SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA


Minggu, 13 Maret 2011

" SABDA BUDDHA GOTAMA MENGENAI SUTRA ULLAMBANA ”

Cara Menolong Orangtua yang telah meninggal.


Suatu ketika , Buddha Gotama sedang memberikan khotbah Dharma di hutan Bambu Jeta milik Ananthapindika yang terletak di Shravasti. Di antara ke sepuluh murid utama, Yang Arya Maudgalyayana baru saja mencapai enam macam kekuatan batin. Beliau teringat akan kedua orang tua beliau yang telah meninggal dunia bertahun- tahun yang lalu dan ingin tahu di mana mereka terlahir sekarang.

Dalam upaya untuk membalas kebaikan ibu beliau yang telah melahirkan dan mengasuh beliau, Yang Arya Maudgalyayana dengan mata batinnya mencari keseluruh alam semesta dan mengetahui bahwa Ibunya terlahir di alam hantu kelaparan. Ibu beliau tampak begitu kurus, seolah-olah hanya berupa tulang terbungkus kulit. Hal tersebut merupakan suatu penglihatan yang sangat memilukan.

Setelah melihat kondisi Ibunda beliau, Yang Arya Maudgalyayana di liputi kesedihan yang mendalam. Beliau mengisi mangkuk makanan beliau dengan makanan dan berangkat untuk menyelamatkan ibunda beliau.

Ketika ibu beliau melihat makanan tersebut, dia buru-buru menutupi mangkuk makanan yang berisi makanan tersebut dengan tangan kirinya karena takut di ketahui oleh hantu lainnya dan merampasnya.

Kemudian ibu Yang Arya Maudgalyayana menggunakan tangan kanannya untuk menyuap makanan tersebut ke mulutnya. Akan tetapi, sebelum memasuki mulutnya makanan tersebut malah berubah menjadi arang yang membara.

Kemudian api menyembur keluar dari mulutnya dan diapun terbakar seketika.
Ketika Yang Arya Maudgalyayana menyaksikan pemandangan tersebut, beliau menangis tersedu-sedu. Meskipun telah mendapat buah spiritual melalui latihan yang di jalani, tetap saja beliau tidak mampu meyelamatkan ibunda beliau dari alam hantu kelaparan.
Sebagai seorang anak, beliau merasa amat tidak berdaya dan sedih. Beliau pergi menjumpai Buddha Gotama untuk meminta pertolongan.

Yang Arya Maudgalyayana memberitahu Buddha Gotama mengenai penderitaan yang di alami oleh ibunda beliau dan meminta nasehat dari Buddha Gotama untuk mencari cara meringankan penderitaan ibunda beliau.

Setelah mendengar cerita Yang Arya Maudgalyayana, Buddha Gotama berkata, “Karma buruk yang telah di perbuat oleh ibumu pada masa lalu terlalu berat. Tidak mungkin untuk menyelamatkannya dengan kekuatanmu seorang.
Meskipun engkau adalah anak yang berbakti, dan tangisanmu telah menggetarkan langit dan bumi, rasa baktimu telah menyentuh hati para dewa langit, dewa bumi dan juga para pengikut Jalan……..”

“……penabur benih dari Sang Jalan dan juga Empat Raja Dewa dari empat penjuru, tetapi mereka tidak dapat menyelamatkan ibumu!”
Yang Arya Maudgalyayana berada dalam kondisi putus asa yang luar biasa dan air mata berlinang ke pipinya tak henti-hentinya. Buddha Gotamaberkata, “Sekarang Aku akan memberitahukan kepadamu satu-satunya cara yang dapat di lakukan untuk membebaskan ibumu dari penderitaan.”

“Engkau harus menyiapkan kebutuhan sehari-hari yang terbaik dan kemudian mempersembahkannya kepada persamuhan Sanggha yang mulia dari sepuluh penjuru pada hari ke lima belas bulan ke tujuh penanggalan lunar, pada akhir masa wassa.”

“Pada saat itu, para makhluk mulia akan berkumpul, para Srawaka, para Pratyeka Buddha dan lain-lain, akan berkumpul untuk menerima pemberianmu, bahkan para Bodhisattwa akan menjelma sebagai para bhiksu untuk menerima persembahanmu.”
“ Buah perbuatan baik yang di hasilkan oleh perbuatan ini adalah luar biasa besar nilainya. Bukan hanya orang tua dan kerabat pada banyak masa kehidupan lampau yang akan segera terbebaskan dari tiga alam rendah……”

“……bahkan orang tua kita yang sekarang, yang masih hidup di dunia ini, akan mendapat berkah berupa kesehatan dan panjang umur, orang tua kita dalam tujuh kehidupan yang lampau akan segera terlahir kembali di alam surge para Dewa.”
Yang Arya Maudgalyayana bertindak seperti yang telah di katakan oleh Buddha Gotama lalu memberi arahan kepada para anggota Sanggha dari sepuluh penjuru untuk mengulang Parita Mantra dan Doa…..

…..berharap orang tua mereka dalam tujuh kehidupan lalu dapat terbebas dari penderitaan dan mendapatkan kebahagiaan. Para anggota Sanggha harus merenungkan perbuatan baik tersebut dan melakukan meditasi sebelum menerima persembahan makanan.
Persembahan tersebut harus di letakkan di depan Altar Buddha Gotama yang terdapat di Wihara atau Pagoda. Makanan tersebut hanya boleh di makan setelah anggota Sanggha telah selesai membacakan mantra dan doa.

Pada waktu itu, semua Bhiksu yang telah mencapai pencerahan dan para Bodhisattwa yang agung akan hadir untuk menerima persembahan makanan tersebut di penuhi kegembiraan.

Tepat pada waktu itu juga ibunda Yang Arya Maudgalyayana terbebas dari penderitaan alam hantu kelaparan dalam kalpa ini. Kesedihan dan tangisan Yang Arya Maudgalyayana pun berhenti.

Yang Arya Maudgalyayana kemudian berkata kepada Buddha, ”Ibunda saya telah terbebas dari penderitaan sebagai hantu kelaparan (alam Peta) di karenakan oleh buah kebaikan dan kebijaksanaan dari Tiga Permata dan juga oleh kekuatan Spiritual yang luar biasa dari para anggota sanggha…..”

“…..Dan di masa yang akan datang, jika ada umat Buddha lainnya, yang berniat untuk menyelamatkan orang tua mereka yang sekarang, ataupun orang tua mereka dalam tujuh kehidupan yang lampau, dapatlah mereka menggunakan cara yang sama berupa persembahan makanan kepada anggota Sanggha dalam pertemuan Dharma Ullambana?”

Buddha Gotama berkata, “Tindakan itu akan menghasilkan buah kebajikan yang luar biasa besarnya.Sungguh baik engkau menanyakan hal tersebut! Sebenarnya, Tathagata juga hendak memberitahu engkau mengenai hal tersebut !”

Buddha Gotama berkata, ”Jika terdapat bhiksu, bhiksuni, umat awam mulai dari raja sampai pada lapisan umat awam biasa yang berniat untuk mempraktikkan bakti kepada orang tua mereka. Maka mereka harus memberi persembahan empat kebutuhan hidup kepada anggota Sanggha pada tanggal lima belas bulan ke tujuh penanggalan lunar, pada akhir masa wassa.”

“ Mereka harus mempersiapkan segala jenis makanan yang baik kualitasnya dan meletakkannya dalam bejana persembahan Ullambana, untuk di persembahan kepada anggota Sanggha yang telah melakukan latihan spiritual dalam segenap sepuluh penjuru. Kemudian melimpahkan buah kebajikan yang di peroleh kepada orang tua mereka yang sekarang sehingga orang tua mereka dapat memperoleh umur panjang dan terbebas dari kegelisahan, penyakit dan bencana…..”

“…..mereka juga bisa melimpahkan buah kebajikan yang di hasilkan kepada orang tua mereka yang telah meninggal dalam tujuh kehidupan yang lampau sehingga orang tua mereka dapat terbebas dari alam hantu kelaparan (alam Peta). Maka akan terlahir sebagai manusia ataupun sebagai dewa untuk menikmati kebahagiaan. Semua umat Buddha, yang berniat mempraktikkan bakti terhadap orang tua, harus selalu mengingat ajaran ini dalam pikiran masing-masing.”

“Mengingat segala penderitaan yang telah di tanggung kedua orang tua kita, cara terbaik untuk membalas kebaikan mereka adalah memberi persembahan kepada Buddha dan para anggota Sanggha selama masa peringatan Ullambana pada tanggal lima belas bulan ke tujuh penanggalan lunar tiap tahun. Semua anak seharusnya mempraktikkan hal ini.”

Yang Arya Maudgalyayana dan ke empat kelompok murid lainnya amat berbahagia mendengar ajaran Buddha Gotama tersebut. Mereka bertekad untuk selalu mengingat dan menjalankan ajaran tersebut sepenuh hati.
Sumber: Buku Sutra Ullambana versi Mahayana.

Kesimpulan:
Menurut Buddha Gotama; seorang anak harus berbakti dan balas budi jasa baik orangtua selama hidupnya, hingga meninggal.

Dalam Sigalowada Sutta, Buddha Gotama memberi pesan sederhana
tentang tugas anak-anak terhadap orangtua sbb:

1. Membantu pekerjaan Orangtua dengan sepenuh hati dan pikiran.
2. Menjaga nama baik keturunan Orangtua dengan prilaku yang baik dan benar.
3. Menjaga harta kekayaan dan uang milik Orangtua yang telah susah payah
diperjuangkan.
4. Merawat dan melayani Orangtua ketika sudah tua dan uzur, dengan sepenuh hati dan
pikiran.
5. Patuh dan taat pada Orangtua, jangan sampai berani melawan dan membantah.
6. Dulu orangtua melahirkan, merawat dan membesarkan aku, kini aku harus tahu
berterimakasih dan mau membalas jasa Orangtua dengan sepenuh hati dan pikiran.
7. Memilih pasangan hidup yang seizin Orangtua, dan jangan membantah.
8. Melimpahkan jasa kebaikkan kepada orangtua dan para leluhur yang telah meninggal.

Bila orangtua sudah meninggal, seorang anak harus membuat upacara pelimpahan jasa kepada orangtua. Dengan cara mengundang para bhikkhu anggota Sanggha ke rumah, dan menjamu makan dan minum yang lezat dan memuaskan. Mempersembahkan kebutuhan lainnya untuk para bhikkhu, setelah itu perbuatan baik tersebut dikirimkan kepada orangtua yang telah meninggal.

Dengan doa; semoga karma baik yang saya lakukan ini akan melimpah kepada orangtua dan para leluhur yang telah meninggal bernama …semoga beliau semua ikut berbahagia atas perbuatan baik yang saya lakukan ini. Semoga orangtua dan para leluhur kami segera terlahir ke alam bahagia para Dewa atau ke alam manusia yang lebih baik lingkungan hidupnya, yaitu penuh kebahagiaan dan bisa mengenal Dharma ajaran Buddha.

Demikianlah cara seorang anak membalas budi jasa baik orangtua dan para leluhur yang telah meninggal.
Semoga uraian singkat ini berguna bagi umat, dan terimakasih atas perhatiannya.
Sabbe satta bhawantu sukhitatta.
Semoga semua makhluk hidup bahagia.
Ven Sudhammacaro.

sumber  : http://sudhammacaro.blogspot.com/2010/07/sabda-buddha-gotama-mengenai-sutra.html