SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA


Selasa, 19 Juli 2011

31 Alam bag 7
Segala macam Dewa / Dewi yang menguasai bumi, seperti Dewa / Dewi Penguasa / Penghuni Laut-Laut tertentu, Penguasa Gunung Tertentu, dan Penguasa Bumi, termasuk hidup di alam Catummaharajika ini.

Sebagai contoh, hari Minggu malam, tanggal 14 Sepetember 2008, dirumah saya hadir para praktisi Yoga. Masing-masing, ada yang... sebenarnya sudah bergelar “Master-Reiki”, ada yang sudah bertahun-tahun belajar Meditasi Buddhis, bahkan hingga ke Burma, dan lainnya. Kemudian jam 21.30 WIB kami bermeditasi bersama-sama, dan seperti biasa, setelah saya menguncarkan kata Puja kepada Sang Bhagava, Sang Buddha, saya menguncarkan puja kepada para Dewa, dan mengundang mereka untuk ikut hadir. Saya sendiri meniatkan untuk berdiam dalam Jhana II hingga dua jam kedepan. Dan, baru 2 menit berjalan, sesosok Dewa-Yang-Perkasa, ikut hadir diruangan tersebut (hingga meditasi kami selesai), beserta seekor naga meliuk-liuk turun dari atas langit, dan para pengikutnya yang bercahaya cemerlang berkilauan, memenuhi ruangan meditasi dirumah saya. Beliau, oleh masyarakat China dikenal sebagai “Kwan-Kong”. Beliau berdiri dengan gagah disatu sisi didepan kami, lengkap dengan pakaian perang, baju-zirah, topi baja pelindung, dan tongkat dengan ujungnya berupa Golok. Mukanya Merah, “galak”, matanya “mentheleng”, berkumis, dan berjenggot panjangnya sekitar 15 – 20 cm. Gagah. Beliau memberkati kami dan memberikan beberapa pesan. Setelah beliau, seekor naga, dan para pengikutnya “naik” kembali kealamnya, barulah saya mengakhiri meditasi, dengan menguncarkan, “Sabbe Satta Bhavantu Sukkhitatta” ; “SEMOGA SEMUA MAKHLUK BERBAHAGIA!!” .

Sepertinya beliau termasuk penghuni alam Surga Catummaharajika ini.

c).Tavatimsa

Alam Tâvatimsa adalah alam surgawi tingkat kedua. Alam ini sebelumnya / dulunya merupakan tempat tinggal para asurakâya. Ini adalah alam Dewa saf berikutnya, saf ketiga dari alam Sugati. Secara harafiah berarti : tiga puluh tiga. Ini adalah alam surga dari tiga puluh tiga ( 33 ) Dewa dengan dewa Sakka sebagai rajanya. Asal-usul dari nama ‘Tâvatimsa‘ tersebut berkaitan dengan sejarah tiga puluh tiga relawan yang tidak mementingkan diri sendiri, yang dipimpin oleh Magha ( nama lain dari Sakka ), karena perbuatan-perbuatan baik mereka berhasil menyingkirkan para asurakâya. , terlahir dialam surgawi iniDi dalam surga inilah Sang Buddha mengajarkan Abhidhamma kepada para Dewa selama tiga ( 3 ) bulan.

Para dewa-dewi di Tâvatimsa terbagi menjadi dua kelompok, yaitu

1. Bhummattha: Sakka beserta 32 dewa pembesar,

2. Âkâsattha: yang bertinggal dalam istana di angkasa.

Surga Tavatimsa ini terletak di atas puncak pegunungan Himalaya, di Gunung Sineru. Maka di tradisi Buddha Mahayana ada sutra-sutra yang isinya menguncarkan pujian terhadap Para Dewa yang tinggal di alam ini. Ibukota Tâvatimsa ialah Masakkasâra. Balai Sudhamma menjadi tempat bagi para dewa-dewi untuk memperbincangkan Kebenaran Dhamma di bawah asuhan Sakka (Beliau berhasil meraih kesucian tingkat Sotâpatti setelah mendengarkan Brahmajâla Sutta). Brahmâ Sanamkumâra kerap menjadi tamu pembabar Dhamma di sini. Buddha Gotama pernah berkunjung ke alam ini, dan bertinggal selama tiga bulan untuk mewejangkan Abhidhamma kepada ibunda-Nya, yang terlahirkan kembali sebagai putra dewa di alam Tusita. Moggallâna Thera juga pernah beberapa kali pergi ke alam ini, dan dari sejumlah penghuninya, beliau memperoleh kesaksian atas perbuatan-perbuatan bajik yang membawa mereka terlahirkan kembali di sini. Kebajikan ini antara lain ialah merawat ayah-ibu, menghormat sesepuh dalam keluarga, berbicara lemah lembut, menghindari penghasutan, mengikis kekikiran, bersifat jujur, menahan marah. Usia rata-rata para dewa-dewi yang terlahirkan di alam Tâvatimsa ialah 1,000 tahun dewa atau kira-kira 36 juta tahun manusia.

d).Yama ( Yâmâbhûmi )

Secara harafiah berarti “Alam para Dewa Yama”. Dewa Yama adalah dewa penghancur rasa sakit. Alam ini adalah saf keempat dari alam Sugati ( berarti alam surga tingkat ketiga ). Alam ini menjadi tempat bagi para dewa-dewi yang terbebas dari segala kesukaran, yang terberkahi dengan kebahagiaan surgawi. Pemegang kekuasaan dalam alam ini ialah Suyâma. Alam ini berada di angkasa. Dalam alam ini dan tingkat yang lebih tinggi, tidak ada dewa-dewi yang tergolong sebagai bhummattha yang bertinggal di daratan. Istana, harta serta tubuh para dewa-dewi di alam ini jauh lebih indah dan halus daripada yang bertinggal di Tâvatimsa. Rentang hidup mereka ialah 2,000 tahun dewa atau kira-kira 142 juta tahun manusia.

e).Tusita ( Tusitabhûmi ).

Secara harafiah berarti, penghuni yang berbahagia, adalah “Alam Kesenangan”. Para Boddhisatta yang telah memenuhi persyaratan-persyaratan Kebuddhaan bertempat tinggal di alam ini sampai saat yang tepat bagi mereka untuk muncul di alam manusia untuk mencapai Kebuddhaan. Tusitabhûmi adalah alam surgawi tingkat keempat. Para dewa-dewi yang hidup di alam ini senantiasa berceria atas keberadaan yang dimiliki. Semua Bodhisatta, sebelum turun ke dunia dan meraih Pencerahan Agung, terlahirkan di alam ini untuk menanti waktu yang tepat bagi kemunculan seorang Buddha. Demikian pula mereka yang akan menjadi orangtua serta Siswa Utama (Aggasâvaka). Sekarang ini, Bodhisatta Metteyya yang akan menjadi Sammâsambuddha setelah ajaran Buddha Gotama punah dari muka bumi ini sedang berada di alam ini. Usia rata-rata di alam ini ialah 4,000 tahun dewa atau kira-kira 567 juta tahun manusia.

Saat ini Bodhisatta Metteya tengah hidup dan bersemayam di alam ini. Alam ini adalah saf kelima dari alam Sugati.

f).Nimmanarati

Secara harafiah berarti “Alam Para Dewa yang Senang dalam Istana yang Diciptakan”. Para dewa di alam ini hidup dengan penuh kesenangan-kesenangan didalam istana yang mereka ciptakan sendiri. Layaknya bangsawan-bangsawan dan para saudagar di alam manusia, mereka hidup “mewah”, berkecukupan, berkelimpahan, mempunyai para pembantu / pelayan / pengikut.

Ini adalah alam saf keenam dari alam Sugati.

g).Paranimmitavatti

Secara harafiah berarti “Alam Para Dewa yang membuat ciptaan pihak lain bermanfaat untuk tujuan-tujuan mereka sendiri”. Ini adalah saf-ketujuh / langit ketujuh dari alam Sugati. Merupakan alam Surga / Dewa sekaligus alam Sugati yang tertinggi. Namun, sejatinya, ini bukanlah alam “Sang-Pencipta-Semesta”, bukanlah “Yang-Mutlak, Yang-Tidak-Tercipta”.

Enam ( 6 ), kecuali yang pertama adalah Alam Para Dewa yang bentuk tubuhnya lebih halus dan lembut dibandingkan dengan bentuk tubuh manusia dan tidak kelihatan dengan mata telanjang. Makhluk-makhluk Dewa ini juga tunduk pada kematian seperti halnya semua makhluk hidup. Alam Dewa ini dalam terminology agama samawi adalah alam-alam surga, tempat para manusia yang beramal-soleh, bajik, kelak akant terlahir, yang digambarkan seorang laki-laki akan mendapatkan hak bidadari-bidadari cantik sebagai istrinya, dan adanya aliran sungai yang dialiri air susu. Kurang lebih memang alam kesenangan ini demikian. Dalam beberapa hal, seperti keadaan jasmani,tempat tinggal, dan makanannya, mereka memang mengungguli manusia. Mereka lahir secara spontan, muncul seperti pemuda dan gadis berusia lima belas atau enam belas tahun.

Enam alam Deva ( Dewa ) ini adalah tempat tinggal sementara yang penuh kebahagiaan dimana para makhluk tampaknya hidup menikmati kesenangan indrianya yang sesungguhnya cepat berlalu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar