapat vajrakila berkepala tiga penakluk mara.
Mantra :
Om Tare Tutare Ture Sarva Pusting Bhiganen Bam Phat Svaha.
Keterangan :
Menyingkirkan penyakit dan gangguan roh jahat, serta bencana yang disebabkan oleh mara langit, mara bumi, mara kekosongan dan naga bumi.
14. Tara Penolong Dari Gangguan Hewan Ternak.
Warna coklat tua, tangan kanan membentuk mudra abhaya, tangan kiri memegang teratai yang diatasnya terdapat Vajrakhadga (Pedang Vajra).
Mantra :
Om Tare Tutare Ture Sarva Ham Ham Pusting Hana Hana Trasaya Phat Svaha.
Keterangan :
Dapat menghindari segala serangan hewan pemakan rumput seperti gajah, sapi, kuda, kambing dan lain sebagainya.
15. Tara Penolong Dari Gangguan Binatang Buas.
Warna hitam, tangan kiri memegang teratai yang diatasnya terdapat lidah api.
Mantra :
Om Tare Tutare Ture Sarva He He Cale Cale Bhinda Phat Svaha.
Keterangan :
Dapat menyingkirkan gangguan dan serangan binatang buas seperti singa, beruang, serigala, macan dan lain sebagainya.
16. Tara Penawar Racun.
Warna putih, tangan kiri memegang teratai yang diatasnya terdapat kalasha yang penuh dengan amrta.
Mantra :
Om Tare Tutare Ture Sarva Bhigacalaya Hara Hara Phat Svaha.
Keterangan :
Melenyapkan segala macam racun, seperti obat beracun, gas beracun, ular berbisa, serangga beracun, racun alam dan racun buatan manusia.
17. Tara Penakluk Mara.
Warna Hitam, sepasang tangan memegang Vajrakila bermuka tiga di depan dada.
Mantra :
Om Karma Tare Sarva Shayum Bhiganen Mara Sena Haha Hehe Hoho Ham Ham Bhinda Phat.
Keterangan :
Dapat menaklukan mara langit, semua dewa adharmik, dewa jahat dan roh jahat.
18. Tara Bhaisajyaraja
Warna hijau kekuningan, tangan kiri memegang teratai yang diatasnya terdapat buah haritaki.
Mantra :
Om Tare Tutare Ture Sarva Jala Sarva Dukha Prasamanaya Phat Svaha.
Keterangan :
Dapat melenyapkan segala macam penyakit dan wabah.
19. Tara Amitayus.
Warna putih, tangan kiri memegang teratai yang diatasnya terdapat Amitayuskalasha yang penuh dengan amrta.
Mantra :
Om Tare Tutare Ture Vajra Ayukhe Svaha.
Keterangan :
Dapat memperpanjang usia, terhindar dari bahaya kematian sebelum waktunya dan segala petaka.
20. Tara Sumber Harta
Warna kuning, tangan kiri memegang teratai yang diatasnya terdapat ratnakalasha yang penuh dengan ratnamanikam.
Mantra :
Om Tare Tutare Ture Jambhemohe Danametti Hrih Svaha.
Keterangan :
Terhindar dari kemiskinan dan segala macam kesulitan perekonomian.
21. Tara Pengabul Harapan
Warna hijau kekuningan, tangan kiri memegang teratai yang diatasnya terdapat jalinan manggala.
Mantra :
Om Tare Tutare Ture Sarva Artha Siddhi Siddhi Kuru Svaha.
Keterangan :
Memperoleh keberhasilan dalam semua hal bajik, terkabul sesuai kehendak, terutama dalam memohon anak.
Pelimpahan jasa: Semoga semua makhluk bebas dari dukkha dan memperoleh kebahagiaan sejati.
 ---------------------------------------------------
MANTRA PEACOCK KING
Mantra :
Oum Ma Yu Ra Kran Te Svaha.
Ini Merupakan Mantera hati Qung Jie Ming Wang (Peacock King)
Ini Salah Satu Mantra Yang Baik utk menjaga keselamatan dan penghancur ilmu Hitam
-------------------------------------------------------------------------------

MANTRA KSITIGARBHA BODHISATVA
Mantra :
ONG BO LA MO LIN TUO NING SUO PO HE
------
Mantram Peacock King itu punyanya Bodhisatva Maha Mayuri Vidya Rajni
 ----------------
Mantram Peacock King itu punyanya Bodhisatva Maha Mayuri Vidya Rajni klo ga salah, Suhu.
------
mungkin, :???:
tetapi dalam silsilah theravada ini mantra Bodhisatta Gotama
waktu belum mencapai kelahiran sebagai bodhisatta Sidartha Gotama

-------------------------------------------------------

CINTAMANI CAKRAVARTIN DHARANI

Sumber: Cintamani-cakra Sutra
NAMO BUDDHAYA. NAMO DHARMAYA. NAMO SANGHAYA. NAMO ARYAVALOKITESVARA BODHISATTVAYA MAHASATTVAYA MAHAKARUNIKAYA. TADYATHA: OM CAKRAVARTI CINTAMANI MAHAPADMA DURU DURU TISTHA. SRA-AKARE-SAYE HUM. PHAT. SVAHA. OM PADMA CINTAMANI SRA HUM. VARTA PADME HUM.
Umat yang dengan hati tulus tekun mambaca Dharani ini, pasti dapat memperoleh segala sesuatu yang menjadi harapannya. Demikian pula, saat menjelang ajalnya, ia akan melihat Buddha Amitabha dan para Bodhisattva Pengiring datang menyambut dirinya.
-------
shifu kanta yg Tadyatha: itu apa tu? nyambung kan mantranya?
sumber : di ambil dari forum
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhsH9_m2WX1mJ-z-VW8DY-XJCWBGsLtt_DRL4hq3q_NpxQB-vLdrnzJMU0VDYQWhmofPl211_5KN2d8jNj6FgEpUyvoEVYX1HNqtSTAAY0zqeRnomSSJf2ICy1bNY8iV0o40ao-zdGGQs74/s200/Peacock+King.bmp

 (http://www.khandro.net/animal_bird_peacock.htm)

CINTAMANI CAKRAVARTIN DHARANI

Sumber: Cintamani-cakra Sutra
NAMO BUDDHAYA.
NAMO DHARMAYA.
NAMO SANGHAYA.
NAMO ARYAVALOKITESVARA BODHISATTVAYA MAHASATTVAYA MAHAKARUNIKAYA.
TADYATHA:
OM CAKRAVARTI CINTAMANI MAHAPADMA DURU DURU TISTHA. SRA-AKARE-SAYE HUM. PHAT. SVAHA.
OM PADMA CINTAMANI SRA HUM. VARTA PADME HUM.
Umat yang dengan hati tulus tekun mambaca Dharani ini, pasti dapat memperoleh segala sesuatu yang menjadi harapannya. Demikian pula, saat menjelang ajalnya, ia akan melihat Buddha Amitabha dan para Bodhisattva Pengiring datang menyambut dirinya.
---------------------

OM PANCA SATO HUM
katanya buat mengurangi karma2 buruk..benerkah itu? :???:
cara kerjanya sebenarnya begini;

jika ada umat pria atau wanita dari keluarga baik-baik membaca dharani
atau sutra, yang menyebutkan nama buddha atau atas pembabaran para buddha

maka umat yang baik ini melakukan kusala kamma, mengkondisikan pikiranya
saat membaca sutra itu pada kusala mula citta, yang mana membuahkan
kusalla kamma,

dengan memupuk perbuatan baik (kusala kamma) tentunya kita dapat
mengimbangi akusala kamma yang telah kita buat

bahasa sederhananya mengurangi perhitungan kamma buruk,
metta cetanna,
------------
OM MANI PADME HUM
Bagi yang melafalkan 6 karakter mantra Maha Terang (OM MANI PADME HUM) akan selalu dilindungi dan didukung oleh tak terhingga Para Buddha, Bodhisattva maupun Pelindung Dharma Vajra.
Pada saat Bodhisattva Avalokitesvara selesai mengucapkan 6 karakter mantra Maha Terang ini sungguh tak dapat dibayangkan, respon yang menakjubkan maupun cara kerjanya yang tidak dapat dibayangkan pula. maka dari itu dapat dikatakan juga sebagai Ajaran Rahasia. Jika seseorang mencoba menjelaskannya secara mendetail, maka maknanya adalah tak terkirakan dan tak terbatas yang tidak pernah selesai untuk dibicarakan.
Keenam karakter kata sejati ini dikenal juga sebagai enam karakter mantra Maha Terang yang merupakan hasil (pikiran) yang mendalam, indah, luar biasa, asli dari Bodhisattva Avalokitesvara yang mana pahala dan kebajikannya adalah sungguh tak terhingga, tak terbatas dan tak dapat dibayangkan pula.
 

OM adalah karakter pertama dari mantra ini. Ketika kamu mengucapkan OM (Nan) sekali saja maka semua hantu-hantu, makhluk-makhluk halus dan lain sebagainya harus merangkapkan kedua tangannya. Mengapa? Ini adalah untuk mematuhi peraturan dan tata cara alam semesta. Sejalan dengan tata cara tersebut mereka mengikut jalan yang benar. Sekali saja karakter (sumber kata) ini telah diucapkan maka para hantu-hantu, makhluk halus dan lain sebagainya tidak berani bertikai dan menciptakan masalah yang mengacaukan dan sebaliknya mereka saling menghormati satu sama lain.

MANI adalah suara yang pertama dalam mantra ini yang berarti "Kebijaksanaan Hening", Dengan menggunakan kebijaksanaan seseorang dapat mengerti semua hukum-hukum dan juga dapat memisahkan dari noda-noda yakni noda-noda kekotoran bathin dan kesukaran yang dapat dipertimbangkan sama dengan "Seperti Permata yang Engkau Kehendaki yang benar-benar suci dan murni. Jika engkau benar-benar murni "Seperti Permata Yang Engkau Kehendaki" segala sesuatu dapat terwujud/terlaksana. Ini juga dapat mengabulkan keinginan/harapanmu sesuai dengan yang engkau pikirkan (kehndaki). Segala cita-citamu akan terpenuhi. Ini adalah manfaatnya.

PADME ini dapat diartikan "Cahaya yang Sempurna menyinari dan juga dapat diartikan sebagai Teratai Yang sedang terbuka (Mekar)". Ini juga dianalogikan sebagai Bunga Teratai Yang Indah yang dapat menyempurnakan dengan sempurna mengabulkan tanpa rintangan. Ini adalah Pikiran yang menakjubkan dari Avalokitesvara Bodhisattva.

Kata HUM ini dapat diartikan "Meletakkan dasar" Segala sesuatu daat dilakukan oleh karakter ini "HUM" yang juga berarti "Melindungi dan mendukung". Sekali karakter (suku kata) ini terucap maka semua Pelindung Dharma dan malaikat berbudi datang melindungi dan mendukungmu. Ini juga berarti "Mengikis bencana". Begitu karakter ini telah diucapkan dan maka segala kesulitan akan teratasi dan musnah. Juga dapat dimaksudkan "Sukses" dalam segala hal yang engkau kerjakan dapat tercapai.

---------------------------
Maim Om Maitreya Maim NA-MO Maitreya Maitri Maitri Maha Maitri Svaha

bukan dari aliran maitreya
• Om wagishwari hum Ini adalah mantra dari Mahabodhisattva Manjusri, Tibetan: Jampelyang (Wylie "'jam    dpal dbyangs")... Buddha dengan aspek kebijaksanaan.
• Om mani padme hum Mantra dari Chenrezig (Avalokitesvara), Mahabodhisattva, Buddha dengan aspek kebenaran..
• Om vajrapani hum Mantra dari Buddha sebagai Pelindung ajaran rahasia. contoh: sebagai Mahabodhisattva Channa Dorje (Vajrapani).
• Om vajrasattva hum Mantra pendek untuk Vajrasattva, juga terdapat mantra 100 suku kata untuk Vajrasattva.
• Om ah hum vajra guru padma siddhi hum Mantra dari Vajraguru Guru Padma Sambhava yang mendirikan Ajaran Buddha Mahayana and Tantra in Tibet.
• Om tare tuttare ture svaha Mantra dari Jetsun Dolma atau Tara, Ibu dari Buddha-Buddha.
• Om tare tuttare ture mama ayurjnana punye pushting svaha Mantra dari Dölkar atau Tara Putih, emanasi dari Tara yang mewakili umur panjang dan kesehatan.
• Om amarani jiwantiye svaha Mantra dari Buddha kehidupan tanpa batas: Buddha Amitayus (Tibetan Tsépagmed) dalam bentuk surgawi.
• Om dhrum svaha Mantra purifikasi ibu Namgyalma.
• Om ami dhewa hri Mantra Buddha Amitabha (Hopagmed) dari tanah Buddha sebelah barat.
• Om ah ra pa tsa na dhih Mantra the "sweet-voiced one", Jampelyang (Wylie "'jam dpal dbyangs") atau Manjusri, Bodhisattva kebijaksanaan.
• Hung vajra phat Mantra Mahabodhisattva Vajrapani dalam bentuk amarah (Dragpo).
• Om muni muni maha muniye sakyamuni swaha Mantra Buddha Sakyamuni, Buddha saat ini.
• Om gate gate paragate parasamgate bodhi svaha Mantra Hati Sutra Penyempurnaan Kebijaksanaan (Sutra Hati).
• Om maitri maitreya maha karuna ye Mantra maitri, mantra bija dari Mahabodhisattva Maitreya.
• Namo bhagavate Bhaishajya-guru vaidurya-praba-rajaya tathagataya arthate samyak-sambuddhaya tadyata Om bhaishajye bhaishajye bhaishajya-samudgate svaha Mantra Buddha Pengobatan, dari terjemahan Sutra Chinese, Sutra Raja Pengobatan.

Namo Ratna-Trayaya
Aku berlindung kepada TriRatna
Namo Arya-Valokitesvaraya
Aku berlindung kepada Yang Maha Esa
Bodhi-Sattvaya Maha-Sattvaya Maha-Karunikaya
Di dalam makhluk agung yang telah mencapai penerangan, di dalam yang penuh Welas Asih dan Kasih Sayang
Om Sarva Abhaya Suna-Dhasya
Om di dalam perlindungan yang tidak merasa takut dan gentar
Namo Sukrive-Mama Arya-Valokitesvara Garbha
Semoga aku dapat berlidung di dalam Yang Maha Esa
Namo Nila-Kantha Maha-Bradra-Shrame
Aku berlindung kepada-Mu, di dalam kewelas-asihan
Sarva-Thasubham Ajeyam Sarva-Sattva-Namavarga Mahadatu
Yang penuh dengan pergertian dari semua cara dan jalan, Yang Suci yang membuat semua makhluk berupaya dan menyucikan semua alam kehidupan
Tadyata: Om Avaloke Lokite Karate
Kepada-Nya: Om Yang Maha Esa, Yang Transcenden di dunia
Hari Mahabodhi-Sattva Sarva Sarva Mala Mala
Oh, Hari makhluk agung yang terang! Semuanya semuanya dari lingkaran bunga
Maha-Hrdayam Kuru Kuru Karmam
Inti dari dunia! Buatlah sukses! Sukses!
Kuru-Vija-Yati Maha-Vija-Yati
Pekik kemenangan yang sukses! Maha besar! Pekik kemenangan!
Dhara Dhara Dharin Suraya
Berdirilah! Berdirilah dengan tegak! Oh indra!
Cala Cala Mama Bhramara Muktir
Bergeraklah! Bergeraklah! Bebaskan saya dari gangguan pikiran! Ehi Ehi Chinda Chinda Harsam Prachali
Datanglah! Datanglah! Dengarlah! Dengarlah! Sukacita yang timbul Basha Bahsam Presaya Hulu Hulu Mala
Berbicaralah! Berbicaralah! Berilah seruan!
Hulu Hulu Hile Sara Sara Siri Siri Suru Suru
Suara-suara untuk permohonan di dalam doa
Bodhiya Bodhiya Bodhaya Bodhaya
Bangkit! Bangkit!
Maitreya Nilakantha Dharsi-Nina
Oh! Yang penuh dengan kasih! Dia yang patut didombakan
Payamana Svaha Sidhaya Svaha Maha-Sidhaya Svaha
Kepada yang tak gentar, Svaha! Kepada yang penuh kekuatan, Svaha! Kepada yang
penuh kekuatan maha besar, Svaha!

Sidha Yoge-Svaraya Svaha Nila-Kantha Svaha
Kepada yang penuh kekuatan dari kesatuan, Svaha! Kepada yang agung, Svaha!
Vara-Hana-Naya Svaha Simha-Shiramukhaya Svaha
Kepada yang kelihatan berwajah seram, Svaha! Kepada yang berwajah singa, Svaha! Sarva-Maha-Sidhaya Svaha Chakra-Sidhaya Svaha
Kepada semua yang memiliki kekuatan besar, Svaha! Kepada yang memiliki kekuatan Chakra, Svaha!
Padma-Hastaya Svaha Nilakantha-Vikaraya Svaha
Kepada yang memegang teratai, Svaha! Kepada yang agung, Svaha!
Mahar-Sishamkaraya Svaha
Kepada Yang Maha Esa dan yang memberkati, Svaha! Namo Ratna-Trayaya
Aku berlindung kepada TriRatna
Namo Arya-Valokite-Svaraya Svaha
Aku berlindung kepada Yang Maha Esa, Svaha!
Om Sidyantu Mantra Padaya Svaha.
Om, semoga hasil dari mantra ini terlaksana
---------------------------------------------
Maim Om Maitreya Maim NA-MO Maitreya Maitri Maitri Maha Maitri Svaha
Om Maitreya, NA-MO Maitreya Maitri Maitri Maha Maitri Svaha
Om maitri maitreya maha karuna ye Mantra maitri

semua mantra ini di tujukan kepada mi le fo/ maitreya,
pilih yang kamu suka , bukan baca 3-3 nya, salah satu aja

dan mantra ini tidak di gunakan di aliran maitreya di indonesia dan taiwan, krn di aliran mrk ada 5 kalimat sakti, yg hanya di ucapkan dari pendeta kepada penerima siu tao (istilah bagi penerima ketuhanan di al. maitreya) saat lilin (api) di hidupan dan setelah api di padamkan, murid di larang untuk menyebutkan 5 kalimat sakti tersebut. kecuali dalam keadaan mendesak.

vBulletin® v3.8.2, Copyright ©2000-2011, Jelsoft Enterprises Ltd.
sumber  :   copy paste dari  http://www.dhammacakka.org/forum/archive/index.php?t-4732.html
----------------
minta mantra/doa utk keselamatan dan kesehatan dari Theravada(dlm bahasa Pāli) dan Tantrayana(dlm bahasa Tibet).
buat rejeki juga kl ada
1. Utk keselamatan cukup banyak, tp rata" dr Dharmapala/Para pelindung dharma, yg biasanya butuh inisiasi khusus
2. Utk Kesehatan bisa melafal Mantra Hati dr Bhaisajya-Guru Buddha/Medicine Buddha:
"Tadyata, Om Bhekanze Bhekanze Maha Bhekanze Radza Samudgathe Soha"
3. Utk Rezeki ada bbrp, Yaitu dr Para Arya Dzambala (Wealth Deities), tp butuh inisiasi jg


1. dalam Mantra Hati "Bhaisajya Bodhisattva" ada 3 jenis:
Long:
OM NAMO BHAGAWATE BHEKANDZYAI
GURU BENDURYA PRABHARANDZAYA
TATHAGATAYA
ARHATE
SAMYAKSAM BUDDHAYA
TAYATA OM BHEKANDZYAI BHEKANDZYAI
MAHA BHEKANDZYAI BHEKANDZYAI
RANDZA SAMUNGATE SOHA.

Short:
TAYATA OM BHEKANDZYAI BHEKANDZYAI
MAHA BHEKANDZYAI BHEKANDZYAI RANDZA SAMUNGATE SOHA.

Sankrit:
" Tadyatha, Om Bhaisajya Bhaisajya Maha Bhaisajya Raja Samungate Soha."


lebih baik pakai yg mana?
2. apakah yg dimaksudkan Para Arya Dzambala adalah Tara Arya Jambhala?
jika ya,
apakah ada perbedaan antara Arya White Jambhala, Arya Black Jambhala, dan Arya Yellow Jambhala?
jika bukan, bisa kasih lebih mendetail mengenai Para Arya Dzambala?
3. yg untuk keselamatan, bisa lebih dijelaskan nama2 mantra-nya?
dan apakah ada mantra untuk keselamatan yg "khusus"? seperti di dalam Islam ada BBS dan Lamjalala. apakah ada yg seperti itu?
4. nyokap pernah dikasi 10 gambar yg katanya adalah gambar Jambhala. ada yg duduk diatas kereta, ada yg memegang panah, dll. apakah itu adalah gambar Jambhala?
5 om Sarva tau soal mandala gak? kl tau, sebenarnya fungsinya apa dan apakah ada mantra-nya?
------

1. Pakai yg mana saja gk masalah. Semua sama saja....


2. Arya Tara Dzambala namanya Arya Tara Basudharini/Vasudarini. Memang merupakan salah 1 dr Arya Dzambala


Dzambala ada 7 (+ Tara Basudharini jd 8)
a)Green Dzambala
(krg tau)
b)Black Dzambala
(yg ini jg kurang tau, tp apabila kita menjalankan Sadhana Beliau, sbl pembacaan mantra beliau & Memasuki samadhi hrs Membaca Mantra Amerta)
c)White Dzambala
(Manifestasi dr Air Mata Avalokitesvara, yg jatuh karna Welas Asihnya kpd warga desa yg kekurangan pangan, yg diurus Y.A. Atisha. Bisanya dharmanya digunakan oleh Para Pencari dana utk keperluan Dharma)
d)Red Dzambala
(krg Tau)
e)Yelow dzambala
(diadopsi dr Hndu, Aslinya Kuwera/Kubera)
f)Vaisravana Dzambala
(Disebut Pula King of Dzambala, karna merupakan kepala dr para Arya Dzambala. Manifestasi dr Yelow Dzambala)
e)Arya Ghanapati
(ada yg mengatakan kl beliau adalah wujud lain dr Red Dzambala, ada pula yg mengatakan beliau merupakan Manifestasi dr Meta-Karuna Avalokitesvara Boddhisattva)


3. Utk Mantra Proteksi cukup banyak. krg lbh sama banyaknya dgn Jumlah Para Dharmapalla, karena setiap mantra dr para Dharmapala merupakan mantra Proteksi. Misal:
a) Mahakala
b) Vajrapani Boddhisattva
c) Rahula
d) Dewa Skanda (Wie Tho Phu Sat di Mahayana)
e) Kwan Kung
f) Sitatapattra Bhagavati (Ta Pai San Kai Fo Mu)


4. Bisa Post Fotonya dimari?? sy agak bingung kl tanpa foto


5. Mandala merupakan slh 1 objek visualisasi, dan merupakan suatu gambaran Mikrokosmos (bentuk kecil/mini alam semesta). Mantranya sm dgn Mantra Deities ybs. Misalnay Mandala Kalachakra, ya mantranya Mantranya Kalachakra.
--------------------------------------------------------------------
1. Sakyamuni Buddha : Tadyatha, Om Muni Muni Mahamuni Shakyamuni Svaha
2. Bhaisajya Guru Vaidurya Prabharajah Buddha : Tadyatha, Om Vaisajya Vaisajya Mahavaisajyaraja Samudgate Svaha
3. Amitabha Buddha : Om Amidewa Hrih
4. Avalokitesvara Bodhisattva : Om Mani Padme Hum
5. Tara Hijau : Om Tare, Tutare, Ture Svaha
6. Ksitigarbha Bodhisattva : Om Ha ha Vismaye Svaha
7. Padmasambhava : Om Ah Hum Vajra Guru Padma Siddhi Hum Hrih
8. Dewa Brahma : Om Broum Ne Namma
9. Guru Jey Tsongkapha : Om Ah Guru Vajradhara Sumathi Kiti Siddi Hum 
---------------------------------------------
Sumber : Angulimala Paritha
Fungsi : Parita semoga bayi dalam kandungan selamat
Yatoham Bhagini Ariyaya
Jatiya Jato
Nabhijanami Sancicca
Panam jivitavoropeta
Tena Saccena Sotthi Te
Hotu Sotthi Gabbhassa 


Sumber : Namo karathakka Gatha
Fungsi : Gatha semoga gangguan lenyap, kesejahteraan, sukses, bebas dari kekejaman
Namo Arahato Sammasambudhhasa Mahesino
Namo Uttama Dhammasa Svakkhatasseva Tenida
Namo Mahasanghassapi Visudhasiladitthino
Namo Omatyaraddhassa Ratanattayasa Sadhukam
Namo Omakatitassa Tassa Vatthutayasapi
Namo Karapabhavena Vighacantu Upadava
Namo Karanubhavena Suvatthi Hotu Sabbada
Namo Karassa Tejena Vidhimhi Homi Tejava


Ada lagi yang lain tapi Gatha yang lebih panjang, lihat Culla Mangala Cakkavala dan Jaya Mangala Sutta  


Gatha Dewa Brahma (perolehan pembebasan, kelancaran dalam pekerjaan, kebahagiaan dan kejayaan) :
Om karabindunam upannam brahma saha nama adikappe su-agato panca padumam disva namo buddhaya vandanam siro me buddhadevan ca brahma devata hadayam narayakan ceva dve hatthe ca parame surapade vinukan ceva sabbakamma pasiddhi me sabbabuddhanubhavena sabbbadhammanubhavena sabbasanghanubhavena sabbasotthi bhavantume.

Yang tidak butuh inisiasi untuk keberuntungan/rejeki/kesehatan coba saja Mantra Dewa Bumi :
Namo Sammanto Motonam Om Tulu Tulu Tiwei Soha  


Sumber : Mariciya Dharani Sutra terjemahan 0/ Ivan Taniputera
Disebutkan dalam Sutra :
Fungsi : Segala marabahaya akan lenyap dan tiada lagi aral melintang.
Cara :
"Saya siswa bernama . mengenal nama Dewa Marici ini. Oleh karenanya, tak seorangpun yang dapat melihat, menangkap, menipu, mengikat,berhutang, dan memperdaya saya."
Tadyatha. Arkamasi. Markamasi. Sudhumasi.Jvalamasi. Maha-jvala masi. Mariciya masi. Antardhanayamasi. Namo 'stute svaha.
[Ucapkan pula],"Lindungilah saya pada siang hari.Lindungilah saya pada malam hari. Lindungilah saya di tempat kediaman musuh. 


Sumber : Sutra Dharani Kedamaian Rumah terjemahan o/Ivan Taniputera
Fungsi : menghindari penyakit yang disebabkan hantu yang dikuasai amarah, mencapai kedamaian teguh dari hawa nafsu, serta beroleh pahala kebajikan."
Dharani :
多 跌 他 波 羅 殊 隸 殊 隸 殊 隸 隸 沙 摩 鞮
TUO DIE YE TA BO LUO SU LI SU LI SU LI LI SHA MO DI
摩 訶 娑 摩 鞮 娑 慢 帝 摩 訶 娑 慢 帝 娑 隸 娑
MO HE SUO MO DI SUO MAN DI MO HE SUO MAN DI SUO LI SUO
羅 隸 莎 呵
LUO LI SUO HA
Sumber : Arsapramanasutra terjemahan o/Ivan Taniputera
Fungsi : menjadi penyembuh bagi berbagai penyakit berat(tumor), termasuk yang disebabkan oleh angin, panas, serta unsur-unsur yin, [atau] akibat gabungan antara ketiga jenis unsur ini. Begitu pula, ia dapat menjadi penyembuh bagi penyakit berat yang menyerang darah, rongga perut, hidung, gigi, lidah, mata, telinga, kepala, anggota-anggota tubuh,tulang belakang, anus, dan persendian. Mengingat 7 kehidupan lampaunya.
Dharani :
Da-Zhi-ta, E-lan-di, E-lan-mi, Shi-li-bei, Shi-li-Shi-li, Mo-jie-shi-Zhi,
San-po-ba-dou, Suo-ha.
Dalam bahasa Sansekerta:
Tadyathā, om sarva grathita me śr śr mā kasti sam-bhavatu svāhā 


Sumber : Cundi Dharani Sutra terjemahan o/Ivan Taniputera
Fungsi :
-800.000x, seluruh kesalahan maha berat(masuk ke neraka Avici) yang pernah dilakukannya semenjak masa lampau akan terhapuskan. Terbebas dari segenap gangguan dan mara bahaya bencana alam serta penyakit. Tidak jatuh ke 3 alam rendah.
-200.000x, Buddha, Bodhisattva, Prateyka Buddha mucul dalam mimpinya. Memuntahkan kamma buruknya.
Sadhana :
- Jikalau ada orang mengalami penyakit yang disebabkan oleh permasalahan spiritual, lafalkan mantra ini pada beberapa utas rumput cogon dan usapkan rumput tersebut pada penderita. Dengan demikian, ia akan terbebas dari penyakitnya. Apabila ada seorang anak yang dirasuki oleh makhluk halus, ambillah benang lima warna dan mintalah seorang gadis muda untuk menjalinnya menjadi satu utas benang tunggal. Buatlah satu simpul pada jalinan
benang tersebut setiap kali melafalkan mantra, sehingga secara keseluruhan diperoleh 21 simpul. Ikatkan benang dengan simpulsimpulnya itu ke leher sang anak. Japalah kembali mantra ini sebanyak tujuh kali pada segenggam biji moster lalu sebarkan ke wajah anak itu, sehingga ia akan terbebas dari kerasukannya.
-Untuk menyembuhkan orang yang sakit karena dirasuki oleh makhluk halus. Kalau orangnya hadir, gambarlah tubuh orang yang sakit itu di atas sehelai kertas. Lafalkan mantra pada sebatang tongkat yang terbuat dari kayu pohon willow dan pukullah gambar tadi. Ini akan menyembuhkan orang itu dari kerasukan. [Namun], apabila orang yang dirasuk makhluk halus itu tinggal di tempat yang jauh, lafalkanlah mantra sebanyak tujuh kali pada tongkat kayu pohon willow itu. Kemudian kirimkan orang untuk membawa tongkat itu pada si sakit. Gambarlah tubuh orang yang kerasukan itu di depannya dan pukullah gambar tersebut dengan tongkat. Tatacara ini juga akan membebaskan orang itu dari makhluk halus jahat penyebab penyakitnya
- Jika engkau memberikan persembahan makanan dan sering melafalkan mantra ini,engkau akan terhindar dari mara bahaya yang ditimbulkan oleh orang atau anjing jahat. Apabila engkau telah selesai melafalkan mantra ini sebanyak 300.000 kali dihadapan sebuah pagoda, Buddharupang, atau stupa, dan setelah itu mempersembahkan banyak makanan pada tanggal 15 suklapaksa (pertengahan bulan pertama), kembali melafalkan mantra selama sehari penuh, dan berpantang makan, maka engkau akan sanggup berjumpa dengan Arya Vajrapani. Dll.
Dharani :
NAMO SAPTANAM SAMYAKSAMBUDDHA KOTINAM. TADYATHA:
OM, CALE, CULE, CUNDI SVAHA.  

Sumber : Mahanaga Kulika Krkala Sutra terjemahan o/Ivan Taniputera
Fungsi : Menghapuskan segenap kemelekatan pandangan salah serta dapat menundukkan seluruh raja mara, membebaskan diri dari nafsu rendah, mencapai samadhi tertinggi seperti Bhagavan. Terlahir di Tanah Buddha.
Dharani :
曩 謨 悉 底. 悉 底. 蘇 悉 底. 悉 底 伽 羅
NANG MO XI DI XI DI SHU XI DI XI DI JIA LUO
羅 耶 俱 琰 參 摩 摩 悉 利.
LUO YE JU YAN SHEN MO MO XI LI
阿 闍 麼 悉 底 娑 婆 呵
A SHI MO XI DI SUO PO HE
此 咒 威 力 除 一 切 不 詳 降 伏 諸 魔 王。
CE ZHOU WEI LI CHU YI QIE BU XIANG XIANG FU ZHU MO WANG
Instruksi :
Bila ada orang yang mengalami gangguan makhluk-makhluk halus jahat, ia dapat menuliskan namanya sendiri dan melafalkan dharani ini sebanyak tiga atau tujuh kali. Seluruh makhluk halus jahat akan terbakar habis tanpa sisa.
Sumber : Sutra Lotus (Sadharma Pundarika Sutra).
Khusus bagi mereka yang memiliki sadha thdp Sutra Lotus dan memiliki aspirasi bodhi :
- Fungsi : Perlindungan dari Bodhisattva Baisajaraga, Dharani :
“Anye manye mane mamane citte carite same sainita visante mukte muktame same avishame samasame jaye (Kshaye) akshaye akshine sante sainite dharani aloka bashe pratyavekshani nidhiru abhyantaranivishte abhyantaraparisuddhi utkule mutkule arade parade sukankshi asamasame buddhavilokite dharmaparikshite samghanirghoshani (nirghoshani) bhayaabhayavisodhani mantre mantrakshayate rute rutakausalye akshaye akshayavanataye (vakkule) vàloda amanyanataye (svaha).”
- Fungsi : Perlindungan dari Bodhisattva Pradanasura, tiada satupun dan para yaksha atau rakshasa, atau putana, atau kritya, atau kumbhandas, atau iblis lapar, ataupun yang lain-lainnya yang sedang mencari kelengahan mereka, dapat memperoleh kesempatan., Dharani :
“Jvale mahajvle ukke (tukku) mukku ade adavati nrtye nrtyavati ittini vittni cittini nrtyeni nrtyavati (svaha).”
- Fungsi : Perlindungan dari Salah satu 4 Raja Agung yaitu Vaisravana, tidak akan ada perkara yang merusak yang dapat datang dalam jarak 100 yojana. Dharani :
“Atte (tatte) natte vanatte anade nadi kunadi (svaha)”
- Fungsi : Perlindungan dari Salah satu 4 Raja Agung yaitu Virudhaka. Dharani :
“Agane gane gauni gandhari kandhali matangi (Pukkasi) samkule vrusali sisi (svaha).”
- Fungsi : Perlindungan dari 10 Raksasa wanita, Ibu Setan dll, Tidak satupun dari para yaksha, atau iblis lapar, atau putana, atau kritya, atau vetada, atau kashaya, atau umaraka, atau apasmaraka, atau yaksha kritya, ataupun orang-orang kritya, ataupun demam, baik hanya sehari saja, ataupun setiap hari, atau berselang tiap satu hari, atau berselang empat hari, atau berselang tiap minggu, ataupun demam yang tiada henti-hentinya, baik dalam bentuk priya, atau wanita, atau dalam wujud perjaka, atau perawan, maka semuanya tidak akan dapat mengganggu mereka meskipun hanya dalam mimpi. Siapapun yang menahan mantra mereka akan pecah kepalanya menjadi 7 bagian, sengsara dan masuk Neraka Avici. Dharani :
Iti me, iti me, iti me, iti me,iti me;ni me,ni me, ni me, ni me, ni me; ruhe, ruhe, ruhe,ruhe (ruhe); stuhe, stuhe, stuhe, stuhe, stuhe, (svaha).” 
 TA PAI SAN KAI FU MU
Lambang :
Dibuat cerminnya untuk dipuja dan dipakai sembahyang / altar
Upacara & Caranya sbb :
Letakkan Patung Ta Pai San Kai Fu Mu atau Keng Lun (Cermin bundar dengan gambar lambang diatas),=> boleh hanya patung / gambar / atau KengLun-nya saja.
Keterangan : Sebaiknya KengLun ditulis dengan huruf putih diatas cermin bundar yang bertepi kuning => untuk selanjutnya dipuja.
Siapkan juga air putih (air untuk minum), kembang segar & buah – buahan (tidak mengikat, air putih juga cukup untuk melakukan ritual ini.
1. Cuci tangan, bakar dupa, & menjura
2. Bacalah :
“Dengan sujud / namasakara mempersilahkan “Ta Pai San Kai Fu Mu” (3 kali)
3. Bacalah :
“Semua Julai yang maha luhur yang berubah menjadi Thein Mu. Pai San Kai nan Maha Wibawa dan Maha Mulia”, lalu sujud / namasakara.
4. Bacalah :
“Hung Cing Kang Ting Si Ta We Shen Mu, Ji Jien Sou Shen Mu, Pai Jien Wan Yen Shen Mu, Pu Erl Ce Yan, Ji Cung Siang Cing kang Gwan Kwang Ta Shen Mu, Cu Cai San Cie Cung Wei”,
Mohon perkenankanlah hamba _________ (sebut nama sendiri), =>lalu sebutkanlah permohonan dan perlindungan yang kita minta
5. Baca dalam hati 108 kali :
“Oom, Sa Erl Wa, Ta Tha Cia Ta, Unika, Setatapace, Hung Pe, Hung Mama, Hung Hi, So Ha”
6. Setelah selesai tutup, namasakara 3 kali
CARA TERBAIK UNTUK MENGHAPUS DAN MERUBAH
NASIB BURUK MENJADI NASIB BAlK


Keng “Ta Pai San Kai Fu Mu Cin” adalah yang khusus dibaca oleh aliran ini tantra dalam agama Buddha. Keng ini sangat sederharna, uapacaranyapun sederhana namun hasilnya luar biasa, mempunyai kesaktian yang tak dapat diduga.


Orang yang membaca Keng ini dapat memukul mundur semua setan dan musuh, melumatkan semua mantra jahat, menghindari semua malapetaka, menaklukkan semua haritu dan setan, menghi*langkan segala penyakit yang aneh-aneh hingga tercapailah keten*traman hatinya. Semua permohonan baik rejeki, usia, perjodohan, keturunan, kecerdasan, usaha, kesembuhan, merubah permusuhan menjadi persahabatan, perkara pengadilan menjadi perdamaian, ter*hindar dari kecelakaan jalanan yang tiba-tiba dsb, semua akan ter*kabul dan berhasil. Orang yang membaca Keng ini akan sering dis*enangi dan dilindungi Malaikat, akan menerima karunia besar dan selamat, besar amalnya.


Upacara dan caranya sbb:
Letakkan di atas altar “Patung Ta Pai San Kai Fu Mu” dan “Keng Lun” untuk pemujaan (boleh pula hariya memuja patung/gambarnya atau Keng Lun saja. Sebaiknya Keng Lun ditulis dengan huruf putih diatas kaca bulat yang bertepi kuning, lalu pengilon ini dipuja). Dengan air putih (yang sudah masak), kembang segar, buah-buahari.


Saat membaca:


1. Cuci tangan, membakar dupa, menjura.


2. Bacalah: “Dengan sujud mempersilahkan “Ta Pai San Kai Fu Mu” sebanyak 3 kali.


3. Bacalah sekali: “Semua Ju Lai yang mahaluhur yang berubah men*jadi Thien Mu. Pai San Kai nan Mahawibawa dan Maha mulia”. lalu sujud.


4. Bacalah: “Hung Cing Kang Ting Si Ta We Shen Mu, Ji Jien Sou Shen Mu, Jien Inien Shen Mu, Pal Jien Wan Yen Shen Mu, Pu En Ce Yan, Ji Cung Siang Cing Kang Gwan Kwang Ta Shen Mu, Cu Cai San Cie Cung Wei, mohon perkenankanlah hamba (sebutlah namamu sen*diri) dan semua umat, makhluk yang tak berwujud, hantu yang berwujud dan segala malapetaka, terhim*pas bersih. Dengan mendapatkan penlindungan Sang Buddha dan Po sat (Bodhisatva), semua permohonan akan terkabulkan, mendapatkan rejeki, keamanan dan ketentraman serta kesehatan”. Cukup baca sekali saja.


5. Bacalah dalam hatimu sebanyak 108 kali mantra dibawah ini:
“Oom, Sa Erl Wa, Ta Tha Cia Ta, Unika, Setatapace, Hung Phe,
Hung Mama, Hung Ni, So Ha”.


6. Bacalah: “Semoga semua kebaktian yang telah dibaca, sece*patnya berkenan Pai San Kai Mu membawa umatnya terhindar dan segala malapetaka”. Bersujud 3 kali.


Biasanya jika tidak berada di rumah, atau berada diatas kapal/ mobil, atau ketika lagi bekerja ataupun lagi berpiknik, juga boleh membaca. Asalkan ketika membaca dalam hatinya membayangkan wajah Fu Mu dan membaca: “Dengan sujud mempersilahkan Ta Pai San Kai Fu Mu” sebanyak 3 kali, kemudian baru membaca mantra Ta Pai San Kai Fu Mu tersebut dalam hati dengan jumlah tanpa batasan.


Membaca mantra ini harus penuh dengan ketekunan dan keper*cayaan, tiap hari membacanya, lambat laun dengan sendirinya akan timbul suatu kekuatan yang tiada batasnya. Penulis pernah mengajar*kan mantra ini kepada banyak orang. Ada orang yang sakit lama tidak juga sembuh, setelah membaca mantra ini 2 bulan, diobati oleh seorang dokter lantas menjadi sembuh. Ada sebuah keluarga dimana semua anggota keluarganya bergiliran jatuh sakit, setengah tahun tidak henti-hentinya, setelah diperiksa baru diketahui bahwa dirumahnya ada makhluk halus yang lagi mengganggu. Setelah mengajar membaca mantra 1/2 bulan, sekeluarganya tidak sakit lagi. Ada orang yang pekerjaannya tidak lancar, rekan sekerjanya tidak rukun, membaca mantra 7 hari berubah menjadi baik. Ada orang yang mendapat permusuhan dari orang lain, takut dibalas dendam, semangatnya menjadi turun, keluarganya mewakilinya membaca mantra, setiap hari minum air mantra dan memercikkan air mantra ke arah musuh, akhirnya tidak ada masalah.


Aliran tantra dalam agama Buddha mempunyai “Kebaktian Ta Pai San Kai Fu Mu melindungi negara, memunahkan bencana”. Me*ngumpulkan banyak orang mendirikan panggung mengadakan kebaktian 7 hari, 21 hari atau 49 hari, ini bisa membuat sebuah daerah tidak akan mengalami berbagai bencana seperti: bencana angin, ben*cana banjir, bencana api, bencana gempa, wabah penyakit, pepera*ngan, dll; menjadikan negara dan rakyatnya aman dan tentram
.


Mantra Rajanaga:
Namo Samntho Buddhanam Vajra Mi


For info:
Utk Bro&Sis yg dirumah Memuja Rajanaga/Punya Altar Dewa Naga
ataupun Memiliki Rajanaga Ratnakalasa/Long Wang Pao Ping/ Jambangan Rajanaga/Dharma Vase Rajanaga
Di area rumah
Mohon tdk menggunakan Minyak Misik/Produk kecantikan lainnya yg mengandung Musk
Karena Rajanaga sgt tdk menyukainya... 
Dharani ini dalam Sanskrit
Dharani :


曩 謨 悉 底. 悉 底 蘇 悉 底. 悉 底 伽 羅 羅 耶,
Namo siddhi siddhi su siddhi, Siddhi kara raya,
俱 琰 參 摩 摩 悉 利.
Guhyam sama ma sri,
阿 闍 麼 悉 底 娑 婆 呵
Ajanma siddhi svaha                                                                                                                                                  


Namas try-adhvanugata pratisthitebhyah sarva buddha bodhisattva pra-sara tathagata guhya-mandala mudra mantra pra-sara samudrebhyah.Nama arya Vajradhara sarva kula-guhya vidya-dharendra prati-sthitebhyah. Namah sarva pratyeka-buddha arya-sravaka-samghebhyo atitanagata-pratyutpannebhyah. Nama sarva mandala-guhya maha-vidya-raja sadhana siddhebhyah. Namo ratna-trayaya. Nama Aryavalokitesvaraya bodhisattvaya mahasattvaya maha-karunikaya,sarva vidya-mandala-raja Maha-amogha vi-kurvana siddhebhyah sarva mudrebhyah. Tadyatha, om, vimale vimala-garbhe, vimalam bhuja-padme, surya-varcah sahasra-rasmi kirani, maha-rasmi jvalavabhasite. Cala cala car-cala sam-cala padmottare, padma-garbhe, padma-bhuje, su-nir-malam bhuja vimale. Mani kanaka vajra vaidurya indra-nila marakata padma-raga vividha maha-mani ratna alam-krte sarire. Dhara dhara maha-padma-dhare. Para para parasu pasa dhare. Sara sara samanta vairocane. Sarva tathagata guhya adhisthite, kula-samaya pari-purani, Dhara dhara, vajra-jvala-mala garbhe, vajra vajre vajra adhisthita padme, hum hum, mani mani maha-mani cintamani pasa-dhara. Huru huru padme, padma-gaure, padma-pani varade Amogha-padme. Om, padmini, padma mani vajra dhare. Sarva tathagata-kula samyak-samaya adhisthite. Maha vipula-bhuje bhara bhara, sam-bhara sam-bhara, bhuru bhuru bhurani, bhiri bhiri samantavalokita vidya-raje, pra-sara pra-sara samanta vimale. Sarva vidya-mandala devata namas-krte. Tara tara, taraya taraya, samanta asa pari-purani. Sarva bodhisattva abhisincani, sarva tathagata amogha abhi-sikte abhisincaya mam, sarva vidya-mandala-kula samaya abhisekai. Sarva tathagata-pani varade padma-gaure, padma-prabhe, padma vi-kas bhoja-garbhe, hum hum, vajre vajre, vajra-padme, tathagata-kula adhisthite. Amogha varade sarva sarva asa pari-purani. Sarva apaya duhkha pra-samani. Amogha-hrdaya siddhi sadhaya vimale hum phat. Om varade padma-bhuje namo stute padma-puse svaha.


Mantra ini sangat baik. Segala kebaikan pun boleh kita cap
mantra apa ini? yang diatas?
Kok saya mendeteksi ada unsur tantra? Ada beberapa mantra dalam tantra yg bukan untuk konsumsi umum.
Ada yg butuh menjalankan syarat2, ada yg butuh guru, ada yg butuh inisiasi, dll.
Sebaiknya kalau di tempat umum, post mantra yg dari Sutra, yg tidak ada batasan.
Contoh: 
Namo Amitabha.
Om Mani Padme Hum
Om Tare Tutare Ture Soha
Om Muni Muni Maha Muni Ye Soha
Om Ah Ra Pa Tsa Na Dhi
Om Vajrapani Hum.

Atau dharani: Ta Pei Cou (Maha Karuna Dharani)
Ko Ong Kwan Se Im Keng
Prajna Paramita Hrdaya Sutra.

Semua dharani yang saya share (setau saya) aman untuk konsumsi publik. Mohon perhatian juga buat yg lain. Karena kalau sembarangan baca mantra yg "berat" bisa bisa efeknya malah negatif. Katanya bisa masuk neraka.
Jadi, tolong diidentifikasi, nama dharani ini apa ya? 
-------------------------------------------------------

Mantra doa pendatang rezeki
Mantera untuk pendatang rezeki ada dua yang dipegang :
1 . Namo Ti Cang Wang Pusat baca terus minimal sampai 1 juta kali. Satu hari baca 1000 x dalam kurang lebih dalam tiga tahun dijamin oleh Ti Cang Wang Pusat tidak akan kekurangan sandang pangan seumur hidup ada dalam sutra Ksitigarbha.
2. Mantera Dewa Tanah : "Namo samanto motonam om tulu-tulu tiwei soha"sehari minimal 108 x
membuka peluang / kesempatan mencari uang.
 
umber  :  http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka_dtl.php?cont_id=170s

                             @@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@

Karaniya Metta Sutta

Ketika Sang Buddha sedang berdiam di Savatthi bersama dengan murid-muridnya, Sang Buddha memerintahkan kelima ratus orang muridnya untuk berlatih diri, bermeditasi di hutan untuk mencapai tingkat kesucian. Kelima ratus orang bhikkhu itu lalu pergi menuju ke suatu desa yang cukup besar. Penduduk desa yang ketika mengetahui murid-murid Sang Buddha mendatangi desa mereka, segera menyambutnya dengan menyiapkan tempat untuk beristirahat, dan mempersembahkan bubur dan makanan lainnya. Mereka lalu bertanya:
"Kemanakah Bhante akan pergi?".
Para bhikkhu itu menjawab:
"Kami akan pergi ke suatu tempat yang nyaman".
Penduduk desa itu menyarankan:
"Bhante, tinggallah di hutan di dekat desa kami ini selama tiga bulan, sehingga kami dapat mempelajari Dhamma dibawah bimbinganmu".
Para bhikkhu menyetujuinya, dan para penduduk berkata lagi:
"Bhante, di dekat desa kami ada hutan kecil, Bhante dapat tinggal di sana".
Kelima ratus orang bhikkhu itu lalu pergi menuju hutan yang ditunjukkan penduduk desa.

Di dalam hutan itu banyak terdapat makhluk halus penghuni hutan, mereka mengetahui kedatangan para bhikkhu,
"Sekumpulan bhikkhu akan datang ke hutan ini, apabila para bhikkhu itu tinggal di sini, pasti tidak enak lagi kita berdiam di sini bersama anak dan istri".

Mereka turun dari pohon dan duduk di bawah, mereka berpikir lagi:
"Kalau bhikkhu-bhikkhu itu tinggal di sini hanya satu malam, besok mereka pasti pergi dari hutan ini".

Mereka lalu duduk diam di bawah pohon. Tetapi keesokkan harinya setelah para bhikkhu berpindapata ke desa di dekat hutan itu dan makan hasil pindapatanya, ternyata mereka kembali ke hutan itu. Para makhluk halus penghuni hutan itu berpikir:
"Besok, kalau ada yang mengundang mereka, mereka pasti pergi dari sini. Kalau hari ini mereka tidak jadi pergi, besok mereka pasti pergi". Setelah berpikir demikian, mereka duduk kembali di bawah pohon sepanjang malam.
Makhluk halus penghuni hutan ragu-ragu, apakah para bhikkhu itu akan segera pergi dari tempat tinggal mereka, lalu berpikir kembali:
"Apabila para bhikkhu ini tinggal di sini selama tiga bulan, pasti tidak enak lagi tinggal di sini, lagipula kita sudah lelah sekali duduk di bawah. Bagaimana yah, caranya supaya para bhikkhu ini pergi dari sini?".

Karena merasa terganggu akhirnya makhluk halus penghuni hutan itu mengganggu para bhikkhu supaya mereka pergi dari tempat tinggal mereka. Siang dan malam hari para bhikkhu itu diganggu, ada yang melihat kepala-kepala beterbangan, ada pula yang melihat badan tanpa ada kepalanya berjalan-jalan, lalu terdengar suara-suara yang menyeramkan.
Pada waktu yang bersamaan, para bhikkhu itu banyak yang menderita bermacam-macam penyakit, ada yang sakit batuk, pilek atau sakit-sakit lainnya. Mereka lalu saling bertanya:
"Saudaraku, kamu sakit apa?".
"Saya sakit pilek".
"Saya batuk-batuk".
"Saudaraku, hari ini saya melihat banyak kepala beterbangan".
"Saudaraku, di malam hari saya melihat badan tanpa kepala berjalan-jalan".
"Saya mendengar suara-suara yang menyeramkan".
"Saudaraku, kita harus meninggalkan tempat ini, tempat ini tidak cocok untuk kita. Mari kita menemui Guru kita, Sang Buddha".
Mereka meninggalkan hutan itu dan menemui Sang Buddha, setelah memberikan hormatnya dengan bernamaskara, mereka lalu duduk dan menceritakan mengapa mereka kembali, Sang Buddha lalu berkata:
"Bhikkhu, mengapa kalian tidak dapat tinggal di hutan itu?".

Para bhikkhu menjawab:
"Yang Mulia, kami tidak dapat lagi tinggal di sana, tempat itu amat menyeramkan, banyak hal menakutkan yang kami lihat dan alami. Tempat itu tidak nyaman untuk kami, jadi kami memutuskan untuk pergi dari sana dan kembali menemui Yang Mulia".
"Bhikkhu, kamu harus kembali ke tempat itu".
"Maaf Yang Mulia, kami tidak mau kembali ke sana".
"Bhikkhu, ketika kamu pergi ke hutan itu untuk pertama kalinya, kamu tidak membawa "senjata". Dan sekarang kamu harus membawa "senjata" bila kamu kembali ke sana".
"Senjata apakah itu Yang Mulia?"
Sang Buddha lalu menjawab,
"Aku akan memberikan senjata yang dapat kamu bawa kemana pun kamu pergi".

Sang Buddha mengucapkan syair Karaniya Metta Sutta:

KARANIYAMATTHAKUSALENA
YAN TAM SANTAM PADAM ABHISAMECCA
SAKKO UJU CA SUHUJU CA
SUVACO CASSA MUDU ANATIMANI

SANTUSSAKO CA SUBHARO CA
APPAKICCO CA SALLAHUKAVUTTI
SANTINDRIYO CA NIPAKO CA
APPAGABBHO KULESU ANANUGIDDHO

NA CA KHUDDAM SAMACARE KINCI
YENA VINNU PARE UPAVADEYYUM
SUKHINO VA KHEMINO HONTU
SABBE SATTA BHAVANTU SUKHITATTA

YE KECI PANABHUTATTHI
TASA VA THAVARA VA ANAVASESA
DIGHA VA YE MAHANTA VA
MAJJHIMA RASSAKA ANUKATHULA

DITTHA VA YE VA ADDITTHA
YE CA DURE VASANTI AVIDURE
BHUTA VA SAMBHAVESI VA
SABBE SATTA BHAVANTU SUKHITATTA

NA PARO PARAM NIKUBBETHA
NATIMANNETHA KATTHACI NAM KANCI
BYAROSANA PATIGHASANNA
NANNAMANNASSA DUKKHAMICCHEYYA

MATA YATHA NIYAM PUTTAM
AYUSA EKAPUTTAMANURAKKHE
EVAMPI SABBABHUTESU
MANASAMBHAVAYE APARIMANAM

METTANCA SABBALOKASMIM
MANASAMBHAVAYE APARIMANAM
UDDHAM ADHO CA TIRIYANCA
ASAMBADHAM AVERAM ASAPATTAM

TITTHANCARAM NISINNO VA
SAYANO VA YAVATASSA VIGATAMIDDHO
ETAM SATIM ADHITTHEYYA
BRAHMAMETAM VIHARAM IDHAMAHU

DITTHINCA ANUPAGAMMA
SILAVA DASSANENA SAMPANNO
KAMESU VINEYYA GEDHAM
NA HI JATU GABBHASEYYAM PUNARETI’TI




Inilah yang harus dikerjakan
oleh mereka yang tangkas dalam kebaikan.
Untuk mencapai ketenangan,
Ia harus mampu, jujur, sungguh jujur,
Rendah hati, lemah lembut, tiada sombong.

Merasa puas, mudah disokong/dilayani
Tiada sibuk, sederhana hidupnya
Tenang inderanya, berhati-hati
Tahu malu, tak melekat pada keluarga.

Tidak berbuat kesalahan walaupun kecil
yang dapat dicela oleh Para Bijaksana
Hendaklah ia berpikir :
Semoga semua makhluk berbahagia dan tentram,
Semoga semua makhluk berbahagia.

Makhluk hidup apa pun juga
Yang lemah dan kuat tanpa kecuali
Yang panjang atau besar
Yang sedang, pendek, kecil atau gemuk.

Yang tampak atau tidak tampak
Yang jauh atau pun dekat
Yang terlahir atau yang akan lahir
Semoga semua makhluk berbahagia.

Jangan menipu orang lain
Atau menghina siapa saja.
Jangan karena marah dan benci
Mengharapkan orang lain celaka.

Bagaikan seorang ibu yang mempertaruhkan jiwanya
Melindungi anaknya yang tunggal,
Demikianlah terhadap semua makhluk
Dipancarkannya pikiran (kasih sayangnya) tanpa batas.

Kasih sayangnya ke segenap alam semesta
Dipancarkannya pikirannya itu tanpa batas
Ke atas, ke bawah dan kesekeliling
Tanpa rintangan, tanpa benci dan permusuhan.

Selagi berdiri, berjalan atau duduk
Atau berbaring, selagi tiada lelap
Ia tekun mengembangkan kesadaran ini
Yang dikatakan : Berdiam dalam Brahma

Tidak berpegang pada pandangan salah (tentang atta/aku)
Dengan sila dan penglihatan yang sempurna
Hingga bersih dari nafsu indera
Ia tak akan lahir dalam rahim mana pun juga.

Selesainya Sang Buddha mengucapkan syair Karaniya Metta Sutta, Sang Buddha berkata:
"Bhikkhu, bacakanlah Karaniya Metta Sutta ini, ketika kamu hendak masuk ke dalam hutan, dan ketika hendak memasuki tempat meditasi".
Setelah berkata demikian, Sang Buddha melepaskan para bhikkhu kembali ke hutan.

Para bhikkhu menghormat Sang Buddha dan kembali ke hutan dengan membawa "senjata" yang telah Sang Buddha ajarkan. Dengan membacakan Karaniya Metta Sutta bersama-sama, mereka masuk ke dalam hutan.
Makhluk halus penghuni hutan mendengar Karaniya Metta Sutta, yang menggambarkan cinta kasih dan belas kasihan kepada semua makhluk.

Sesudahnya mereka amat senang dan merasa bersahabat dengan para bhikkhu. Kemudian mereka mendatangi para bhikkhu dan minta ijin agar diperbolehkan membawakan mangkok-mangkok dan jubah-jubah. Mereka membersihkan tangan dan kaki para bhikkhu, lalu menempatkan penjagaan yang kuat di sekelilingnya. Mereka duduk bersama-sama para bhikkhu, berjaga-jaga. Suara-suara dan bayangan-bayangan menakutkan tidak ada lagi, para bhikkhu menjadi tenang dan nyaman.

Mereka segera duduk bermeditasi, melatih diri pada siang dan malam hari, untuk mendapatkan Pandangan Terang. Dengan pikiran yang terpusat dan terkendali mereka merenungkan kematian, tentang tubuh yang mudah rusak dan membusuk, lalu mereka menarik kesimpulan,
"Tubuh ini rapuh bagaikan tempayan".
Mereka lalu mengembangkan Pandangan Terang.
Sang Buddha yang sedang bermeditasi mengetahui bahwa murid-muridnya mulai mengembangkan Pandangan Terang, lalu ia berbicara kepada mereka:
"Demikianlah bhikkhu. Tubuh ini rapuh bagaikan tempayan".
Sambil berkata demikian, Sang Buddha mengirimkan bayangan dirinya yang dapat terlihat dengan jelas oleh murid-muridnya.

Meskipun Sang Buddha berada amat jauh, tetapi para bhikkhu dapat melihat Sang Buddha dalam bentuk yang nyata, dengan memancarkan sinar yang amat terang, Sang Buddha mengucapkan syair:

"Dengan menyadari bahwa tubuh ini rapuh bagaikan tempayan, maka hendaknya seseorang memperkokoh pikirannya bagaikan benteng kota dan menyerang mara dengan senjata kabijaksanaan"

Paritta Karaniya Metta Sutta
http://www.dhammacitta.org/pustaka/m...tta-fullcd.mp3

Ratana Sutta

Ratana Sutta adalah sebuah contoh yang sangat bagus, diantara khotbah-khotbah seperti yang digambarkan diatas, yang memiliki asal mula sendiri pada masa Sang Buddha hidup di kota Vesali yang makmur. Sutta ini dianggap sebagai sebuah Sutta yang memiliki kekuatan besar dalam menolong penduduk Vesali menanggulangi bencana kelaparan, makhluk-makhluk halus jahat, dan malapetaka. Bahkan hingga sekarang, umat Buddhis di seluruh dunia memberikan penghormatan besar terhadap Sutta ini, membacanya setiap hari dan memperoleh berkah serta perlindungan darinya dalam kehidupan sehari-hari.

Sutta ini muncul pada suatu masa, ketika kota makmur Vesali berada pada suatu kondisi kemerosotan dimana penduduknya terancam oleh bencana kelaparan, makhluk-makhluk halus jahat, serta wabah penyakit. Malapetaka ini memuncak hingga banyak kematian terjadi dan diperburuk dengan para makhluk-makhluk halus jahat yang selalu menghantui karena tertarik pada mayat-mayat yang membusuk. Rasa panik menyerang kota. Pada masa kritis tersebut, dua orang bangsawan Licchavi beserta sekelompok besar pengikutnya pergi menemui Sang Buddha yang sedang berdiam di Rajagaha dengan tujuan meminta pertolongannya.

Sang Buddha, setelah mendengar dukacita dan keputusasaan mereka, dengan penuh simpati dan belas kasih menerima undangan bangsawan tersebut. Sang Buddha beserta serombongan besar Bhikkhu segera meninggalkan Rajagaha menuju Vesali. Dikatakan bahwa Yang Mulia Ananda Thera ikut dalam rombongan ini. Setelah menyeberangi sungai Gangga, mereka akhirnya mencapai kota. Sebuah fenomena yang aneh terjadi. Turunlah hujan yang amat deras menyapu dengan bersih mayat-mayat yang telah membusuk dari kota dan menghilangkan bau udara yang tidak sedap. Kemudian Sang Buddha dengan penuh welas asih membacakan Ratana Sutta untuk penduduk kota Vesali. Yang Mulia Ananda Thera diinstruksikan untuk mengulang membaca Ratana Sutta untuk penduduk di seluruh penjuru kota Vesali. Air yang telah diberkahi kemudian dipercikkan dari mangkuk milik Sang Buddha. Oleh karena kekuatan kebahagiaan Sutta, semua makhluk halus jahat meninggalkan kota dan penduduk segera terbebas dari pengaruh jahat dan keji mereka. Berakhirlah bencana dan malapetaka pada kota tersebut.

Pemberkahan dan perlindungan yang berasal dari Ratana Sutta yang dibacakan pada masa Sang Buddha masih hidup, tetap dapat digunakan hingga saat ini. Ratana Sutta yang diuraikan oleh Sang Buddha kepada para penduduk Vesali yang sedang di Balai Umum sebenarnya telah diuraikan secara persis sebanyak tak terhingga kali oleh Buddha Buddha sebelumnya. Makna dan arti sutta ini telah dijelaskan dalam berbagai pertemuan oleh komunitas Bhikkhu pada masa ini dalam berbagai kesempatan. Umat Buddhis terus memperoleh manfaat dari pembacaan dan praktek ajaran-ajaran yang terdapat dalam Sutta ini.

Istilah Palu "Ratana" dikenal sebagai "Permata Mulia". Dikenal demikian tertuju kepada Buddha, Dhamma, dan Sangha. Kumpulan kebajikan-kebajikan dari Tiga Mustika ini mengundang para bijaksana untuk mempratekkan ajaran sebagai sebuah alat untuk menyeberangi lautan kehidupan dan kematian, menuju pada tujuan utama, Nibbana.

Dalam Pertama Mulia termuat berbagai sifat-sifat bajik yang dapat dipratekkan para bijaksana dalam kehidupan sehari-hari mereka. Adalah melalui pengendalian nafsu pikiran hingga sampai pada gerbang ketenangseimbangan sebagai buah pikiran konsentrasi, dimana jalan kematian telah dihilangkan setahap demi setahap menghapus kepercayaan akan adanya roh yangkekal, keragu-raguan, dan kemelekatan pada ritual dan upacara, para bijaksana telah sepenuhnya terbebaskan dari empat alam menyedihkan. Makhluk bumi dan makhluk nafa diundang untuk membagikan berkah dan kebahagiaan dari Khotbah Ratana. Dikatakan bahwa Raja para dewa, Sakka, mengulang tiga syair terakhir dari Sutta tersebut dan ikut mendatangi Sang Buddha bersama para pengikutnya di Vesali pada saat khotbah penutupan terakhir yang diselenggarakan di Balai Umum


Yānīdha bhūtāni samāgatāni,
Bhummāni vā yāni antalikkhe,
Sabbeva bhūtā sumanā bhavantu,
Athopi sakkacca sunantu bhāsitam.

Tasmā hi bhūtā nisāmetha sabbe,
Mettam karotha mānusiyā pajāya,
Divā ca ratto ca haranti ye balim,
Tasmā hi ne rakkhatha appamattā.

Yam kiñci vittam idha vā huram vā,
Saggesu vā ya ratanam panītam,
Na no samam atthi Tathāgatena,
Idampi Buddhe ratanam panitam,
Etena saccena suvatthi hotu!

Khayam virāgam amatam panītam,
Yadajjhagā sakyamunī samāhito,
Na tena dhammena samatthi kiñci,
Idampi Dhamme ratanam panitam,
Etena saccena suvatthi hotu!

Yam Buddha settho parivannayī sucim,
Samādhimānantarikaññamāhu,
Samādhinā tena samo na vijjati,
Idampi Dhamme ratanam panītam,
Etena saccena suvatthi hotu!

Ye puggalā attha satam pasatthā,
Cattāri etāni yugāni honti,
Te dakkhineyyā sugatassa sāvakā,
Etesu dinnāni mahapphalāni,
Idampi Sanghe ratanam panītam,
Etena saccena suvatthi hotu!

Ye suppayuttā manasā dalhena,
Nikkāmino *Gotama-sāsanamhi,
Te pattipattā amatam vigayha,
Laddhā mudhā nibbuti bhuñjamānā,
Idampi Sanghe ratanam panītam,
Etena saccena suvatthi hotu!

Yathindakhīlo pathavim sito siyā,
Catubbhi vāthehi asampakampiyo,
Tathūpamam sappurisam vadāmi,
Yo ariya-saccāni avecca passati,
Idampi Sanghe ratanam panītam,
Etena saccena suvatthi hotu!

Ye ariya-saccāni vibhāvayanti,
Gambhīra-paññena sudesitāni,
Kiñcāpi te honti bhusappamattā,
Na te bhavam atthamam ādiyanti,
Idampi Sanghe ratanam panītam,
Etena saccena suvatthi hotu!

Sahāva ‘ssa dassana-sampadāya,
Tayassu dhammā jahitā bhavanti,
Sakkāya-ditthi vicikicchitañca,
Sīlabbatam vāpi yadatthi kiñci.
Catūh’ apāyehi ca vippamutto,
Chaccābhithānāni abhabbo kātum,
Idampi Sanghe ratanam panītam,
Etena saccena suvatthi hotu!

Kiñca pi so kammam karoti pāpakam,
Kāyena vācā uda cetasā vā,
Abhabbo so tassa paticchādāya,
Ababbatā dittha-padassa vuttā,
Idampi Sanghe ratanam panītam,
Etena saccena suvatthi hotu!

Vanappagumbe yathā phussitagge,
Gimhāna-māse pathamasmim gimhe,
Tathūpamam dhamma-varam adesayī,
Nibbāna-gāmim paramam hitāya,
Idampi Buddhe ratanam panītam,
Etena saccena suvatthi hotu!

Varo varaññū varado varāharo,
Anuttaro dhamma-vara adesayī,
Idampi Buddhe ratanam panītam,
Etena saccena suvatthi hotu!

Khīnam purānam navam natthi sambhavam,
Viratta-cittā āyatike bhavasmim,
Te khīna-bījā avirulhicchandā,
Nibbanti dhīrā yathāyam padīpo,
Idampi Sanghe ratanam panītam,
Etena saccena suvatthi hotu!

Yānīdha bhūtāni samāgatāni,
Bhummāni vā yāni va antalikkhe,
Tathāgatam deva-manussa-pūjitam,
Buddham namassāma suvatthi hotu!

Yānīdha bhūtāni samāgatāni,
Bhummāni vā yāni va antalikkhe,
Tathāgatam deva-manussa-pūjitam,
Dhammam namassāma suvatthi hotu!

Yānīdha bhūtāni samāgatāni,
Bhummāni vā yāni va antalikkhe,
Tathāgatam deva-manussa-pūjitam,
Sangham namassāma suvatthi hotu!
1. Makhluk apa pun yang berkumpul di sini, baik yang dari dunia maupun dari luar angkasa, semoga semua makhluk itu bahagia. Demikian juga, semoga mereka mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang dikatakan.
2. Karena itu, wahai para makhluk, perhatikanlah baik-baik. Pancarkanlah kasih sayang kepada umat manusia yang siang malam memberikan persembahan kepadamu. Karena itu, lindungilah mereka dengan setulus hati.
3. Harta apapun yang ada di sini atau di dunia lain, atau permata tak ternilai apa pun yang ada di alam-alam surga, tidak ada satu pun yang sebanding dengan Sang Tathagata. Permata tak ternilai ini ada di dalam Buddha. Dengan kebenaran ini, semoga ada kedamaian!
4. Manusia bijak dari suku Sakya, yang tenang pikirannya, telah mewujudkan penghentian yang bebas dari nafsu, yang bebas dari kematian, dan luar biasa. Tidak ada sesuatu pun yang sebanding dengan keadaan itu. Permata tak ternilai ini ada di dalam Dhamma. Dengan kebenaran ini, semoga ada kedamaian !
5. Buddha yang agung memuji meditasi murni yang segera memberikan hasil. Tidak ada sesuatu pun yang sebanding dengan meditasi itu. Permata berharga ini ada di dalam Dhamma. Dengan kebenaran ini, semoga ada kedamaian!
6. Delapan individu yang dipuji oleh orang-orang baik2 terdiri dari empat pasang.3 Mereka adalah siswa-siswa Sang Buddha, yang pantas menerima persembahan. Apapun yang dipersembahkan kepada mereka akan memberikan buah yang melimpah. Permata tak ternilai ini ada di dalam Sangha. Dengan kebenaran ini, semoga ada kedamaian!
7. Mereka yang terbebas dari nafsu semuanya mantap di dalam ajaran Gotama yang berpikiran teguh. Mereka telah mencapai apa yang harus dicapai karena telah menyelam ke dalam Nibbana yang bebas dari kematian. Mereka menikmati Kedamaian yang dicapai, yang tak ternilai. Permata tak ternilai ini ada di dalam Sangha. Dengan kebenaran ini, semoga ada kedamaian!
8. Bagaikan gerbang kota yang berfondasi kokoh tidak tergoyahkan oleh angin dari empat penjuru, demikianlah kunyatakan bahwa orang yang sepenuhnya memahami Kebenaran Mulia adalah orang yang baik. Permata tak ternilai ini ada di dalam Sangha. Dengan kebenaran ini, semoga ada kedamaian!
9. Mereka yang dengan jernih memahami Kebenaran Mulia yang telah diajarkan dengan baik oleh Yang Maha Bijaksana, betapapun tidak berhati-hatinya mereka itu, mereka tidak akan terlahir untuk kedelapan kalinya. Permata tak ternilai ini ada di dalam Sangha. Dengan kebenaran ini, semoga ada kedamaian!
10. Tiga kondisi telah ditinggalkan oleh dia pada saat mencapai pandangan terang,4 yaitu: (i) pandangan salah tentang diri, (ii) keraguan, dan (iii) pandangan salah bahwa ritual dan upacara dapat menyelamatkan. Dia juga telah sepenuhnya terbebas dari empat keadaan menderita5 dan tidak dapat lagi melakukan enam kejahatan.6 Permata tak ternilai ini ada di dalam Sangha. Dengan kebenaran ini, semoga ada kedamaian !
11. Kejahatan apa pun yang dilakukan, baik lewat tubuh, ucapan atau pikiran, tak dapat disembunyikannya. Karena telah dikatakan bahwa tindakan semacam itu tidak mungkin dilakukan oleh orang yang telah melihat Sang Jalan.7 Permata tak ternilai ini ada di dalam Sangha. Dengan kebenaran ini, semoga ada kedamaian!
12. Bagaikan pohon-pohon yang pucuknya berbunga pada bulan-bulan pertama musim panas, begitu juga ajaran tertinggi yang menuju ke Nibbana ini diajarkan untuk tujuan tertinggi. Permata tak ternilai ini ada di dalam Sangha. Dengan kebenaran ini, semoga ada kedamaian!
13. Yang Luar Biasa, Yang Maha Mengetahui, Sang Pemberi yang luar biasa, dan Sang Pembawa Kesempurnaan telah membabarkan ajaran yang luar biasa. Permata tak ternilai ini ada di dalam Buddha. Dengan kebenaran ini, semoga ada kedamaian!
14. Dengan musnahnya (kamma) lampau, tidak ada (kamma) baru yang dihasilkan, maka pikiran pun tak melekat pada kelahiran di masa depan -- mereka telah menghancurkan benih-benih tumimbal lahir. Nafsu-nafsu tidak lagi muncul dan para bijaksana itu pergi, sama seperti lampu ini.8 Permata tak ternilai ini ada di dalam Sangha. Dengan kebenaran ini, semoga ada kedamaian!
15. Makhluk apa pun yang berkumpul di sini, baik yang dari dunia maupun dari luar angkasa, marilah kita menghormat Buddha. Sang Tathagata dipuja oleh para dewa dan manusia! Semoga ada kedamaian!
16. Makhluk apa pun yang berkumpul di sini, baik yang dari dunia maupun dari luar angkasa, marilah kita menghormat Dhamma. Sang Tathagata dipuja oleh para dewa dan manusia! Semoga ada kedamaian!
17. Makhluk apa pun yang berkumpul di sini, baik yang dari dunia maupun dari luar angkasa, marilah kita menghormat Sangha. Sang Tathagata, dipuja oleh para dewa dan manusia! Semoga ada kedamaian!
 

Da Sui Qiu Fo MU

大隨求佛母
Dasuiqiu Fo Mu

Pengenalan Singkat :
Bodhisattva Maha-pratisara, 大随求菩萨, ‘Maha pengabul kehendak’ atau Vajra Pengabul Keinginan. Wujud Nya di Garbhakosa Mandala adalah berwarna kuning tua, berlengan delapan.
*Tangan kanannya membawa :
Vajra, trisula, kapak, khadga.

*Tangan kirinya membawa :
Teratai yang diatasnya terdapat cakra, sutra, payung panji, laso

Mahapratisara Baghavati adalah kelompok keluarga Padma merupakan manifestasi dari Avalokitesvara Bodhisattva
Maha-vairocana Sutra:
“Bila orang mendengar mantra Nya, karma buruknya akan terkikis, dan bila dapat tekun menjapakannya, dia tak akan bisa dihancurkan dan dilukai. Api tak dapat membakar, pisau tak dapat memotong dan racun tak akan dapat mencelakainya.”
Mantra :
Om bhara bhara sambhara sambhra indriya visudhani hum hum ruru cale svaha
Dan:
Om vajra parasu pasa kharga cakra trisula cintamani mahavidya dharani svaha
(ada juga Dharani yang lebih panjang, Sutra Nya panjang sekali, diantaranya ada cerita mengapa saat Puteri Yasodha mengandung Rahula ia tak dapat dilukai oleh api dan lain sebagainya)
Diterjemahkan oleh Lianhua Shian
Sumber : GM book 140
神秘的幻象 – shenmi de huanxiang

Liansheng Huofo says :
…..
那是光輝靈妙的力量,以閃電般的動作,與全知全能的佛互相融入,那是一種超意識的極境,是至神至聖的,非一 般人能知之。

… itu adalah kekuatan roh yang penuh cahaya, gerakannya bagaikan kilat, menyatu dengan Buddha yang Maha Tahu dan Maha Bisa, itu adalah tingkatan yang melampaui kesadaran, sangat Agung dan sangat Suci, yang tidak dapat dipahami oleh manusia biasa.
我看見一位居住中央的「大隨求明妃」,這位佛母正是大日如來的佛母。
Saya melihat Mahapratisara Baghavati yang berada di tengah, Baghavati ini adalah pasangan dari Mahavairocana Tathagata.

Mantera Persembahan Luas

Bagi yang pernah baca pasti masih ingat dalam buku Mahaguru pernah disebutkan mengenai sebuah mantra yang dijapa 3 kali saat tidak sempat menyajikan persembahan di altar pribadi (saat sedang bepergian jauh dll)…
bila menjapa 3 x berarti sama saja dengan melakukan Mahapujana yang tak terhingga.
Ternyata, pahala mantra tersebut tidak hanya sampai disitu saja.

Mantra tersebut adalah salah satu dari Mantra Amoghapasa Avalokitesvara
(salah satu dari 6 Avalokitesvara)

catatan:
untuk menekuninya bisa mohon abhiseka jarak jauh dari Mahaguru, dengan kirim fax atau surat.

Berikut dibawah adalah Amoghapasa :

Mantra Pujana Amoghamani yang Sangat Unggul《不空寶珠供雲咒》 Mantra ini ada dalam Tripitaka bag 20. Sutra Amoghapasaiddhimantra bagian 29
《新修大藏經20-不空罥索神變真言經第29卷》(大唐天竺三藏菩提流志譯)

Bila siswa Buddha tidak mampu mendirikan altar mandala dalam rumah, asalkan memiliki ketulusan telah berusaha sebisa mungkin namun tetap gagal. Dapat menjapa mantra ini, pahalanya akan sama dengan persembahan paling terunggul. Selain dari keterangan Mahaguru, kedahsyatan pahala mantra ini juga dipertegas lagi dalam sutra, seperti kutipan sutra di bawah ini :
(terjemahan sutra berupa ringkasan) Suatu ketika, Avalokitesvara Bodhisattva Mahasattva, melihat kewibawaan kesaktian besar dari iddhi Samayamudra Mahamandala, seketika memenuhi sepuluh penjuru. Setelah menerima Vidyaraja Padma Suci, Avalokitesvara menjapakan Mantra Pujana Mani Amogha :
Sansekerta:Om Amogha Puja Mani Padma Vajre Tathagata Vilokite Samanta Prasara Hum
Lafal dari Mahaguru :
(pinyin) OM。AMAGA。BUJIA。MANI。BEIDEMA。WAJILA。DATAGADA。WEILUO GEDE。SANMANDA。BOLASAYA。HUM

pada saat itu, tiba tiba di angkasa muncul berbagai benda benda dewata untuk dipersembahkan, memenuhi sepuluh alam Buddha dan muncul lautan awan berbagai macam mandala bunga, berbagai macam gedung dan istana, mahkota bunga, hiasan kepala, giwang, berbagai peralatan untuk memperagung, hujan berbagai macam bunga ratna manikam.

Karya dari Mantra ini : —Membebaskan dari hujan hebat, dan ketakutan dalam peperangan.
—Mampu menganugerahkan idhhi berjalan di angkasa, mata dewa dan lain-lain.
—Menjapa mantra ini dapat memberikan sukacita pada Avalokitesvara untuk muncul menjamah kepala kita.
—Mantra ini adalah gabungan dari Sifat Sejati Avalokitesvara Yang Suci.
—Melihat mantra ini bagaikan melihat Ekadasamukha Avalokitesvaram, Isvaradewa, Hayagriva, Penguasa Triloka, Mandalapadma yang luas.
—Penjapanya akan menjadi anak kesayangan dari Buddha Tiga Masa, memperoleh vyakarana, bertemu Para Bodhisattva dan Yidam memperoleh penghiburan.
—Semua macam siddhi yang dimohon dapat seseuai kehendak diperoleh. Maka dari itulah disebut Amoghapasa Avalokitesvara (Pasa=Jerat).
—Memberikan sukacita bagi semua makhluk, menambah usia, kesejahterahan, berkah, kekayaan, sandang pangan.
—Menyempurnakan sadparamita.
—Saat meninggal dunia bertemu 92.000 koti Buddha. Memperoleh penghiburan dengan kata kata “Putra Yang Berbudi, datanglah dengan sukacita ke Sukhavatiloka.” bahkan terlahir dari padma, dihadapan para Bijaksanawan akan memperoleh vyakarana Anuttarasamyaksambodhi yang tak mundur lagi.

(diterjemahkan oleh : Junaidi)


Ritual Penyeberangan Arwah dari Manjusri
da orang bertanya kepada saya,
“Sebagai pemilik restoran, saya harus membunuh binatang hampir setiap hari. Apakah saya boleh bercatur-sarana dan menjalankan sadhana?”
Saya menjawab, “Tentu. Semua orang boleh bercatur-sarana dan bersadhana sehingga pada akhirnya akan mencapai pencerahan sebagai seorang Budha.
” Saya akan bercerita tentang salah seorang senior saya yang juga seorang Rinpoche. Meskipun ia seorang bhiksu, ia setiap hari pergi memancing. Baginya, memancing adalah cara melatih diri. Ia telah memancing selama lebih dari 40 tahun.
Pada suatu hari, ada seorang anak datang memprotesnya. “Kau ini aneh. Kau ini tidak seperti rohaniwan sama sekali. Peraturan Budhis sangat jelas jelas melarang pembunuhan, tapi kau malah membunuh banyak ikan. Kau telah membuat banyak karma buruk.
” Sang Rinpoche menjawab, “Kau adalah salah satu ikan yang saya bunuh.”
“Apakah maksudmu adalah bahwa dengan membunuh ikan, ikan itu  kau telah mempercepat tumimbal lahir mereka?” “Kita bisa membunuh dan menyeberangkan arwah pada saat yang bersamaan.”
“Bagaimana caranya melakukan ritual penyeberangan arwah (chau tu)?” Tanya seorang siswa kepada saya.
1. Bentuk mudra laut penyeberangan arwah. (Kedua telapak tangan menghadap ke atas; Terkecuali jari jempol, ke 4 jari lainnya saling bersilang; kemudian, jari jempol disentuhkan ke jari tengah dari tangan yang berbeda)
2. Visualisasikan kehadiran Mula Guru, para Budha dan Bodhisattva di angkasa.
3. Visualisasikan bija aksara “hum” dari cakra hati memancarkan banyak sinar putih kepada objek yang akan diseberangkan arwahnya.
4. Visualisasikan objek itu menjadi wujud semulanya.
5. Baca mantra penyeberangan arwah dari Manjusri sebanyak 7 kali: “Om, Ah Pei La Hum, Kan Chala Soha.”

Pahala Menjapa Sutra Ksitigarbha

“Di samping itu Samantavistara, di masa yang akan datang, ada umat ksatria, brahmana, sesepuh, upasaka dan lainnya dari berbagai keluarga mendapat seorang bayi yang baru lahir, mereka harus mengucapkan sutra tak terbayangkan ini dan mengucapkan nama bodhisatva ini sebanyak sepuluh ribu kali penuh di dalam tujuh hari sebelum kelahiran anak tersebut. Jika anak yang baru dilahirkan itu di takdirkan medapat malapetaka dalam hidupnya dia akan dibebaskan dari bencana dan hidup dengan tentram, mudah dibesarkan dan berumur panjang. Jika ditakdirkan berbahagia, maka kebahagiaannya akan bertambah demikian juga usianya.”
Sutra tak terbayangkan = Sutra ksitigarbha (13 bab)
Dan melantunkan “Namo Ticangwang Phusat 10.000x dalam waktu 7 hari
“Di samping itu Samantavistara, Pada hari ke-1, 8,14,15,18,23,24,28,29,dan 30 dari suatu bulan (imlek). Perbuatan dari para mahluk hidup akan dikumpulkan dan dinilai.
Karena hampir tiap kejap pikiran dari para mahluk hidup di jambudwipa adalah karma dan dosa, berapa banyak kemungkinan mereka mendapat karma buruk bila mereka benar-benar melibatkan diri dalam pembunuhan, pencurian dan perjinahan atau kata-kata palsu.
Jika mereka sanggup mengucapkan sutra ini didepan gambar atau rhupang Buddha , Bodhisatva ataupun Orang Suci sekali di dalam sepuluh hari ini (tgl diatas dlm imlek)
Maka tidak akan ada bencana dalam seratus yojana. Mereka yang hidup dalam keluarganya baik tua maupun muda, sekarang maupun masa yang akan datang akan terpisah dari alam sengsara selama beribu-ribu tahun. Jika mereka biasa menjapanya dalam sepuluh hari suci itu tidak akan ada musibah maupun penyakit parah yang menimpa keluarga itu serta makanan dan pakaian akan berlimpah.
http://www.padmakumara.org/forum/viewtopic.php?t=2060

Sadhana Peredam Gempa

Dharmadesana Mahaguru Liansheng
Pada saat Upacara Ritual Penyeberangan Arwah Dengan Adinata Amitabha Buddha.
( terjemahan bebas) kayaknya secun telah memprediksi bakal terjadinya gempa (di Indonesia) dan mengajarkan sadhana peredam gempa., sadhana Mahamayuri Vidyaragni
Sembah sujud kepada Biksu Liaoming, Acarya Sakyazhengkong, Karmapa Enam Belas dan Acarya Tubten Dhargye ! Sembah sujud pada Triratna Mandala ! Sembah sujud pada Baghavati Mahamayuri Vidyarajni ! Gurudhara, para Acarya, Dharmacarya, biksu lhama, Pandita Dharmadhuta, Pandita Lokapalasraya, para undangan , para umat dan para umat sekalian yang menyaksikan lewat internet, salam sejahtera semuanya !
Hari ini akan dibabarkan Mahamayuri Vidyarjni Yoga, tadi sewaktu grup penyambutan datang menjemput saya dan Acarya Lianning, sebelum mempersembahkan dupa, saya sudah melihat altar mandala memancarkan cahaya. (Tepuk tangan hadirin). Adinata upacara dan Mahamayuri Vidyarajni telah hadir diatas mandala. Sekarang sudah hampir jam lima, berdasarkan apa yang disampaikan oleh Acarya Lianning barusan, dia memohon Mahaguru untuk membabarkan beberapa sadhana, jika demikian maka Anda sekalian harus duduk mendengarkan mulai sekarang sampai besok pagi. Maka yang penting hari ini Anda sekalian mendengarkan apa yang hendak saya bicarakan, tidak bisa memenuhi permintaan Acarya Lianning, karena permintaannya terlampau banyak, saya pasti tidak akan habis membahasnya. Maka Anda sekalian mendengar sebanyak yang saya bahas saja. Terlebih dahulu marilah kita memohon kepada Mahamayuri Vidyarajni supaya pewarisan sadhana ini dapat berjalan dengan lancar dan sempurna, juga memohon adhistana dari Guru yang mewariskan Sadhana Mahamayuri Vidyarajni kepada saya, yaitu Biksu Liaoming dan Acarya Pufang. Kita para Acarya Zhenfozong memohon ahistana supaya pewarisan sadhana ini sempurna. Berdasarkan sadhana yoga dan tata urutan sadhana pelafalan, kita telah mengadakan perubahan, tidak begitu sama dengan tata cara lainnya, yaitu berdasarkan tata cara Zhenfozong. Terlebih dahulu kita melaksanakan mahanamaskara, juga catursarana, catursarana yaitu, bersarana pada Mulacarya, bersarana pada Buddha, Dharma dan Sangha, biasanya kita melafal catursarana , “Namo Gurupei, Namo Buddhaya, Namo Dharmaya, Namo Sanghaya” namun yang ini ada perbedaan dengan catursarana yang lalu. Sarana yang pertama masih “Namo Gulubei” — Acarya Pewaris Dharma. Sarana kedua adalah pada Buddha, Anda harus melafal “Bersarana pada Mahamayuri Vidyarajni Buddha.” ; Ketiga, bersarana pada Dharma, bersarana pada Mahamayuri Vidyarajni Sutra. Keempat adalah bersarana kepada Sangha, yaitu bersarana kepada para kerabat di pasamuan Mahamyuri Vidyarajni. Ini tidak sama. Satu adalah semua, semua adalah satu. Kenapa Mahamayuri Vidyarajni demikian agung, mampu membelokkan karma tetap ? barusan Acarya Lianning juga melihat di dalam sutra, juga mampu melenyapkan karma tetap. Pada dasarnya karma tetap adalah tidak bisa dilenyapkan, bahkan Buddha juga tidak mampu mengubah karma tetap. kenapa Mahamayuri Vidyarajni dapat mengubah karma tetap ? hari ini bila tidak tahu, saya akan kalah dalam ujian Acarya Lianning. Untung saya memahami  asal muasal dari Mahamayuri Vidyarajni. Mahamayuri Vidyarajni adalah Nisandyakaya dari Mahavairocana Tathagata, nirmanakaya Amitabha Buddha, Sambhogakaya dari Sakyamuni Buddha, maka ini telah beryukta dengan kemampuan Mahamayuri Vidyarajni untuk mengubah karma tetap.
Saya beritahu Anda sekalian bahwa Mahamayuri Vidyarajni adalah Nisandyakaya dari Mahavairocana. Apa itu Nisandyakaya ? yaitu tubuh yang sama. Misalnya saya sekarang adalah Lu Shengyan, saya tidak punya nisandyakaya. Nisandyakaya adalah Lu Shengyan yang lainnya, yaitu Lu Shengyan yang memiliki kekuatan sama dengan Lu Shengyan, ini disebut Nisandyakaya. Kekuatannya sangat besar, Mahavairocana Tathagata, dapat dikatakan adalah Buddha bhumi ke tiga belas, merupakan Buddha yang sangat tinggi. Bagian tengah dari Pancadhyani Buddha adalah Mahavairocana, merupakan Buddha Tertinggi. Yang sama dengan Beliau adalah Mahamayuri Vidyarajni, yaitu Nisandyakaya. Selain itu ada Nirmanakaya, Sukhavatiloka dimanifestasikan oleh Amitabha Buddha. Zuka , mayuri, jivajivaka dan kalavinka, beberapa jenis burung ini adalah manifestasi dari Amitabha Buddha. Mahamayuri Vidyarajni juga merupakan nirmanakaya Amitabha Buddha, karena di Sukhavatiloka ada mayuri (merak) ! Merak adalah manifestasi Amitabha Buddha. Maka Mahamayuri Vidyarajni adalah manifestasi Amitabha Buddha, Beliau mempunyai kekuatan Amitabha Buddha. Sedangkan Amitabha Buddha sendiri, yang memiliki karmawarana juga dapat terlahir di Sukhavatiloka, maka Beliau mampu mengubah karma tetap. Anda telah mempunyai karma tetap, namun jika Anda dengan sepenuh hati bersarana kepada Mahmayuri Vidyarajni, berarti sama saja dengan bersarana kepada Mahavairocana Buddha dan Amitabha Buddha, pada dasarnya yang sepenuh hati bersarana kepada Amitabha Buddha dapat terlahir di Tanah Suci dengan membawa karmawarana. Anda dapat terlahir di Sukhavatiloka dengan membawa karmawarana, bukankah ini adalah mengubah karma tetap ? inilah Dharmabhala dari Mahamayuri Vidyarajni.
Selain itu, Mahamayuri masih mempunyai satu Sambhogakaya. Dulu Sakyamuni Buddha ada satu kehidupan menjadi Raja Merak, sambhogakaya Sakyamuni Buddha adalah Raja Merak, maka Raja Merak adalah sama dengan tubuh Sakyamuni Buddha. Sakyamuni Buddha adalah Guru Dunia Saha ini yang mencapai Kebuddhaan di dunia saha ini, Dharmabala Nya juga tiada tara. Ada ketiga Buddha ini, Nisandyakaya Mahavairocana Tathagata, Nirmanakaya Amitabha Buddha, Sambhogakaya Sakyamuni Buddha, inilah Mahamayuri Vidyarajni. Maka bila Anda telah mencapai yukta dengan Mahamayuri Vidyarajni, berarti sama saja dengan beryukta dengan Mahavairocana Buddha, Amitabha Buddha dan Sakyamuni Buddha. Ada kekuatan yang demikian besar, tentu saja dapat mengubah karma tetap. Buddha tidak dapat mengubah karma tetap, satu Buddha tidak dapat mengubah karma tetap, banyak Buddha dapat mengubah karma tetap. (tepuk tangan hadirin)
Seperti Maudgalyana menolong sang ibu, Mahamaudgalyana mempunyai kesaktian besar, sampai ke alam setan kelaparan menolong ibunya, Beliau menciptakan makanan untuk diberikan kepada ibunya, begitu sampai di mulut langsung berubah menjadi api yang tidak dapat dimakan. Beliau kembali memohon pertolongan Sakyamuni Buddha, Sakyamuni Buddha mengatakan ada cara, yaitu yang tertulis dalam Sutra Ulambana, mengumpulkan para Sangha Suci, bersama menghimpun Dharmabala, maka Maudgalyana dapat sampai di alam yin menolong ibunya. Seperti hari ini, misalnya kekuatan satu Acarya tidak cukup, maka kita hari ini ada tujuh puluh lebih Acarya, semua bersama melafal sutra mantra mengadhistana dalam satu kekuatan, maka akan mampu dengan cepat menyeberangkan arwah. Ini adalah kekuatan para Sangha Suci. Sedangkan Mahamayuri Vidyarajni adalah kekuatan Para Buddha, maka Beliau mampu mengubah karma tetap. (tepuk tangan hadirin)
Kita melafal Catursarana adalah bersarana pada Mulacarya yang mewariskan Sadhana , bersarana pada Mahamayuri Vidyarajni, bersarana pada Mahamayuri Vidyarajni Sutra, bersarana kepada pasamuan Mahamayuri Vidyarajni. Bersarna kepada Sangha disini adalah bersarana pada pasamuan Mahamayuri Vidyarajni. Tadi Acarya Lianning telah mengatakan bahwa kerabat Mahamayuri Vidyarajni ada banyak, bila Anda hendak mendirikan mandala, maka dirikanlah gambar pasamuan : Di atas adalah Tujuh Buddha, yaitu dari Kasyapa Buddha sampai Sakyamuni Buddha total ada Tujuh Buddha, Anda harus mendirikan Tujuh Buddha di bagian atasnya ; Tengah adalah Buddha masa datang, Maitreya Bodhisattva ; kemudian adalah Para Pratyeka Buddha ; Kemudian empat Mahasravaka , yaitu empat siswa utama Sakyamuni Buddha. Kemudian Caturmaharajika ; Kemudian Dua Puluh Delapan Yaksa ; Kemudian para Dewa Bintang, Sembilan Bintang ; Kemudian Dua Belas bintang sodiak ; Tengahnya adalah Mahamayuri Vidyarajni. Dari atas sampai kebawah, thangka ini adalah pasamuan Mahamayuri Vidyarajni.
Namun bila demikian mendirikan mandala, maka harus membongkar mandala di rumah Anda dan mendirikan yang baru, dan mandala di rumah Anda semua menjadi mandala Nya. Jadi, bagaimana cara mendirikan mandala Mahamayuri Vidyarajni ? Gunakanlah tulisan, Saptabuddha, Maitreya, Pratyeka, Sravaka, Astadevaraja, dua puluh delapan Yaksa, sembilan Bintang, dua belas sodiak, letakkanlah mereka melingkari. Tujuh Buddha diatas, dua belas sodiak di bahwa, yang lainnya mengitari di samping, dan tengahnya adalah thangka Mahamayuri Vidyarajni, atau rupangnya, atau satu helai ekor Mahamayuri Vidyarajni. Ini adalah yang paling sederhana. Setelah Anda membeli ekor merak, tancapkan di tengah, lainnya gunakan kertas merah untuk ditulisi, Saptabuddha, Maitreya, Pratyeka Buddha, Sravaka, Astadevaraja, duapuluh delapan Yaksa, Sembilan Bintang, dua belas sodiak, tulis semuanya, inilah kerabat Nya, mencakup adhistana kerabat Nisandyakaya Nya, para kerabat nirmanakaya dan sambhogakaya juga telah ada di dalam. Inilah cara mendirikan mandala. (Tepuk tangan hadirin)
Kemudian, harus membangkitkan Bodhicitta, ini perlu untuk sadhana apapun ! Maitri-karuna-mudita-upeksha, memberikan kebahagiaan pada yang lain, menyingkirkan dukha orang lain, melakukannya dengan suka cita, mampu merelakan segalanya, inilah pembangkitkan Bodhicitta. Kemudian Anda harus menghaturkan pujana, pujana apa yang dihaturkan ? pujana luar sangat mudah, biasanya kita sudah melakukannya. Pujana dalam termasuk lebih rahasia, menggunakan tubuh, ucapan dan pikiran Anda adalah pujana dalam. Apa itu pujana Dharma ? yaitu pujana Buddhatta. Apa itu pujana Buddhatta ? yaitu saya memanifestasikan Buddhatta menjadi Mahamayuri Vidyarajni, Anda beryukta dengan Mahamayuri Vidyarajni, tubuh – ucapan dan pikiran sama dengan Mahamayuri Vidyarajni adalah pujana Dharma, disebut juga pujana Buddhatta. Pujana Buddhatta ini sangat hebat, sedikit kesalahan pun tidak boleh, inilah pujana Buddhatta.
Saya telah menjelaskan apa itu pujana luar, apa itu pujana dalam, apa itu pujana Buddhatta. Berikutnya adalah mahanamaskara, catursarana, pembangkitan Bodhicitta, mahapujana, dalam tata cara Zhenfozong berikutnya adalah melakukan visualisasi. Acarya Lianing ada bertanya bagaimana membentuk mudra , terlebih dahulu mudra merangkap tangan kedalam , kemudian kelingking bersilangan, ibu jari bersilangan, jadilah seekor merak. Ibu jari adalah kepala merak, kelingking adalah ekor merak, bagian tengah adalah tubuh merak, ini seimbol dari merak. Disamping itu masih ada satu mudra yaitu mudra rangkap luar, ini juga merupakan mudra dari Mahamayuri Vidyarajni. Kepala merak, ekor merak dan tubuh merak. Mudra rangkap luar digunakan untuk terbang, yaitu penekunan sadhana terbang, ini adalah sayapnya, sayap digerakkan berarti dia terbang. Ini adalah mudra merak terbang, baik, ada dua mudra.
Setelah membentuk mudra, mulai visualisasi angkasa, satu kesunyataan, melafal mantra kesunyataan, “Om Sibawa Suda Saerwa, Daerma, Sibawa, Suduohang.” visualisasi angkasa menjapa mantra kesunyataan, yaitu sebuah lingkaran, sebuah mantra visualisasi kesunyataan, sebuah angkasa, sebuah lingkaran. Dari angkasa muncul bija “Yu”, ini adalah merak, terlebih dahulu muncul merak. Boleh juga terlebih dahulu muncul ekor merak, kemudian ditengahnya ada bija “Yu”, bija ini mirip dengan seekor merak. Kemudian “Yu” berubah menjadi merak. Kemudian “Bang”, “Bang” mirip dengan seekor burung, sebuah lingkaran. Ekor merak, ditengah ekor merak ada bija “Bang”, “Bang” putih ini menjadi padma. Kemudian bija “Mo”, mirip dengan mulut, namun ini juga ditulis ditarik keatas, disbut “Mo”. Bija ini berubah menjadi Mahamayuri Vidyarajni. Jadi, “Yu” adalah merak, “Bang” adalah padma, “Mo” adalah Mahamayuri Vidyarajni. Padma ini berwarna putih. Meraknya adalah emas, Mahamayuri Vidyarajni berwarna campuran antara emas dan putih, kepala mengenakan Mahkota Pancadhyani seperti Mahaguru, sekarang Mahaguru juga mengenakan mahkota Pancadhyani.
Yang kita tekuni adalah Mahamayuri lengan empat, tangan kanan pertama membawa padma berwarna putih ; tangan kanan kedua membawa buah amalaka yang berwarna merah. Tangan kiri pertama membawa buah manggala berwarna kuning ; Tangan kiri kedua membawa ekor merak berwarna biru tua sedikit abu-abu, seperti ada birunya, ada hitamnya, ada paduan banyak warna, ekor merak ada banyak warna. Jadi, tangan kanan pertama adalah padma, tangan kanan kedua adalah buah amalaka, tangan kiri pertama adalah buah manggala dan  tangan kiri kedua adalah ekor merak. Masing-masing memiliki warnanya sendiri, tentu saja masing-masing memiliki fungsinya ; Padma adalah santika (tolak bala), amalaka adalah vasikarana, buah manggala adalah paustika dan ekor merak adalah abhicaruka. Ada empat fungsi.
Anda visualisasikan muncul Mahamayuri Vidyarajni, ada merak, ada padma, ada Mahamayuri Vidyrajni, Anda berdasarkan apa yang saya ajarkan, setelah pemberkatan triaksara Om A Hum, oleh karena tiga cahaya telah memberkati Anda, Om A Hum Mahamayuri memberkati Anda, maka memasuki aku dan aku memasuki dengan Mahamayuri Vidyarajni, memasuki tubuh Anda, maka Anda berubah menjadi Mahamayuri Vidyarajni, ini dinamakan penyatuan. Namun setelah visualisasi pemberkatan cahaya dan sebelum penyatuan, lebih baik Anda menjapa mantra, yaitu menjapa mantra Mahamayuri Vidyarajni, sebelum samadhi penyatuan, Anda harus menjapa mantra dahulu. Yang kita japa adalah
“Om Moyuli Jiladi Suoha.”
ini adalah mantra pendek dari Mahamayuri Vidyarajni, “Mo” adalah Mahamayuri Vidyarajni, “Yuli” adalah merak, “Jiladi” adalah Mahadharmabhala, “Suoha” adalah realisasi. ” Om” adalah kesadaran semesta Mahamayurividyarajni realisasi Mahabhala. Mantra ini adalah yang paling pendek.
Ada juga yang tidak tercatat di sutra, yaitu “Om Dika Lala Suoha.”, “Dika” tentunya siswa Indonesia yang paling tahu, “Sadu, Duwa, Dika.”, “Dika” adalah Three, “Om Dika Lala Suoha” ada juga mantra yang demikian pendek, juga mantra dari Mahamayuri Vidyarajni. Ini sungguh mengherankan ! Kenapa Mahamayuri Vidyarajni berubah menjadi “Ti Kha” (Mahaguru menyebut kaki babi dalam dialek Taiwan) (Mahaguru tertawa), dulu saya mengingat “Satu, Dua, Tikha (berarti kaki babi dalam dialek Taiwan) (Mahaguru tertawa), yang benar adalah Tiga, bukannya Tikha (kaki babi dalam dialek Taiwan). “Om Dika Lala Suoha.” juga merupakan mantra pendek Mahamayuri Vidyarajni. Kedua mantra ini dapat Anda gunakan semuanya, terlebih dahulu visualisasi, kemudian menjapa mantra dan memasuki samadhi.
Apa itu samadhi ? yaitu penyatuan. “memasuki aku – aku memasuki” adalah penyatuan, Mahamayuri Vidyarajni memasuki tubuhku, dan menyatu dengan tubuhku , inilah penyatuan. Saya memasuki hati Mahamayuri Vidyarajni , inilah “aku memasuki”. Maka Anda telah berubah dan memasuki samadhi Mahamayuri Vidyarajni. Apa yang dibahas dalam Tantrayana ? yaitu penyatuan dan manifestasi. Saya pernah mengatakan bahwa Manjusri Bodhisattva memasuki hati Yamaraja, menjadi Yamantaka Vidyaraja. Amitabha Buddha memasuki hati Avalokitesvara Bodhisattva, samadhi, bermanifestasi menjadi Sahasrabhujanetra Avalokitesvara Bodhisattva. Avalokitesvara Bodhisattva memasuki tubuh kuda, alam hewan, menjadi Hayagriva Visyaraja. Ini adalah penyatuan dan manifestasi, Kekuatan penyatuan ini menjadi satu, sedangkan manifestasi yaitu menjadi banyak. Manjusri Bodhisattva sendiri memiliki dua lengan, namun begitu memasuki tubuh Yamaraja, bermanifestasi menjadi Yamantaka Vidyaraja, berubah menjadi bertangan banyak. Hasilnya, Dharmabhala Beliau bertambah kuat, berubah menjadi tubuh Vidyaraja.
Yang dinamakan menyatu menjadi satu dalam Tantrayana adalah menjadi seorang Buddha, seorang Bodhisattva ; Bisa juga menjadi banyak, bila Dharmabhala menjadi lebih banyak, menjadi wujud banyak adinata, inilah manifestasi. “Memasuki aku dan aku memasuki” adalah penyatuan. Dalam tantrayana yang dimaksud dengan masuk yaitu memasuki, menetap dalam tubuhku adalah “berdiam”, dua tubuh menjadi satu adalah “penyatuan”, , jadi “memasuki, berdiam dan penyatuan”. Harus memahami teori ini, yang dimaksud dengan memasuki samadhi adalah Anda memasuki samadhi Buddha Bodhisattva tersebut, sedangkan sekarang Anda memasuki samadhi Mahamayuri Vidyarajni , memasuki aku – aku memasuki, maka saya berubah menjadi Mahamayuri Vidyarajni. Sehabis Anda keluar Samadhi, Anda harus memuji Mahamayuri Vidyarajni, ini disebut “Mahamayuri Stotra” :
Baghavan Mahakaruna
Dharmakaya Nirvanam
Mahabhala Mahasaguna
Sarvaguna upapeta.
Ini pujian bagi Mahamyuri Vidyarajni, karena Sakyamuni Buddha memiliki hati mahakaruna, Sakyamuni Buddha sendiri terlahir menjadi Raja Merak, maka dipuji “Baghavan Mahakruna”. “Dharmakaya Nirvanam” , pada dasarnya Dharmakaya adalah sunyi, namun ini menghasilkan kekuatan besar dan fungsi yang agung, maka memiliki semua pahala kebajikan.
Sehabis memuji Mahamayuri Vidyarajni, Anda bisa melakukan pertobatan, bertobat atas segala yang dulu Anda perbuat, jika ada kesalahan, maka Anda haru bertobat ! Kenapa semua harus bertobat ? karena jika tidak bertobat tidak akan bisa mengikis karmawarana. Anda harus bertobat dan tidak melanggarnya lagi, yaitu japalah Mantra Sataksara dan kemudian bertobat. Sampai di bagian pelimpahan jasa, Anda mengucapkan :
Selamanya kokoh
jasmani dan rohani penuh ketenteraman
Semua Buddhaloka
Buddhadharma tiada batas.
inilah pelimpahan jasa kita.
Ketahuilah bahwa Sadhana Mahamayuri Vidyarajni, kebesaran dan keagungannya sampai dimana ? Jepang menggunakan mandala Mahamayuri Vidyarajni untuk memohon ketenteraman negara. Jika dalam skala kecil, kecil sampai dimana ? kecil sampai mampu menyembuhkan flu babi H1N1. (tepuk tangan hadirin) Sebentar lagi akan dijelaskan kepada Anda sekalian, bukan saya yang menciptakannya, melainkan tertulis di dalam Mahamayurisutra, sutra ini mampu menyembuhkan semua penyakit, banyak penyakit yang bisa disembuhkan. Kemarin hari jumat, sesi konsultasi dari jam setengah empat sampai jam setengah tujuh, tiga jam lamanya. Banyak diantara para siswa yang sakit, yang hari ini datang, sungguh mujur ! Bila dapat beryukta dengan Mahamayuri Vidyarajni , maka penyakit akan tersingkirkan, sebentar lagi mengejari kalian sadhana penyembuhan penyakit. Setelah pelimpahan jasa adalah mahanamaskara. Yang barusan saya tuturkan adalah tata cara Mahamayuri Vidyarajni. Caturprayoga, Mahanamaskara,  Catursarana, Bodhicitta, Mahapujana, visualisasi pemberkatan tri cahaya Mahamayuri Vidyarajni, menjapa mantra, memasuki samadhi, keluar samadhi, Mahamayuri Vidyarajni Stotra, pertobatan, mantra sataksara, pelimpahan jasa, mahanamaskara dan keluar dari mandala. Demikianlah tata caranya, tata cara milik saya ini kelak diberikan kepada Acarya Lianning, True Buddha Foundation, mereka akan menuliskan tata caranya dari A sampai Z, kalian yang mengerjakannya ! Barusan Anda memberi saya tugas, saya juga beri Anda tugas, Anda harus menuliskan tata caranya.
Sadhana Pereda Gempa Bumi
Baiklah ! Terlebih dahulu saya jelaskan “Sadhana Pereda Gempa Bumi” , semuanya takut gempa, Indonesia barusan ada gempa, sepulang nanti kalian tekuni sadhana ini dengan baik. Mahamayuri Vidyarajni mempunyai cara untuk meredakan gempa bumi, di hadapan mandala, setelah mendirikan mandala Mahamayuri, sisakan sebuah tempat, ambilah tanah empat penjuru, yaitu timur, selatan, barat dan utara. Misalnya kita tinggal di Washington, maka ambilah timur, selatan, barat dan utara. Sebelah Barat adalah tepi Samudera Pasifik, keduklah tanah sebanyak satu kilo, Timur adalah di Spokane, ambilah satu kilo, berjalan ke selatan adalah di Oakland, disamping jembatan Oakland galilah satu kilo tanah, kita tidak peduli Vancouver, sampai di tepian wilayah galilah tanah satu kilo, tanah di empat penjuru ! Letakkan di hadapan Mahamayuri, tancapkanlah empat ekor merak. Bila Anda adalah seorang sadhaka Mahamayuri Vidyarajni dan telah beryukta dengan Mahamayuri , Anda telah memperoleh kontak Mahamayuri, japalah mantra sebanyak sepuluh ribu kali. “Om Moyuli Jiladi Soha” Setelah itu kembalikanlah tanah empat penjuru itu keasalnya masing-masing. Tempat asal Anda menggalinya harus ditandai, tancapkanlah tiang untuk menandai, kembalikanlah tanah itu, yang dari Barat kembalikan ke Barat, Timur kemabalikan ke Spokane, Selatan kembalikan ke jembatan tersebut, Utara kembalikan ke batasnya. Canada, kembalikan kesana, yaitu ditempat asalnya. Maka saya beritahu Anda, Washington tidak akan ada gempa (tepuk tangan hadirin)
Ingat ! ini sangat penting, jika saya mengembalikan tanah dari Timur ke Barat, yang dari Barat ke Timur, yang dari Selatan ke Utara, dari Utara ke Selatan, maka gempa akan datang ! Harus memberitahu Anda satu hal, jika tanah ini Cuma dikembalikan sedikit saja, maka masih akan timbul gempa ! Ambil satu kilo maka harus kembali satu kilo, harus sama, inilah sadhana pereda gempa.
Anda juga tahu bahwa banjir 88 di Taiwan, ada membawa tanah dan batuan, desa kecil pun terkubur. Siswa Zhenfozong kita ada disana, ada siswa sekeluarga disana, begitu tanah dan bebatuan datang, “Hong”, semua terkubur. Siswa kita sedang tidur, tidurnya sampai mendengkur ! Atap rumah sedang bergetar. Kalau saya tidur, tidak tahu apakah saya ada mendengkur, namun saya tahu Gurudhara mendengkur. Dia masih merasa sungkan, suaranya kecil. Pada waktu saya dengan Acarya Lianhuo pergi ke Jepang, tengah malam saya berjalan memeluk selimut, saya tidur satu kamar dengan Acarya Lianhuo, tengah malam saya kabur diam-diam dengan hanya mengenakan kolor (Mahaguru tertawa, hadirin tertawa) membawa selimut pergi tidur di kamar lain. Sangat menakutkan ! (Mahaguru tertawa, hadirin tertawa).Begitu tanah dan bebatuan longsor, siswa kita sekeluarga sedang tidur, keesokannya begitu dia terbangun, begitu melihat keluar jendela, bagaimana bisa tetangga kanan – kiri sudah tidak ada ? ! hanya tersisa rumahnya yang masih berdiri ! Maka berasarana pada Mahaguru ada manfaat seperti ini. Begitu tanah dan bebatuan longsor dari bukit, saking kuatnya sampai membuat rumahnya terangkat ke atas, kemudian longsor menimbun tetangganya, hanya menyisakan rumahnya yang telah terangkat. Saya merasa heran, rumahnya dapat terangkat, kemudian dia masih mengorok ! Pagi hari bangun mengusap mata, begitu melihat keluar jendela, hah ? bagaimana bisa semua rumah tidak ada, hanya tersisa rumahnya sendiri ! Ini karena siswa Zhenfozong ada Dharmapala yang melindungi
Sadhana pereda gempa bumi yang barusan, apakah Anda sekalian telah paham ? seharusnya sudah cukup jelas. Dulu saya kembali ke Taiwan , telah menetap selama tiga setengah tahun, saya adalah orang Taiwan, saya ingin mendengarkan suara angin topan seperti dulu, ingin sekali, menetap tiga setengah tahun tentu akan mengalami satu kali, karena di Taiwan dalam satu tahun bisa terjadi sepuluh kali lebih angin topan, bahkan bisa sampai dua puluh kali, ada yang melewati Taiwan, ada yang tidak. Saya menetap tiga setengah tahun, namun yang terjadi adalah hurricane di Amerika ! semuanya berpindah tempat (tepuk tangan hadirin) Ada seorang staff imigrasi di bandara memberikan dokumen kedatangan saya ke Taiwan dan kepergian saya ke Amerika, membuktikan bahwa pada masa-masa itu sama sekali tidak ada angin topan. (tepuk tangan hadirin) Kenapa angin topan bisa berpindah tempat, karena asalkan Anda membentuk mudra Mahamayuri Vidyarajni, Anda telah beryukta dengan Mahamayuri Vidyarajni, peganglah ekor merak dan menghadap ke arah datangnya angin topan dan japakanlah mantra sepuluh ribu kali, mungkin Anda pikir,  bukankah saat menjapa mantra sepuluh ribu kali angin ributnya sudah lewat ? (mahaguru tertawa), bukan demikian ! Jadi pada saat biasa, Anda harus menjapanya sepuluh ribu kali, tunggu sampai tiba saatnya menggunakan, japalah “Om Moyuli Jiladi Suoha” memerintahkan angin tersebut berubah haluan, dengan ekor merak menghadapi angin topan. Asalkan Anda beryukta dengan Mahamayuri Vidyarajni, Dharmabala Mahamayuri bangkit, maka angin topan akan berubah tempat tujuan, maka dia akan berubah tujuan ke Jepang. Di Jepang kita ada dua Acarya, Acarya Lianhua Jingxiang dan Padmakumara Kuning yaitu Acarya Lianchang, jika mereka menjapa, jika mereka juga menekuni ini, putar haluan ke Taiwan ! (Mahaguru tertawa, hadirin tertawa) maka Anda sekalian harus bertanding Dharmabala , benar tidak ! Lihat saja dia akan berputar kearah mana, suruh dia berputar ke belakang, ke arah Guam, di sana ada Saudara Sedharma Hanshou, jika dia juga telah beryukta, dia juga membentuk mudra, memutar haluannya ke Pulau Managaha ! maka akan berputar ke Managaha. Angin topan ini dapat berubah haluan, air juga dapat mundur. Jika terjadi kebakaran, japakanlah mantra Mahamayuri sepuluh ribu kali, bentuk mudra Mahamayuri, menghadap api “Memerintahkan api segera padam”, maka akan turun hujan lebat, atau angin akan menerbangkannya ke tempat lain, maka api akan padam.
Saat ini di California masih ada kebakaran, kembali nanti japakanlah sepuluh ribu kali dengan baik, mungkin api sudah duluan padam. (Mahaguru tertawa, para hadirin tertawa) Biasanya Anda harus menjapa genap sepuluh ribu kali, dengan membentuk mudra Mahamayuri Anda sudah bisa melakukan ritual, karena dengan menggunakan ekor merak adalah mudra penaklukan, bisa dikatakan air akan mundur, api padam, angin topan putar balik, gempa akan berhenti. Ada cara yang demikian, maka Sadhana Pelafalan Mahamayuriyoga bisa melakukan hal demikian.
Sadhana Paustika
Bagiamana dengan krisis financial global ini ? Coba Anda pikir, bagaimana bisa berhutang ? seperti krisis finasial di Amerika, ada satu orang menelepon ke Taiwan :
“Hai kawan, pinjamilah saya lima ratus ribu USD, saya mengalami krisis finansial, uang saya ludes semua.” Kawannya yang diseberang menerima telepon, namun begitu mendengar lima ratus ribu, dia mengatakan “Bicara yang jelas ! saya tidak mengerti kamu bicara apa.” “Saya pinjam lima ratus ribu USD ! krisis finasial, saya sudah tidak mempunyai harta, saya pinjam lima ratus ribu USD untuk modal, apakah kamu bisa mendengarnya ? lima ratus ribu, lima ratus ribu !” “Masih tidak jelas ! Tolong bicara yang lebih jelas!” “Lima ratus ribu lah !” “Tidak jelas nih !” Operator telepon di Taiwan mengatakan, “Saya mendengarnya jelas sekali.” Maka kawan yang di Taiwan itu membalas, “Anda bisa mendengarnya dengan jelas, Anda saja yang meminjaminya !” (Mahaguru tertawa) Dia terus tidak jelas mendengarnya. Bagaimana ini ? Ada cara, yaitu sadhana paustika. Buah Manggala adalah lambing paustika, kita gunakan jeruk untuk melambangkan buah manggala. Persembahkanlah jeruk kepada Mahamayuri Vidyarajni, Anda juga harus menjapa mantra, untuk paustika ini harus menjapa seratus ribu kali, lebih banyak Sembilan puluh ribu kali dari sadhana abhicaruka. Uang itu sukar diperoleh ! harus menjapa seratus ribu kali ! Sedangkan abhicaruka cuma perlu sepuluh ribu kali, untuk paustika Anda harus menambahnya Sembilan puluh ribu kali!Saya beritahu Anda, begitu angin topan datang, dalam beberapa hari, tiga atau empat hari akan pergi. Sedangkan juga air tidak lebih dari seminggu, benar tidak, api juga hanya beberapa hari ! Sedangkan krisis finansial ini sampai beberapa tahun ! Anda menjapa seratus ribu kali, paling sedikit sepuluh kali lipat lebih. Maka jika Anda ingin menambah harta kekayaan Anda, persembahkanlah jeruk, japalah seratus ribu kali mantra Mahamayuri, setelah itu, makanlah jeruk tersebut, ambil kulitnya, visualisasikan menjadi ribuan atau puluhan ribu US dollar, Franklin, semuanya Franklin, sampai penuh, wah ! sampai menyentuh langit menutupi bumi, lalu letakkan kulit jeruk di bawah ranjang Anda, maka kekayaan akan tiba. Inilah sadhana paustika, namun harus menjapanya seratus ribu kali, harus ingat.
Wasikarana
Masih ada Wasikarana. Ada seorang siswa bernama Xiaoming, dia jatuh cinta pada teman sekelasnya, dia menulis di secarik kertas dan diserahkan kepadanya : “Jika kau mencintaiku, kembalikanlah kertasnya kepadaku ; Namun jika tidak mau menjadi pacarku, maka lempar kertas ini keluar jendela.” Setelah gadis ini membacanya, dia melipatnya dengan rapi, kemudian di operkan terus sampai ke bangku siswa pria itu. Siswa pria itu mengira, “Wah ! bagus ! karena saya menulis jika kita bisa menjadi sepasang kekasih, kembalikanlah kertas ini pada saya.” Begitu dia membuka dan membacanya, diatasnya tertulis “Jendela tidak bisa dibuka.” (Mahaguru tertawa). Jendelanya tidak bisa dibuka ! Ini harus menekuni sadhana wasikarana, mantranya juga harus seratus ribu kali. Ah ! Mengejar wanita itu susah, tidak disangka siswa senior saya dari Perancis, Lianhua Bochang bisa demikian mudah mendapatkan seorang gadis yang demikian cantik ? ! Tahukah Anda ? Anda memperolehnya dari pemberkatan Mahaguru ! Saya mengadhistana Lianhua Bochang, saya sendiri saja tidak mampu mengadhistana diri sendiri, maka mengadhistana Lianhua Bochang ! akhirnya bisa memperistri gadis yang cantik. Amitufo, Shejiamonifo, Amitofo tidak hadir, bahkan Padmakumara juga menghela nafas. (Mahaguru tertawa) harus menjapa seratus ribu kali !
Apa itu buah amalaka ? untuk amalaka, kita gunakan buah delima, karena diatas delima masih ada penutupnya, yaitu dua penutup, biasanya buah hanya satu kulit, yang di atasnya masih ada lapisannya hanyalah delima, buah delima agak menonjol keluar, delima adalah delima merah. Persembahkanlah delima, japakanlah seratus ribu kali , makanlah buah delima sampai habis, visualisasikan kulit delima menjadi pihak yang Anda sukai, kemudian simpan dalam angan-angan, maka dia akan membalasnya dengan pelukan melalui angan-angan. Bukan demikian ! masih sama, yaitu letakkanlah di bawah ranjang Anda, Anda tidak bisa membawa kulit buah ini setiap hari. Letakkan kulit delima tersebut dibawah ranjang Anda sendiri, maka tanpa diundang dia akan datang sendiri. Coba lihat ! Apakah Anda ada memohon , Lianhua Bochang ? Anda ada memohon ? Mahaguru mengadhistanamu, Anda juga memohon ! Apakah Anda menekuni sadhana delima ? (hadirin teratwa) pasti Anda ada menjapa mantra Kurukulla Baghavati atau Ragavidyaraja ! Baru bisa demikian manjur ! Mahamayuri Vidyarajni Beliau  sendiri ada kekuatan yang demikian. Seratus ribu kali, bila pria jatuh cinta pada wanita, atau wanita jatuh cinta pada wanita, semua boleh menjapanya demikian, tandingkanlah Dharmabhala kalian ! Semua juga tahu, saya juga menjapa seratus ribu kali, Anda juga menjapa seratus ribu kali, bila saya menjapa dua ratus ribu kali, maka saya akan mengalahkan Anda ! Tandingkanlah Dharmabhala kalian !
Sadhana Menyucikan Jasmani dan Rohani
Ada kalanya kita memberikan pelayanan pelafalan sutra bagi almarhum, mereka juga membutuhkan pahala dari pelafalan sutra. Kemudian sepulangnya dari pelayanan doa, anda merasa tubuh diliputi hawa yin, merasa sepertinya arwah almarhum mengikuti Anda. Saat ditempeli roh merasa tidak nafsu makan dan minum, malam hari juga tidak dapat tidur, wajah juga diliputi hawa gelap, tubuh semakin lemah, kurus dan tak bertenaga, malas melakukan segala sesuatu dan mengalami depresi. Bagaimana ini ? Dalam Sadhana Mahamayuri ada sadhana menyucikan jasmani dan rohani, Anda cukup menuliskan aksara “Mo”,”Yu” dan “Bang”, triaksara ini, kemudian bakar menjadi abu dan masukkan kedalam air dan diminum, maka jasmani dan rohani Anda akan memperoleh ketenangan, tidak lagi mengalami depresi. Depression is gone. Gone, lenyap. Cara penyucian jasmani dan rohani ini sangat manjur, sadhana yang Mahaguru babarkan ini bukan palsu, melainkan sejati ! Jika Anda telah beryukta, cukup mengikuti tata caranya menjapa mantra Nya, maka akan timbul kontak batin. Ini adalah sadhana sejati , bukan palsu. Tidak seperti seseorang yang melalui internet menjual anjing polisi yang sudah dilatih secara khusus, ada seorang yang membeli anjing polisi ini, namun ternyata yang dikirimkan bukan anjing polisi, melainkan anjing biasa, dog yang biasa. Dia menulis surat dan menelepon penjualnya, “Anda membohongi saya, Anda bilang menjual anjing polisi, tapi ternyata yang Anda jual kepada saya adalah anjing biasa.” Dia menjawab : “Dari luar dia tidak mirip anjing polisi, tapi dia adalah anjing polisi, karena dia adalah anjing polisi yang murah.” (Mahaguru tertawa) Tentu saja yang demikian adalah penipuan ! Di Taiwan banyak sekali sindikat penipu, sekarang di seluruh dunia ada sindikat penipu, Anda sekalian harus hati-hati. Kenyataannya yang dijualnya adalah palsu. Sedangkan yang ditawarkan oleh Mahaguru semua adalah sejati ! Anjing polisi adalah anjing polisi, tidak akan menjual kepada Anda yang murahan.
Sadhana Menyingkirkan Hantu
Ada juga sebuah sadhana menyingkirkan hantu, jika di rumah Anda ada makhluk halus, gunakanlah vajra, tapi yang bersula tiga bukan yang bersula lima. Tantrayana di Jepang ada menggunakan vajra trisula, yang mereka gunakan semua adalah vajra trisula dan bentuknya yang terbuka, bukan yang menyatu ujungnya. Ini adalah vajra lima sula yang menyatu, sedangkan yang dipakai di Jepang adalah lima sula yang terbuka, Tantra Tibet menggunakan yang menyatu, sedangkan Tantra Timur menggunakan yang terbuka. Gunakan vajra trisula yang terbuka, menghadap ke arahnya, letakkan di atas mandala Mahamayuri, menghadap ke arah vajra trisula menjapa mantra Mahamayuri, “Om Moyuli Jiladi Suoha.”, japalah tiga malam. Begitu Anda meletakkan vajra trisula ini ke dalam ruangan, semua hantu akan kabur. Harus menjapa tiga malam, yaitu dari waktu “zi” (pk 23.00) sampai matahari terbit, malam hari tidak tidur ! Anda tidur di siang hari, kemudian malamnya pada jam “zi” menjapa sampai terang, total harus menjapa dalam tiga malam. Cukup tiga malam, maka vajra ini akan berfungsi, dibawa ke rumah yang berhantu, maka hantunya akan lari tunggang langgang, inilah cara menyingkirkan hantu.
Sadhana Penyembuhan Penyakit
Sadhana penyembuhan ini, membahas tentang penyakit, saya tahu banyak orang sakit, penyakit itu sungguh sukar ! Yang datang berkonsultasi kepada saya ada yang menderita penyakit kulit, saya tanya sudah berapa lama, dua puluh tahun lamanya ! Penyakit kulit selama dua puluh tahun, obat apapun sudah pernah diminum, sudah memeriksakan diri ke berbagai dokter, asalkan ada klinik kulit langsung periksa, namun tidak kunjung sembuh. Cobalah cara ini, menjapa mantranya enam ratus ribu kali, enam ratus ribu kali cukup banyak. Gunakan kayu cendana putih yang ditumbuk menjadi bubuk, campurkan dengan madu menjadi pil obat, sebutir demi sebutir, letakkan di hadapan mandala Mahamayuri, japakan mantra Mahamayuri enam ratus ribu kali menghadap beberapa butir pil tersebut. Setelah genap enam ratus ribu kali, misalnya orang itu penyakit kulitnya tetap tidak bisa disembuhkan walaupun sudah memeriksakan diri dan minum obat, ambil satu butir dan minumlah, kemudian minum obat juga, maka akan ada hasilnya. Berdasarkan yang tertulis dalam Mahamayurisutra, dapat menyembuhkan ratusan penyakit, ratusan penyakit bukan hanya sakit kulit, melainkan berbagai macam penyakit ; Namun bila Anda menerima bayaran dari si sakit, maka ini akan bertentangan dengan hukum kedokteran, harus diperhatikan !
Jadi membuatnya adalah kayu cendana putih ditambah madu, bisa dimakan. Kayu cendana pada dasarnya memiliki fungsi untuk menenangkan jiwa, madu dapat dimakan, buatlah menjadi pil, setelah menjapa, dimakan sendiri atau diberikan kepada orang lain, diberikan boleh , namun jangan terima uang, jika menerima uang, maka akan bertentangan dengan hukum kedokteran. Harus memperhatikan masalah hukum, karena ini termasuk pengobatan. Mengatakan bahwa obat saya ini bisa dimakan dan bisa menenangkan jiwa, ini untuk Anda. Sebenarnya setelah Anda menjapa mantra, hanya butuh dua macam benda. Pil obat di Tibet entah terdiri dari campuran berapa macam rumput obat, dijapakan berapa kali mantra, bahkan menggunakan banyak campuran, seperti bubuk dari karat cangkul yang pernah dipakai oleh Milarepa juga diambil untuk digunakan, bubuk emas, perak dan tembaga juga digunakan, kemudian dicampur dengan tanaman obat menjadi pil amrta, ditambahkan penjapaan mantra dari Sangha Agung. Saya juga punya beberapa butir, ini adalah pemberian banyak Rinpoche Tibetan yang datang kemari, mereka memberi saya satu kotak demi kotak, di dalam satu kotak ada beberapa butir, dibungkus dengan kain merah, diatasnya diikat dengan benang lima warna, saya sudah menyimpannya entah berapa lama, saya sendiri tidak berani memakannya ! (Mahaguru tertawa) Karena mereka sudah disimpan lama sekali, saya dengar juga menggunakan karat dari cangkul yang pernah digunakan oleh Milarepa, saya merasa bukankah akan menyebabkan keracunan logam, setelah makan itu kehilangan ingatan , habislah saya.
Yang kita gunakan adalah cendana putih dan madu, kayu cendana putih ditumbuk menjadi bubuk berfungsi untuk menenangkan jiwa, ditambah dengan madu yang pada dasarnya bisa dikonsumsi, dicampur menjadi pil, dijapakan enam ratus ribu kali. Berdasarkan apa yang tertulis dalam Mahamayuri Sutra dapat menyembuhkan penyakit. Inilah sadhana penyembuhan penyakit. Banyak orang sakit-sakitan, seperti osteoporosis, kanker dan penyakit diabetes yang sukar disembuhkan. Banyak penyakit kronis yang sampai sekarang tidak bisa disembuhkan oleh obat kedokteran, kenapa Anda tidak mencobanya ?
Membaca Mantra Mahamayuri Genap Enam Ratus Ribu Kali Pasti Terlahir di Mahapadminiloka
Anda menjapa mantra Mahamayuri sampai mencapai yukta dengan Mahamayuri, menjapa mantra Mahamayuri dapat menampakkan Buddhatta Anda. Sebenarnya fungsi tubuh jasmani tidaklah besar, sesungguhnya yang agung dan yang paling penting adalah Buddhatta, mencapai yukta dengan Mahamayuri akan menampakkan Buddhatta Anda. Menjapa mantra Mahamayuri genap enam ratus ribu kali pasti terlahir di Mahapadminiloka. Ini sangat penting, di dalam Tantra Timur, mendirikan mandala Mahamayuri dapat melindungi Negara, Ritual melindungi Negara juga Mahamayuri sebagai adinata, yang besar sampai mampu melindungi Negara, yang kecil sampai dapat menyembuhkan penyakit, bahkan dapat menampakkan Buddhatta Anda. Maka ini sangat penting, yang kita harapkan disini semua dapat sempurna. Anda cukup melaksanakannya sesuai tata cara, asalkan Anda telah mencapai yukta, kemudian menjapa mantra, maka akan sempurna.
Ada orang yang mendaki gunung sampai kelelahan dan lapar, kemudian tersesat dan tidak menemukan jalan keluar, kebetulan dia berjalan sampai ke tempat jin lampu, jin lampu keluar dan mengatakan, “jaman sekarang sangat sibuk, saya juga sangat sibuk, Anda jangan mengganggu saya, saya tidak akan memberi Anda tiga permintaan, satu saja sudah cukup, nah sekarang Anda minta apa ?” Dia kelaparan, karena tersesat maka dia merasa sangat kelaparan, lapar sampai tidak bertenaga dan hampir mati, dia mengatakan : “Saya mau laopo (istri)…” Jin lampu menjawab, “Orang yang hampir mati kelaparan masih menginginkan istri ?” Baiklah, diciptakan seorang wanita cantik untuknya dan jin lampu langsung pergi. Sebenarnya orang itu belum selesai menyampaikan maksudnya, “Saya mau laopo (istri)….bing (biskuit).” kata “biskuit” ini belum diucapkan, tapi jin lampu langsung pergi. Jaman sudah berubah, Anda bicara juga harus cepat sedikit, “Saya mau laopobing.” (ket : nama lain kue matahari / taiyangbing yang popular di Taiwan), di Taiwan ada laopobing, laopobing sangat enak ! Habis makan bisa mengenyangkan dan bertenaga, Anda baru bisa keluar gunung tersebut. Tidak disangka jin lampu mengatakan, “Saya terlampau sibuk, saya beri satu laopo(istri).” Dan dia langsung pergi. Kemudian dia baru bisa mengucapkan kata “Bing” (biskuit) dan akhirnya mati kelaparan. Hari ini Mahaguru memberikan Anda Sadhana Mahamayuri, sungguh memberi Anda laopobing. (hadirin bertepuk tangan). Setelah dimakan , dijamin Anda tidak akan kelaparan ! setelah dimakan dijamin Anda akan merasa puas, asalkan Anda bisa beryukta dengan Mahamayuri, dijamin ritual Anda akan manjur. Tata cara dari Mahaguru tidak sama dengan Tibetan yang sangat merepotkan, melafal satu sutra saja bisa tujuh jam, memohon kedatangan satu adinata saja bisa memakan waktu tujuh jam, terlebih – lebih bila hendak memohon kedatangan Saptabuddha, Maitreya, Pratyeka Buddha dan Sravaka, Astadevaraja, duapuluh delapan yaksa, Sembilan bintang dan dua belas sodiak, setelah mengundang masih harus melafal Mahamayuri Sutra, kemudian mendirikan mandala, setelah mandala didirikan masih harus mengundang semua kerabatnya untuk hadir, kemudian barulah dilakukan abhiseka. Saat itu semua sudah terlanjur “guozhong” (dialek Taiwan.) Oleh karena itu sadhana Zhenfozong, japayoga sangat cepat dan ada hasilnya. (tepuk tangan hadirin) Supaya kalian semua bisa makan laopobing sehingga perut terkenyangkan, setiap orang mempunyai kekuatan, setiap orang bisa bersadhana, penyakit setiap orang bisa disingkirkan, semua harapan bisa direalisasikan. Anda lihat Mahaguru tinggal di Taiwan selama tiga setengah tahun, tiap angin topan semua berubah haluan. Saya masuk setelah badai Xangsane, kemudian terus selama tiga setengah tahun, tidak ada topan sama sekali. Kenapa ? jangan diungkapkan, karena jika diungkapkan akan terlampau menghebohkan, jika suatu saat saya kembali dan menghadapi topan maka matilah saya. (Mahaguru tertawa) bisa kehilangan tenaga. Baiklah, Om Mani Padme Hum (tepuk tangan hadirin)
Liputan oleh True Buddha News (Lianhua Shuhui)

RAJA MANTERA


Grand Master talk about Shurangama Dharani
Source : Grand  Master Book  54  : Sadhana Karman Tantrayana
Shurangama Dharani



vidio slow version





Untuk Memperoleh Vyakarana Buddha (ramalan mencapai keBuddhaan)
Saya memperoleh Vyakarana dari Sakyamuni Buddha, namun bagaimana saya bisa memperoleh vyakarana dari Sakyamuni Buddha ? Karena saya telah menekuni Mahas Unisa Shurangama Raja Mantra (Shurangama Dharani) dalam bahasa cina dikenal dengan nama  “Da Fo Ding Shou Leng Yan Wang Zhen Yan”
Saat ini, bila sadhaka tantra ingin memperoleh vyakarana dari para Buddha, maka harus mengikuti cara penekunan saya ini, dengan sungguh – sungguh saya beritahukan kepada Anda sekalian, bahwa dengan penekunan Sadhana Mantra Surangama dapat memperoleh vyakarana dari Buddha.
Namun, pendirian mandalanya adalah yang paling istimewa, sekaligus paling sukar, dalam buku saya yang berjudul “Ilmu Hitam Aliran Sesat”, saya sudah pernah menjelaskannya satu kali dalam menundukkan ilmu hitam aliran sesat  dengan dharani ini, sekarang kembali menuliskannya :
Bentuk mandalanya adalah segi delapan, …(Mahaguru menjelaskan pendirian mandalanya yangs angat rumit)
Penekunan sadhananya adalah demikian :
Penjapaan Surangama Mantra adalah sekitar jam empat pagi, terlebih dahulu membersihkan tubuh dan memasuki mandala, membakar berbagai dupa berkualitas, dengan setulus hati bersujud pada para Buddha Bodhisattva, kemudian mengitari mandala dan menjapa mantra, terlebih dahulu menjapa satu atau tiga kali Surangama Mantra versi panjang, kemudian dilanjutkan dengan mantra pendek (mantra hati Surangama) :
Mantra pendek bisa dijapa 108 kali. X1 atau X 3
「答至他。嗡。阿那隸。毘舍提。鞞囉跋闍囉陀唎。槃陀槃陀你。跋闍囉謗尼泮。烏妷都盧甕泮。沙婆賀。」
Setelah menjapa mantra, bermeditasi sambil membentuk mudra Maha Buddha Usnisa.
Saat itu bervisualisasi cakra candra dari sepuluh penjuru Buddha, mengeluarkan payung ratna, tiap – tiap payung ratna berada ditengah cahaya cermin, berubah menjadi
berbagai Sitatapatra yang banyaknya tak terhingga, menuju ke atas kepala sadhaka, tubuh sadhaka menjadi suci bercahaya bagaikan vaidurya, visualisasi ini harus ditekuni setiap hari, masing-masing tahapannya harus divisualisasikan sampai jelas.
Menekuni sadhana ini sampai 21 hari, sampai saat sadhaka memasuki Samadhi yang terang dan suci, saat itu sepuluh penjuru Tathagata akan muncul bersamaan di lokasi bertemunya cahaya cermin, sepuluh penjuru Buddha akan mengeluarkan tangan Buddha, memberikan vyakarana kepada sadhaka tantra. Bahkan bila orang yang memiliki jodoh agung dengan Buddha, yang pada kehidupan lampau telah membina diri, orang yang memiliki akar baik, asalkan menekuni sadhana ini seratus hari, maka akan segera mencapai tingkatan Catur Arahat. Maka sadhana ini adalah salah satu dari Maha Sadhana Anuttara Tantra.
Menekuni sadhana ini , tentu saja tidak hanya akan memperoleh vyakarana dari Buddha, bahkan berbagai Dewa Mara tidak akan sanggup melukai, selamanya tiada gangguan mara, oleh karena perlindungan payung ratna dari Usnisa agung Buddha. Segalanya akan menjadi manggala dan sesuai dengan kehendak. Semua macam racun selamanya tidak akan sanggup melukai, sadhaka tantra akan selalu dilindungi oleh delapan puluh empat ribu Dewa Vajra.
Biksu aliran eksoterik (Mahayana) tidak membentuk mudra, tidak bervisualisasi payung ratna di atas cakra usnisa, tidak memasuki Samadhi, namun hanya menjapa Surangama Dharani, tetap mendapatkan pahala yang amat besar, tetap memperoleh perlindungan dari para Dewa, apalagi yang dapat membentuk mudra, visualisasi, memasuki Samadhi, maka pasti Buddha akan datang memberikan vyakarana, tak diragukan lagi kelak pasti akan mencapai Kebuddhaan.
Saya memperoleh jamahan kepala membuka cakra usnisa dari Buddha, saya mempunyai tangan Buddha di atas cakra usnisa, menerima pesan dari Buddha, namun banyak orang yang membina diri timbul rasa iri setelah mengetahui hal ini, padahal sebenarnya mereka tidak perlu iri kepada saya. Saya akan mengajarkan kepada Anda sekalian supaya menekuni Sadhana Surangama Dharani, agar semua orang juga akan memperoleh vyakarana dari Buddha, asalkan mau dengan tulus menekuni Sadhana Tantra yang saya ajarkan, sepuluh orang menekuni , maka sepuluh orang akan memperoleh ; seratus orang menekuni, maka seratus orang akan memperoleh ; seribu orang menekuni maka seribu orang akan memperolehnya pula.
Yang utama dalam sadhana ini adalah di pendirian mandala, apalagi pertemuan cahaya cermin adalah Sadhana Memutar Seribu Cakra, rahasia Padma berkelopak seribu ada di dalamnya, bila dapat mendirikan mandala dengan baik dan benar, maka saat Anda menghaturkan pujana, Buddha Bodhisattva pasti akan hadir.
Kutipan :
Menurut saya
Mantra adalah sangat penting , seperti Surangama Mantra :Dengan Dharani ini , Sepuluh Penjuru Tathagata mencapai Anuttarasamyaksamboddhi.
Oleh karena Dharani  ini , sepuluh penjuru Tahagata mampu memberikan vyakarana di sepuluh penjuru Oleh karena itulah praktisi Zen sangat menghormati mantra ini, di pasamuan Surangama, senantiasa memuji dan melafal Surangama Dharani ini.
SHURANGAMA  SUTRA
(terjemahan bebas)
Keagungan Surangama Dharani
Ananda, Dharani Kumpulan Cahaya Usnisa Buddha (Surangama Dharani) ini melahirkan sepuluh penjuru Buddha, sepuluh penjuru Tathagata, (yang) karena mantra ini memperoleh Anuttara Samyak Samboddhi.
Dengan berpegangan pada mantra ini, Sepuluh Penjuru Tathagata  menaklukkan semua mara dan semua ajaran sesat. Dengan berkendaraan Dharani ini, Sepuluh Penjuru Tathagata (dapat) duduk di atas ratnapadma dan hadir di berbagai penjuru dunia yang banyaknya bagaikan butiran debu. Dengan mengandung Dharani ini, Sepuluh penjuru Tathagata memutar Dharmacakra di berbagai dunia yang banyaknya bagaikan butiran debu. Dengan menjapa Dharani ini, sepuluh penjuru Tathagata dapat memberikan vyakarana di sepuluh penjuru dunia. Meskipun hasil belum terwujud, namun telah menerima vyakarana (ramalan mencapai Kebuddhaan) dari Buddha.
Dengan Dharani ini, Sepuluh penjuru Tathagata mampu mencabut penderitaan para insan di sepuluh penjuru. Derita neraka, setan kelaparan, alam hewan ; Derita buta, tuli dan bisu, derita kebencian dan dendam dan derita berpisah dengan yang dicinta ; Derita tidak memperoleh apa yang diharapkan, derita merajalelanya panca skandha serta berbagai petaka kecil maupun besar, dalam waktu bersamaan akan dibebaskan. Kesusahan akibat perampokan, bala tentara, raja, penjara dan belenggu  ; Kesusahan yang ditimbulkan oleh unsur  angin, api dan air , kelaparan dan kemiskinan, semua akan sirna dengan merenungkannya (Dharani ini).
Dengan senantiasa mengikuti Dharani ini, sepuluh penjuru Tathagata mampu menjadi seorang Guru Pembimbing bagi sepuluh penjuru, dalam kondisi beraktivitas, diam, duduk, maupun berbaring dapat memberikan berbagai pujana sesuai kehendak. Bahkan menjadi seorang Dharmarajaputra di tengah pasamuan Tathagata yang banyaknya bagaikan butiran pasir sungai gangga.
Dengan menjalankan Dharani ini, sepuluh penjuru Tathagata mampu membimbing para kerabatnya dari berbagai kehidupan yang lampau di sepuluh penjuru, serta membuat para pengikut Theravada/Hinayana tidak takut dan ragu-ragu lagi (antipati) jika mendengarkan tentang ajaran Tantra yang sangat menakjubkan .
Dengan melafal Dharani ini, sepuluh penjuru Tathagata mencapai Anuttarasamyaksamboddhi duduk di bawah pohon Boddhi, memasuki Mahanirvana.
Dengan membabarkan Dharani ini , sepuluh penjuru Buddha dalam masa setelah Nirvana Sang Buddha, mampu melestarikan Dharma, mampu menjalankan sila dengan baik dan suci. Bila saya membabarkan keagungan Dharani ini, dari pagi sampai petang dengan suara terus mengalir tanpa terputus serta tanpa pengulangan kata, demikian seterusnya selama kalpa yang lamanya bagaikan butiran pasir sungai gangga, masih tidak akan mampu selesai mengungkapkannya.
Dharani ini dinamakan juga Tathagata Usnisa, wahai Anda sekalian para pemula, yang belum mengakhiri tumimbal lahir, namun dengan ketulusan ingin mencapai Kearahattan, memasuki mandala dengan tanpa menjapa Dharani ini , serta ingin terhindar dari segala kekejian , tidak ada hal yang demikian itu (bila tidak menjapa Dharani ini)
Ananda, bila para insan di berbagai dunia, bila dapat menuliskan mantra ini (huruf sansekerta) dan menempatkannya ke dalam kantongan, meskipun batinnya masih kalut sehingga  tidak mampu melafal dan mengingat (Dharani ini) , namun bila dapat membawa serta Dharani ini maupun mempersemayamkan di tempat tinggalnya, ketahuilah bahwa orang ini, dalam kehidupan ini tak akan terlukai oleh segala macam racun.
Ananda, sekarang akan Aku jelaskan kembali kekuatan kewibawaan Dharani ini kepadamu, demi melindungi para insan di dunia ini, supaya bebas dari rasa takut, supaya merealisasikan Kebijaksanaan Agung.
Setelah Aku Parinirvana, bila para insan di masa yang akan datang dapat melafal, ataupun mengajari orang lain supaya melafalnya, ketahuilah bahwa para insan yang menjapanya tidak akan terbakar oleh api, tenggelam oleh air dan tak dapat dilukai oleh racun biasa maupun ganas.
Bahkan para Dewa, Naga, setan, roh langit dan roh bumi, mara dan siluman yang suka menyesatkan, juga mantra dan doa jahat, tidak akan dapat melukai.Kekuatan Dharani ini mampu membangkitkan Samadhi dalam batin. Segala macam guna-guna dan racun yang memasuki mulut praktisi Dharani ini akan berubah menjadi amrta. Segala bintang kejahatan, para dewa dan setan, manusia berhati racun, bila berhadapan dengan praktisi Dharani ini tidak akan bisa membangkitkan kejahatannya. Para Vinayaka (dewa rintangan) dam para raja setan kejahatan, akan timbul rasa hormat sehingga akan senantiasa melindungi.
Ketahuilah Ananda, bahwa Dharani ini senantiasa diikuti siang dan malam oleh koti-an Para Vajraraja Bodhisattva sejumlah delapan puluh empat ribu nayuta butiran pasir sungai gangga, dan masing-masing dari mereka mempunyai kerabat para Vajra .
Bila ada insan yang menjapa Dharani ini dalam batin maupun bersuara, walaupun dengan batin yang kacau tanpa Samadhi, namun Vajraraja akan tetap senantiasa melindungi para putera berbudi tersebut. Apalagi yang dapat menjapanya dengan membangkitkan Bodhicitta dan dengan Samadhi. (Maka) Para Vajra Bodhisattva Guhyaraja ini,  akan segera memurnikan kesadaran (pelafal Dharani ini) , sehingga orang tersebut akan mampu mengetahui dan mengingat segala selama delapan puluh empat ribu kalpa dengan tanpa keragu-raguan. Dari kalpa pertama sampai memperoleh tubuh terakhir sebelum Kebuddhaan, dalam setiap kelahiran tak akan lahir di alam asura raksasa, putana, kataputana, kumbandha, pisaca dan lain sebagainya, serta para setan kelaparan, yang berwujud maupun tidak, yang mampu berpikir atau tidak, maupun semua alam rendah.
Wahai Putera yang berbudi, bila melafalkan, bila mencetak maupun menyalinnya, bila membawa maupun mempersemayamkannya (Dharani ini), menghaturkan berbagai pujana, maka selamanya tidak akan terlahir sebagai orang miskin maupun semua alam rendah dan tempat yang tidak menyenangkan. Walaupun orang yang demikian tidak pernah menanam bibit pahala kebajikan, namun sepuluh penjuru Tathagata akan menganugerahkan pahala kebajikan kepada orang ini. Maka dari itu, dia akan selalu
bersama dengan Buddha dalam setiap kelahiran selama berkalpa-kalpa yang tak terhingga, pahalanya tak terhingga bagaikan buah ranum yang tumbuh mengumpul, selamanya bersama membina diri (dengan Bodhisattva yang hendak mencapai Kebuddhaan). Oleh karena itulah (Dharani ini) mampu membuat orang yang pernah melanggar sila dan menyesalinya juga segera bertobat, akan tersucikan kembali akar silanya. Bagi yang belum memperoleh sila akan memperoleh sila (memperoleh kemampuan bertahan menjalankan sila) ; Yang tidak tekun akan menjadi tekun, yang tidak memiliki kebijaksanaan akan menjadi bijaksana, yang tidak suci akan segera mampu menjalankan kehidupan suci, yang tidak mampu menjalankan nicasila, akan menjadi mampu.
Ananda, saat putera yang berbudi menjapa Dharani ini, akan mampu melenyapkan segala pelanggaran sila yang telah  dilakukannya sebelum memperoleh dan memulai menjapa Dharani ini, baik itu pelanggaran ringan maupun berat.  Dari bermabuk-mabukkan, gemar mengkonsumsi lima sayuran menyengat dan berbagai kebiasaan yang tidak suci yang dilakukannya sebelum mengenal Dharani ini , setelah dia menjapanya, maka Para Buddha Bodhisattva, Vajra dan para Deva tidak akan memandangnya sebagai pendosa.
Walaupun mengenakan pakaian usang dan tidak bersih, namun segala aktivitasnya akan menjadi murni. Walau tak membangun mandala, tak memasuki tempat ibadah, dan tak menjalankan formalitas ajaran tertentu, bila melafalkan Dharani ini, maka akan memperoleh pahala bagaikan memasuki mandala dan menjalankan segala aturannya.
Bila telah melakukan lima dosa besar/pancanantaryakarma (membunuh ayah, membunuh ibu, membunuh arahat, memecah belah Sangha) dan catvarahparajikadharmah , namun telah bertobat dan tak mengulanginya lagi, dengan menjapa Dharani ini, maka karma berat seperti itu akan sirna bagaikan angin kencang meniup pasir sampai tak tersisa sedikitpun.
Ananda, bila ada insan yang telah melakukan berbagai karma buruk baik itu ringan maupun berat , yang dilakukan sejak berkalpa yang lampau, dan tidak sempat melakukan formalitas pertobatan, bila dapat melafal , menyalin, membawa serta dan mempersemayamkannya di rumah maupun halaman, maka karma buruk tersebut akan sirna bagaikan salju yang tersiram air panas, dan dalam waktu singkat akan mewujudkan anuttpatikadharmaksanti.
Dan lagi, Ananda, bila ada seorang wanita yang belum melahirkan putera atau puteri dan memohon ingin mengandung, bila dapat dengan sepenuh hati mengingat dan merenungkan Dharani ini, atau membawa serta Dharani ini, maka akan melahirkan putera maupun puteri yang memiliki berkah dan kebijaksanaan
Bagi yang menginginkan panjang usia, akan memperoleh panjang usia ; Barangsiapa ingin supaya perbuatan baiknya segera berbuah , maka akan segera memperoleh buah karma baiknya. Mengenai nyawa dan kesehatan juga demikian halnya. Setelah akhir hidupnya, akan terlahir di sepuluh penjuru Tanah Suci sesuai kehendak. Dan sudah pasti tidak akan terlahir di tempat yang menderita, apalagi alam rendah.
Ananda, jika di berbagai Negara atau wilayah, terjadi bencana kelaparan dan wabah penyakit, atau bencana senjata dan kejahatan merajalela, atau peperangan yang tiada hentinya, ataupun wilayah yang dilanda becana kekeringan , angin rebut/topan dan hujan es,tulislah Dharani ini dan semayamkan di empat penjuru pintu kota serta berbagai tempat ibadah/vihara maupun dvaja Dharani,  kerahkanlah supaya para insan di negeri itu menyambut dan menerima Dharani ini, bersujud dan menghormati, sepenuh hati
memberikan pujana, setiap penduduk  membawanya serta di badan, masing-masing mempersemayamkannya di rumah kediamannya,maka semua petaka itu akan sirna.
Ananda, bila dimana – mana ada Dharani ini, tiap penduduk mempunyai Dharani ini, maka Dewa dan Naga akan bersuka cita, hujan akan turun pada waktunya, hasil panen akan melimpah , aman dan tenteram. Demikian pula, Dharani ini dapat mengendalikan segala bintang kesialan dan petaka supaya tidak membuat kekacauan. Segala malapetaka tidak akan timbul, penduduk juga tidak akan memperoleh bencana yang membuat pendek usia, segala jerat dan belenggu tak akan membelenggu tubuh, tidur dengan tenteram tanpa mimpi buruk.
Ananda, ketahuilah bahwa dunia saha ini ada delapan puluh empat ribu bintang petaka dan kesialan yang dikepalai oleh dua puluh delapan bintang petaka, dengan delapan bintang malapetaka sebagai pimpinannya. Saat mereka dengan berbagai rupa muncul di dunia, maka akan menimbulkan berbagai malapetaka bagi para insan, namun di tempat dimana ada Dharani ini, semua petaka akan sirna. Dalam jarak dua belas yojana akan menjadi simabandhana, segala petaka selamanya tidak akan sanggup memasuki. Oleh karena itulah Tathagata membabarkan Dharani ini, supaya di masa yang akan datang dapat melindungi para sadhaka yang baru belajar, sehingga mampu memasuki Samadhi, jasamani dan rohani nya selalu diliputi ketenangan, memperoleh ketenteraman. Bahkan tidak akan ada para mara , setan dan dewa, maupun para musuh sejak berbagai kehidupan yang lampau, tidak akan ada yang sanggup melukai (praktisi ini). Engkau dan para siswa di tengah pasamuan ini, serta para sadhaka di masa yang akan datang, dengan berdasarkan instruksi pendirian mandala dari KU, jalankanlah sila, terimalah sila dari seorang biksu yang benar – benar menjalankan sila dengan murni, saat melafal Dharani ini , dalam hati jangan sampai timbul keraguan maupun kemalasan. Maka para putera berbudi itu ( Dalam Garis Lurus Surangama disebutkan bahwa Putera berbudi adalah istilah bagi siswa Buddha yang tidak melakukan empat pelanggaran sebagai berikut :  1. Tidak mematuhi aturan mandala dari instruksi Guru ; 2. Sila yang ternoda ; 3. Menghina Guru Akar ; 4. Ragu-ragu, tidak memiliki keyakinan)  dengan tubuh yang dilahirkan oleh ayah dan ibu ini (tubuh saat ini juga), jika tidak bisa memperoleh pencapaian penembusan hati, maka sepuluh penjuru Tathagata telah berdusta.
Setelah Buddha membabarkannya, ratusan ribu para Vajra bersama bersujud pada Buddha, dan berkata :
“Seperti yang dikatakan oleh Buddha, dengan sepenuh hati, Saya akan melindungi siapapun yang membina diri dalam Bodhicitta.”
Kemudian , Raja Brahma dan Dewa Indra serta Catur Maharajika bersujud pada Buddha dan berkata, “Bila ada orang bajik yang menekuninya, Saya akan dengan sepenuh hati melindunginya, supaya dalam kehidupannya ini segala harapannya akan terkabul.”
Para Jenderal Yaksa yang jumlahnya tak terhingga, para Raja Raksasa, Raja Putana, Raja Kumbandha, Raja Pisaca, Vinayaka, para Raja Setan dan para panglima setan, bersujud pada Buddha, “Saya juga bersumpah melindungi orang tersebut, supaya dapat segera menyempurnakan Bodhicitta nya.”
Ada lagi, para pangeran Dewa Surya dan Candra yang banyaknya tak terhingga, para Dewa Hujan dan Vayu,awan dan Guntur, serta Dewa Petir dan lain sebagainya, Dewa Tahunan dan Para Kerabat Perbintangan di pasamuan, bersujud pada Buddha, dan berkata :
“Saya juga akan melindungi para sadhaka tersebut, mendirikan tempat ibadah dengan tenteram, serta bebas dari rasa takut.”
Para Dewa Gunung dan Dewa Samudera yang jumlahnya tak terhingga, para Dewa Tanah, Air dan Dewa-Dewa penguasa berbagai hal di bumi,Raja Vayu, Arupa Deva, bersujud pada Buddha, dan berkata :
“Saya juga melindungi sadhaka tersebut, supaya memperoleh Boddhi, selamanya tiada hal hal buruk.”
Saat itu, delapan puluh empat ribu nayuta koti buritan pasir gangga para Vajragarbharaja Bodhisattva di pasamuan , bangkit dari tempat duduknya, bersujud pada kaki Buddha dan berkata :
“Bahgavan, seperti halnya kita, yang telah membina diri sejak masa lampau dan mencapai Boddhi, namun kita semua tidak memasuki Nirvana, untuk selalu mengikuti Dharani ini, untuk melindungi para sadhaka sejati yang menekuni Samadhi di masa penghujung Dharma. Baghavan, sadhaka yang ingin memperoleh Samadhi benar, bila dia sedang berada di tempat ibadah maupun melakukan perjalanan, bahkan bila mereka melafalkan Dharani ini dengan tidak mengetahui cara memusatkan pikiran, Kami semua tetap akan melindungi orang tersebut. Raja Mara dan Mahesvara Raja tidak akan dapat memperoleh kesempatan mengganggu. Para dewa dan setan kecil akan mengambil jarak sepuluh yojana menjauh dari orang bajik (praktisi) itu, kecuali bila mereka semua juga membangkitkan Bodhicitta ingin menekuni samadhi. Baghavan, demikianlah para mara jahat dan kerabatnya, bila hendak mengganggu orang bajik itu , saya akan menggunakan vajra mustika menghancurkan kepalanya sampai lebur menjadi debu, supaya orang itu “mendapatkan segala sesuatunya terjadi sesuai kehendak.”

Sutra melepaskan ikatan dendam

Tripitaka Jiaxing jilid 19 ; no B044 ~ Kumpulan Sutra Pelafalan Sehari-hari
Translated by Lianhua Shian

Foshuo jiebaisheng yuanjie tuoluonijing
Sutra Dharani Melepas Ikatan Dendam Ratusan Kelahiran
Rushiwowen, yishi fo zai piyelicheng, yinyueshu xia, yu baqian bijiu zhongju
Demikianlah yang aku dengar, pada suatu ketika, Buddha berada di Vaisali di bawah pohon musik, bersama dengan 8000 biksu.
Shi you yipusa mingyue Puguangpusamohesa zhongsuozhishi
Saat itu, ada seorang Bodhisattva Bijaksanawan bernama Samanthaprabha Bodhisattva Mahasattva
Shuo wangxiyinyuen, molaishizhong, mofa zhongsheng
Mengungkapkan nidana masa lampau, dimasa yang akan datang , para insan di masa penghujung Dharma
Duochouzuiku, jieyuanchouyi, shishi jiexu xiangyu
Para insan banyak melakukan karma buruk, setelah ikatan dendam terbentuk, dalam berbagai kehidupan selalu bertemu.
Ruoyou shannanzi shannvren, wenshi tuoluoni, qiri qiye, jiejingzaijie
Riri qingchao, nianci puguangpusa mohesaming, ji nian cituoluoni yibaibabian, qiri manzu.
Jinde xiaomie, yuanjiabuxianghui, foshuoshiyushi. Sizhongrenming, tianlongbabu, xianxi huanxi, xinshoufengxing.
Bila putera dan puteri yang berbudi dapat mendengarkan Dharani ini, tujuh hari tujuh malam menjalankan sila dan kesucian.
Setiap pagi hari nya selalu melafal nama Phuguang Pusa Mohesa dan Dharani ini 108 kali sampai genap tujuh hari.
Dendam akan sirna , tidak akan bertemu dengan musuh.
Setelah Buddha membabarkan ini, keempat kelompok siswa, kedelapan bagian Dewa Naga, semua bersuka cita menerima, meyakini dan menjalankannya.
Om Chilin
Jinzha Jinzha seng jinzha, wujin weiru jie jinzha, zong bu yu ru jie jinzha.
Om qiangzhongqiang, ji zhong ji, Boluo hui li you shuli.
qie yuanjia li woshen, moheboruoboluomi
Foshuo baisheng yuanjie tuoluoni (Zong)
Demikianlah Sutra Dharani Pelepasan Ikatan Dendam Ratusan kehidupan

Mantera untuk menahan nafsu birahi yang berlebihan

Usotha Dharani dari Manjusri Bodhisatva

Sutra Manjusri Mempersembahkan Dharani Pengikis Birahi pada Buddha”Sumber :《七佛八菩薩所說大陀羅尼神經‧卷二》
Sutra Mahadharani yang Dibabarkan Sapta Buddha Asta Bodhisattva – Bab 2
《大正藏》第二十一冊頁543上、545上,Tripitaka Book 21 , page 543
《陀羅尼雜集‧卷二》Kumpulan Dharani Bab 2《大正藏》第二十 一冊頁586上。
Tripitaka book 21, page 586
《文殊菩薩獻佛陀羅尼名烏蘇式 Sutra Usota Dharani Persembahan Manjusri pada Buddha《大正 藏》第二十冊頁778上
Tripitaka book 20, page 778
Translated by lienhua shian 時佛勒阿難。為未來沒苦眾生。廣宣流布。時文殊 菩薩先說偈言 一切眾生類 迴沒婬鬼界 無能覺之者 唯我能救拔 永斷生死本 普處寂滅樂 我文殊師利。今欲說神咒。拔濟諸眾生。除其婬欲 本。有名乌稣咤(晋言usota)。除淫欲,却我慢。
Buddha berpesan pada Ananda supaya menyebarluaskannya demi para insan dimasa yang akan datang.
Kemudian Manjusri Bodhisattva melantunkan gatha :
Semua jenis makhluk
Yang terombang ambing dalam alam setan cabul
Tiada yang dapat tersadar
Hanya Aku yang mampu menolongnya
Selamanya memotong akar tumimbal lahir
Merealisasikan bahagia Nirvana

Aku, Manjusri, saat ini hendak membabarkan Mantra !
Menyelamatkan para insan, supaya menyingkirkan akar birahi, Dharani ini dinamakan Usota, melenyapkan birahi dan mengikis keangkuhan.

句梨句梨-帝那.
kuli‧kuli‧tena‧
忧拙忧拙-帝那.
yudho‧yudho‧tena‧
度呼度呼-帝那.
duho‧duho‧tena‧
究咤究咤-帝那.
kyuta‧kyuta‧tena‧
若蜜都若蜜都-帝那.
namito‧namito‧tena‧
究咤呼究咤呼-帝那.
kyutaho‧kyutaho‧tena‧
忧守忧守-帝那.
yusu‧yusu‧tena‧
耶蜜若耶蜜若-帝那.
yamina‧yamina‧tena‧
度呼咤-究咤多.
duhota‧kyutata‧
莎呵.
svaha‧

诵咒三遍结缕。作七结系脚。是咒能令诸失心者还得正念。灭淫欲火心得清凉。除其我慢灭结使火。 三毒垢障悉得 消除。若诸女人及善男子。精神处在无明重渊下。久处于生死不能得出要。洄波生死流没溺淫欲海。 莫能觉之者, 莫知求出要。呜呼甚可伤。
Menjapakan mantra 3 kali,lalu  ikat satu kali. Hingga membuat 7 ikatan, ikatkan pada kaki. Mantra ini mampu membuat yang kehilangan kesadaran kembali berpikiran lurus. Melenyapkan api birahi menyejukkan hati. Menyingkirkan kesombongan. Melenyapkan semua noda karma lobha, dosa dan moha.
Bila para putera dan puteri yang berbudi kesadarannya terjatuh pada moha yang mendalam (kebodohan), telah lama berada dalam samsara tanpa tahu cara pembebasan.
Terombang ambing dalam kelahiran dan kematian , samudera birahi, tanpa bisa sadar.
Tidak tahu bagaimana cara keluarnya.
Berteriak dengan pilunya…
若善男子善女人。心得惺悟还厌淫欲。应当与此陀罗尼咒令其读诵。淫欲之火渐渐消灭。淫欲灭已, 慢心自灭。慢 心灭已,其心则定。其心定已,结使则灭。结使灭已,心得解脱。心解脱已,即得道果。是则名为大 神咒力。诚谛 不虚,神力如是。断酒五辛七七四十九日。诸不净肉悉不得食。
Wahai putera dan puteri yang berbudi, bila batin tersadarkan, maka birahi akan lenyap. Hendaklah menjapa Dharani ini. Akan mengikis kobaran api birahi.
Bila birahi telah sirna, maka kesombongan juga akan sirna.
Bila kesombongan sirna, maka batinnya akan tenang dalam samadhi.
Bila batin telah tenang maka akan memperoleh pembebasan.
Bila batin memperoleh pembebasan, maka akan memperoleh buah ke Buddhaan.
Inilah kekuatan dari Mahamantra ini, sungguh sejati tiada kepalsuan.
Demikianlah kekuatannya.
Berpantanglah makanan dan minuman yang membuat hilangnya kesadaran dan berpantanglah lima macam sayuran menyengat selama kelipatan 7 hari sampai 49 hari.
Janganlah makan semua daging yang tak suci.
若男子行者九九八十一日。若女人行者七七四十九日。复昼夜六时勤心读诵。烧黑沉水、白旃檀香。 散华供养十方 诸佛。六时读诵曾不废忘。日数足已,结使即灭。其心泰然,无复淫欲。当深生欣跃自发庆幸。今我 遭遇大圣神力 。此身宜至佛身。不惧沦溺。如是净心念念信向。断诸恶作转杂言论离间之语。不念名利。如是日数 足已。决定解 脱。其心泰然。无复欲慢。
Para putera yang berbudi hendaknya melakukan dalam 81 hari kelipatan 9,
sedangkan para puteri yang berbudi  dalam 49 hari kelipatan 7.
Dalam enam waktu tekun menjapakannya.
Membakar heichenshui, dupa cendana putih.
Menabur bunga mempersembahkannya pada sepuluh penjuru Buddha.
Dalam enam waktu menjapakannya tanpa alpa.
Setelah hitungan harinya usai, segala ikatan akan sirna.
Batinnya akan tenang dan terang, tiada birahi.
Saat itu akan timbul suka cita yang mendalam.
Saat ini aku menerima kekuatan Yang Mahasuci, tubuh ini adalah tubuh Buddha, tidak takut akan kematian.
Demikianlah pikiran suci akan berkembang. Mematahkan semua perbuatan jahat dan kata kata yang tidak bermanfaat.
Tidak memikirkan mengenai nama dan keuntungan pribadi.
Demikianlah setelah genap hitungan harinya, pasti memperoleh pembebasan. Batinnya akan tenang tiada nafsu dan kesombongan.
pengalaman pribadi sih, lebih suka membaca Shurangama mantra lengkap 5 bab atau sutera dari Yao ce cinmu yang cen cing. ada sesiung senior menganjurkan bagian terakhir dari bab kedua shurangama yaitu “om svasthir bavatu mama imam mama sya”

http://padmakumara.wordpress.com/category/penjapaan-mantra-dan-sutra/

Mantra Sataksara Vajrasatva

 

Mantra Sataksara adalah sadhana wajib bagi sadhaka. Sadhana Vajrasattva yang terdapat dalam Catur Prayoga adalah sarana yang mendasar untuk mengikis karma buruk. Vajrasattva adalah pewaris Dharma dari semua Buddha yang Mantra Sataksara-Nya dapat mengikis habis semua karma buruk yang terkumpul dalam kehidupan-kehidupan sebelumnya. Maha Guru suatu ketika mengajarkan kita, “Dengan menjapa Mantra Sataksara pada tahap akhir puja bhakti, semua kesalahan atau kelalaian yang dibuat selama berpuja bhakti akan diperbaiki dan disempurnakan, bagaikan pancaran cahaya dari bulan purnama. Seseorang akan dimaafkan oleh para Buddha dan Bodhisattva. Penjapaan mantra ini secara teratur memberikan makna pertobatan, pelenyapan karma buruk, meluruskan pikiran yang tersesat secara menghentikan pikiran sesat sejak awal, menghancurkan semua kekhawatiran, menundukkan mara dan kejahatan serta menyebabkan semua mara dan kejahatan hilang, meningkatkan pahala dan kebijakan seseorang.

Sadhana Ksamayati Mantra Sataksara dari Vajrasattva adalah yang terbesar di antara semua sadhana pertobatan, seperti Pertobatan Papadesani, Pertobatan Kaisar Liang, Pertobatan Maha Karuna Dharani, dan Pertobatan Sutra Teratai. Semua sadhana pertobatan ini adalah metode sebab akibat. Hanya Sadhana Pertobatan Mantra Sataksara yang menggunakan metode tentang makna keberhasilan. Dengan menjapa Mantra Sataksara, kita akan mencapai tiga macam keberhasilan, yaitu :

1. Mengetahui bahwa sifat dasar diri sendiri adalah murni.
2. Mengetahui bahwa sifat dasar diri sendiri adalah kebenaran.
3. Mengetahui bahwa sifat dasar diri sendiri adalah luas.

Dengan keberhasilan-keberhasilan ini, kita akan melepaskan sebab-sebab karma negatif kita. Pernah disebutkan Obor Kepastian. “Mantra Sataksara Vajrasattva patut dipuji kehebatannya, yang terbaik di antara semua obat-obatan untuk mengikis karma buruk. Dengan menjapa mantra ini, seseorang akan
memperoleh manfaat langsung yang tak terhitung banyaknya.”

Peringatan akan Mantra Sataksara
Sebelum masa kalpa ini, seorang pendeta Brahma, Mutiara Kerang, adalah seorang pakar dalam Lima Ilmu Pengetahuan. Salah satu siswanya, seorang pangeran, telah menguasai semua hal yang diajarkan Mutiara Kerang padanya, dan pencapaiannya sama dengan gurunya. Karena iri hati, pangeran tersebut
bermaksud mencelakai gurunya, Mutiara Kerang. Mengetahui niat muridnya dan penghianatannya yang akan terjadi, kebencian muncul dari dalam hati Mutiara Kerang, dan ia membuat sumpah yang keji.

Akhirnya, Mutiara Kerang dibunuh oleh pangeran dan, sebagai akibatnya, pangeran bertumimbal lahir di alam neraka. Sehubungan dengan sumpahnya yang keji dan penuh kebencian, Mutiara Kerang juga bertumbimbal lahir di alam neraka. Jadi, keduanya memikul penderitaan yang hebat dalam neraka vajra.
Mengubah dirinya dalam wujud Vajrasattva, Samantabhadra Buddha turun ke alam neraka dan mengajarkan keduanya, dan adalah Mantra Sataksara, yang membebaskan mereka berdua dari penderitaan neraka.

Mantra Sataksara
Om, bie zha sa duo sa ma ya, ma nu ba la ya, bie zha sa duo die nu ba de cha, zhe
zuo mie ba wa, su duo ka yu mie ba wa, su pu ka yu mie ba wa, yan nu luo duo
mie ba wa, sha er wa, si di, mie bu luo ye cha, sha er wa, jia er ma, su zha mie, ji
da mu, si li ren, gu lu hum, ha ha ha ha he, ba jia wen, sha er wa, da ta jia da, bie
cha ma mie men cha, bie zhi ba wa, ma ha sha ma ye, sa duo ya, hum pei.

Terjemahan
Om Vajrasattva, mohon pertahankan sumpah-Mu! Vajrasattva, berkatilah (dan berdiam dalam) diriku dan buatlah saya teguh (dalam sifat ke-Buddha-an ku)!
Buatlah saya puas (melalui kebahagiaan Alam Dharma), berbaik hatilah.
Tegukanlah diriku! Berilah saya semua kekuatan gaib! Petunjuk dari semua karma : Muliakanlah pikiranku. Hum! Ha! Ha! Ha! Ha! Hoh! Yang Terberkati, berlian dari semua Tathagata : Jangan meninggalkan saya, buatlah saya menjadi sebuah berlian! Makhluk Agung dari sumpah AH!

Makna
1. Sifat sejati adalah suci: Sifat ke-Buddha-an diri sendiri pada dasarnya adalah suci, yang pada dasarnya merupakan buah dari bhavana.
2. Sifat sejati adalah benar : Hal terpenting dalam Mantra Sataksara menyatakan bahwa sifat sejati diri kita sendiri selalu suci.
3. Sifat sejati adalah luas : sifat ke-Buddha-an pada dasarnya adalah luas dan tak ternoda.

Sama seperti mantra lainnya, terdapat banyak arti dari mantra ini. Sebagai akibatnya, seseorang tidak boleh terpaku pada suatu arti dari mantra. Sebagai contoh, setiap aksara dari Mantra Sataksara juga melambangkan seratus Dewata Perdamaian dan Murka yang terdapat di dalam alam bardo. Bersadhana dengan pikiran terbuka, semakin dalam makna mantra yang akan terbuka.

Pujian Terhadap Mantra Sataksara
Siapa saja yang menjapa Mantra Sataksara
Akan tersembuhkan semua penyakitnya
Penderitaan berakhir
Serta pikiran dan tubuhnya akan damai tenteram

Siapa saja yang menjapa Mantra Sataksara
Akan terbebas dari kemiskinan
Akan berubah nasib buruk menjadi baik
Serta semua keinginan terpenuhi

Siapa saja yang menjapa Mantra Sataksara
Semua tanah dan isinya
Adalah persembahan
Mengikutinya,tuannya

Siapa saja yang menjapa Mantra Sataksara
Ketika hidupnya berakhir
Hidupnya akan diperpanjang
Dan akhirnya, di Tanah Suci, kelak akan terlahir

Siapa saja yang menjapa Mantra Sataksara
Para mara akan bersarana padanya
Serdadu sesatnya akan menghilang
Dan semuanya akan menjadi jinak

Siapa saja yang menjapa Mantra Sataksara
Bahkan yang terjahat
Yang melakukan tujuh karma buruk terberat(1)
Akan bertobat dengan tulus

Siapa saja yang menjapa Mantra Sataksara
Akan menjadi raja dalam kehidupan sekarang dan kehidupan mendatang
Juga akan menjadi pewaris Dharma
Dan akhirnya akan terbebaskan dari belenggu tumimbal lahir

Meski menjapa Dharani, mantra, mudra, stupa dan mandala
Akan menghasilkan lima macam Maha Prajna
Pahala yang dikumpulkan
Jauh lebih sedikit dibandingkan penjapaan satu kali Mantra Sataksara

Siapa saja yang menjapa Mantra Sataksara
Akan mengumpulkan pahala sama dengan
Menghiasi para Buddha yang tak terhitung banyaknya
Sebanyak butiran pasir dan debu