Perbuatan (Kamma) Simpanan
Akhirnya, bila tidak ada kamma berat, kamma menjelang kematian, ataupun kamma kebiasaan, maka kamma simpanan akan berperan menghasilkan kalahiran kembali. Kata "simpanan" di sini sebenarnya telah mengalami penyesuaian dari kata pali "katatt ā" yang secara harfiah berarti "karena di lakukan atau telah di lakukan". Tipe kamma ini sebenarnya mengacu pada semua perbuatan yang telah di lakukan tetapi tidak termasuk ke dalam kamma berat, kamma menjelang kematian, ataupun kamma kebiasaan. Kamma ini mencakup perbuatan yang di lakukan dikehidupan sekarang dan juga kehidupan yang lampau.
Beberapa kisahnya antara lain :
Kisah Kutu Yang Terlahir Kembali di Surga Tusita
Pada kisah terdahulu, Bhikkhu Tissa terlahir sebagai seekor kutu selama tujuh hari karena kemelekatannya yang kuat terhadap barunya. Hal ini dapat diambil contoh bagaimana kamma menjelang kematian menghasilkan kelahiran kembali. Dalam kehidupannya selama tujuh hari, kutu tersebut tidak berkesempatan untuk melakukan kamma berat yang baik, kamma menjelang kematian yang baik ataupun kamma kebiasaan yang baik untuk menghasilkan kelahiran kembali yang bagus. Akan tetapi, setelah tujuh hari ia mati dan terlahir di Surga Tusita. Kamma jenis apakah yang telah berperan dalam kelahiran yang menguntungkan ini? Bhikkhu Tissa merupakan bhikkhu yang luhur dan tidak bercela dalam Vinaya. Kamma kebiasaannya yang baik sebagai seorang bhikkhu yang senantiasa menjaga Sila kebhikkhuannya tidak berkesempatan untuk matang ketika ia meninggal karena intervensi kamma menjelang kematiannya yang buruk. Namun sekarang, dengan habisnya kekuatan kamma menjelang kematian yang menyokong kehidupan kutu tersebut, kamma kebiasaan Bhikkhu Tissa yang telah menjadi kamma simpanan bagi kutu tersebut kemudian menghasilkan kelahiran kembali di Surga Tusita.
Kisah Ratu Mallika
Hal yang sama, Ratu Mallika terlahir di neraka Avici selama tujuh hari karena kamma buruk menjelang kematiannya. Dengan habisnya efek kamma tersebut, maka kamma baik lampaunya (yang merupakan kamma simpanan mahluk neraka tersebut) berkesempatan berbuah. Dengan kata lain, mahluk neraka tersebut tidak memiliki kesempatan untuk melakukan kamma baik apapun di Avici, baik berupa kamma berat, kamma menjelang kematian, ataupun kamma kebiasaan. Jadi, kamma simpanan mahkluk tersebut (yaitu perbuatan baik yang di lakukan Ratu Mallika semasa hidupnya) yang menghasilkan kelahiran kembali di Surga Tusita.
Berikut ini adalah sebuah kisah yang terjadi di Myanmar.
Kisah Sekaleng Beras
Ko Nyo dan Ko Nee adalah pedagang keliling yang menjajakan buah pinang dan daun pinang dari satu desa ke desa lainnya. Suatu hari Ko Nee kehabisan beras sehingga iapun meminjam sekaleng beras dari Ko Nyo. Namun, ia tidak pernah sempat untuk mengembalikan pinjaman beras itu kepada temannya karena ia di gigit ular berbisa dan meninggal pada malam itu juga.
Beberapa tahun kemudian, seorang bocah kecil didampingi kedua orang tuanya yang tampak kebingungan tiba di rumah Ko Nyo yang terletak di sebuah desa berjarak cukup jauh dari kota tempat tinggal bocah tersebut. Ini merupakan pertama kalinya bocah tersebut datang kerumah Ko Nyo dan juga desa itu. Akan tetapi, dia pulalah yang membawa orang tuanya ke sana.
"Hei, Nga Nyo! Kau tak kenal aku?" teriak bocah itu begitu ia melihat Ko Nyo. Ko Nyo merasa sangat marah dan terhina di panggil demikian oleh seorang bocah kecil. "Nga Nyo" merupakan panggilan dekat yang di gunakan oleh seorang teman dekat yang lebih tua. Ia memelototi bocah tersebut dan baru saja akan memukulnya. Sewaktu orangtua bicah ini menyela, "Ko Nyo, mohon maafkan dia. Mohon sabar dan dengarkan dulu apa yang ingin dia katakan".
"Ini," kata bocah itu, : kukembalikan berasmu. Ah...., Setelah sekian banyak penderitaan. Tahukah kamu, setelah aku mati, aku terlahir di rumahmu sebagai seekor ayam sabung. Aku memenangkan beberapa pertarungan untukmu tetapi aku kalah di sebuah pertarungan terakhir. Aku terluka parah dan sekarat. Tetapi kamu sangat marah dan melemparku kelantai dengan penuh amarah. Ketika aku terbaring tak berdaya di lantai, seekor sapi milikmu mendatangiku dan mengendusiku seakan penuh kasihan. Lalu aku mati dan terlahir di rahimnya. Ia kemudian melahirkanku dan aku tinggal di kandang ternakmu sebagai seekor anak sapi. Kemudian kamu memutuskan untuk memotongku untuk diambil dagingnya. Sewaktu kalian mengikat kakiku dan mulai menyembelihku, orangtuaku yang sekarang lewat dan melihat pemandangan itu. Ibuku berkata, "Sungguh kejam. Jika itu anak sapiku, aku tidak akan memotongnya."
Amarah Ko Nyo berubah menjadi takjub dan kemudian menjadi menyesal begitu ia mendengar cerita bocah tersebut. Ia pun menangis dan meraung. "Aku tidak akan membunuh lagi! Aku tidak akan membunuh lagi!"
Cerita ini adalah contoh lain bagaimana kamma simpanan dapat menghasilkan kelahiran kembali. Sebagai seekor ayam sabung dan seekor anak sapi, tidak ada kesempatan untuk melakukan perbuatan baik. Terlahir sebagai manusia merupakan hasil dari kamma baik. Jadi kita dapat menyimpulkan bahwa kamma simpanan anak sapi tersebut, yang mungkin merupakan perbuatan baik yang dilakukan oleh Ko Nee semasa hidupnya, adalah kamma yang menyebabkan kelahiran kembalinya sebagai anak lelaki di sebuah keluarga yang relatif berada.
Cara Menghadapi Kematian Dengan Baik
Ada satu tradisi turun temurun di Sri Lanka yang terentuk melalui pengetahuan dan kesadaran akan adanya potensi kamma menjelang kematian. Indikasi adanya tradisi ini dapat di lihat dalam dua kisah yang di ceritakan sebelumnya, yaitu :
• Kisah Upasaka Dhammika yang memohon pada Sangha untuk membacakan MahaSatipatthana Sutta ketika ia sedang sekarat
ayahnya dengan cara menyiapkan keadaan yang tepat bagi ayahnya untuk melakukan perbuatan baik pada saat-saat terakhir.
Prinsip yang menonjol dan penting dari tradisi ini adalah sebagai berikut :
• Mengingatkan orang yang akan meninggal tersebut mengenai perbuatan-perbuatan baik yang telah di
lakukannya semasa hidup. Setiap orang bisa menyimpan sebuah buku atatan khusus yang mencatat tanggal dan jenis perbuatan baik yang telah di lakukannya, sehingga ketika ia akan meninggal,
seseorang bisa membacakan daftar tersebut kepadanya.
lakukannya semasa hidup. Setiap orang bisa menyimpan sebuah buku atatan khusus yang mencatat tanggal dan jenis perbuatan baik yang telah di lakukannya, sehingga ketika ia akan meninggal,
seseorang bisa membacakan daftar tersebut kepadanya.
• Meyakinkan dan menolong orang yang akan meninggal untuk melepaskan semua kemelekatan terhadap orang yang di cintainya dan juga harta bendanya, serta jangan memendam rasa sesal ataupun bersalah atas semua hal yang telah di lakukan. Orang-orang yang di kasihinya juga harus di pesankan untuk tidak menangis ataupun meratap di tempat ia berada, karena hal ini bisa memperkuat kemelekatannya. Kita telah melihat akibat fatal dari kemelekatan dan penyesalan menjelang kematian dalam kisah bhikkhu Tissa yang menjadi seekor kutu , kisah bhikkhu yang terlahir sebagai raja naga, dan kisah ratu Mallika yagn terlahir di Neraka Avici. Ada banyak cara lain untuk membantu agar orang yang akan mati bisa meninggal dengan tenang.
Sebuah Contoh Yang Bagus
hal 5
bersambung ke hal 6
Tidak ada komentar:
Posting Komentar