SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA


Kamis, 19 Mei 2011

7 Hal Yang Dimiliki Orang Bijak

Satta Sappurisadhamma (7 hal yang dimiliki oleh orang bijak):
1. Dharmannutta: Memaklumi kebenaran yang muncul.
Di dalam kehidupan yang nyata ini, setiap makhluk hidup tidaklah akan terlepas dari apa yang namanya “sukkha dan dukkha” yang datangnya silih berganti dan timbul serta tenggelam. Si A, bisa saja hari ini tampil dengan penuh keceriaan karena keinginannya telah terpenuhi, tetapi bebarapa saat kemudian, setelah mengetahui dompetnya hilang maka keceriaan tersebut, segera sirna dan berubah menjadi kesedihan. Peristiwa suka dan duka, yang datangnya silih berganti ini, tidaklah dapat ditolak atau dihindari, terutama sekali bagi orang orang yg demikian pekatnya, dibelenggu oleh nikmatnya keduniawian. Agar duka tidak begitu kuat membelenggu bathin kita, maka yang pertama sekali harus disadari adalah kebenaran – kebenaran yang pasti terjadi di alam semesta ini, misalnya ketidak kekalan. Benda dan keadaan apapun yg tgerdapat di alam semesta ini, tidaklah kekal keberadaanya. Cepat maupun lambat, pasti akan mengalami proses kehancuran. Dengan menyadari kesunyataan ( kebenaran – kebenaran ) ini, hendaknya kemelekatan akan apapun juga, haruslah sesegera mungkin disingkirkan. Siapapun yang berhasil menjauhi belenggu – belenggu keduniawian maka kebahagiaan akan selalu berada di pihaknya.
2. Atthannuta: memiliki pengertian yang benar akan Dhamma.
Dengan dimilikinya pengertian yang benar akan Dhamma bahwa segala sesuatu yang timbul, suatu hari kelak pasti akan tenggelam (ketidakkekalan), maka yang namanya derita keluh kesah maupun frustasi, tak akan berpeluang menyerang diri kita.
Seandainya kemalangan atau kekurang- beruntungan masih juga menimpa diri kita, sadarilah dengan sebaik bainya bahwa hal ini, adalah hal yang lumrah dan pasti (pantas) terjadi, cepat maupun lambat. Di dalam kitab suci Dhammapada Pandita Vagga VI: 83, Sang Buddha menyabdakan :”Lepaskanlah segala hal yang menimbulkan ikata, seperti halnya orang bijaksana yang tak pernah membicarakan segala nafsu dan kesenangan hidup duniawi. Karena itu tidak diganggu oleh kegembiraan dan kesedihan, tidak pernah memperlihatkan rasa senang dan tidak senang”. Memiliki pengertian yang benar akan Dharma (kebenaran) akan menimbulkan kebahagiaan yang luhur dan permanen. Mengapa…….? Karena akan terlindung oleh kebajikan – kebajikan yang telah diperbuat dan semua kondisi yang membahagiakan ini, bukanlah sebagai hasil dari belas kasihan (berkahan) dari makhluk lainnya. Didalam sabda Nya, Sang Buddha selalu menekankan bahwa jasa kebajikanlah yang menjadi pelindung, bagi setiap insan manusia, kapan dan dimanapun berada. Itulah perlindungan yang sesungguhnya…!
3. Attannuta: mampu mengontrol diri sesuai dengan Dhamma.
Kelebihan maupun kekurangan yang telah dimiliki, hendaknya tidaklah menimbulkan masalah maupun kedukaan, bagi masyarakat yang ada di lingkungan kita. Hal positif yang seyogianya disadari adalah tidak satu makhluk pun yang logis (pantas ditunding) atas kelebihan maupun kemalangan yang dialami. Semuanya bisa terjadi, tidaklah terlepas daripada hasil/akibat dari karma (perbuatan), yang sudah seharusnya diterima. Hidup yang senantiasa berpedoman pada sila (moral) yang baik dan selalu berkreasi demi keharmonisan, ketentraman dan kesejahteraan semua makhluk, adalah hidup yg sesungguhnya.
4. Mattannutta: hidup sesuai dengan kebutuhan.
Salah satu noda bathin yang seharusnya dihentikan adalah keserakahan. “Luddho Dhamam na Passati : Apabila kelobaan telah merasuk , seseorang tidak melihat Dharma (kebenaran) lagi “. Orang serakah dalam hal ini, akan menempuh berbagai macam cara, hanya demi pemuasan akan kehausannya, yang tiada henti – hentinya. Dia tidak akan segan – segannya, menghalalkan segala tindakan negatif, hanya untuk memenuhi ambisinya. Oleh karena itu, agar terlepaskan dari jeratan belenggu bathin, berusahalah terus menerus menyadari akan hakekat dari kehidupan ini. Hidup yang hanya disesuaikan dengan kebutuhan adalah yang sesungguhnya (bahagia), dimana akan terbebas dari keruwetan, kepusingan maupun kekecewaan. Renungkanlah, sabda Sang Buddha ini : “Kamehi Lokamhi Na Hatthi Tuti : Di dunia ini tidak ada kepuasan dalam penikmatan nafsu indrawi “.
5. Kalannuta: mengatur waktu dengan bijaksana.
Orang yang selalu berkomentar sibuk dan tiadanya waktu luang, untuk ini dan itu adalah ciri khas orang yang diperbudak oleh waktu. Tipe manusia ini adalah tipe manusia yang belum memiliki pengertian benar, akan pemanfaatan waktu yang sesungguhnya. Tipe manusia ini, pasti akan menderita di dalam aktivitasnya sehari hari. Kalau dia seorang kepala rumah tangga maka kehampaanlah yg akan dijumpai. Dan jika seorang pimpinan maka penyakitlah yg akan didapatkan. Tetapi jika dia bisa mengatur dan menggunakan waktu sebijaksana mungkin, maka semua masalah yg tidak seharusnya muncul akan bisa dihapuskan. Orang bijaksana akan makan dikala makan, istirahat dikala istirahat, rekreasi dikala rekreasi dan tidur dikala tidur. Hidup baginya sangat berarti dan nikmat. Tetapi bagi yg diperbudak oleh waktu, hidupnya bagaikan robot dan telah terprogram sedemikian rupa, sehingga tidak berpeluang sama sekali, untuk meresapi maupun menikmati kehidupan ini, sebagaimana adanya. Bukankah ini yang disebut dengan kebodohan…..?
6. Parisannuta: bisa mengerti kenyataan kenyataan yang ada di lingkungannya.
Pada dasarnya, tidak satu makhlukpun yang berkenan terlahirkan dengan kondisi – kondisi yang kurang menguntungkan, misalnya : miskin, bodoh, cacat, jelek dan lain sebagainya. Dimasyarakat jika diketemukan ketimpangan ketimpangan ini, hendaknya memperlakukan mereka dengan sepantasnya. Janganlah hanya dikarenakan kemiskinan, kita sampai tega nian, menghina dan menyelepekan mereka. Dan jangan pula dikarenakan oleh kebodohan, kita mengejek dan mempermalukan mereka. Sadarilah dengan sebaik baiknya, bahwa setiap makhluk, tidaklah terlepas oleh karma ( perbuatan ) nya masing masing. Apapun yang perbuatan maka itulah yang disuatu hari kelak, yang akan diterima. Senantiasalah, bertutur kata yang lemah lembut dan bimbinglah, siapapun demi pencapaian kebahagiaan bersama. Dalam hal ini, kita hendaknya selalu memiliki “positive thinking” disamping menghindari keangkuhan.
7. Puggalaparopannuta: mengerti akan Dhamma menimbulkan kebijaksanaan
Dengan dimilikinya pengertian yang benar akan Dharma maka akan memperjelas diri kita, mana yang pantas dilaksanakan dan mana yang harus dihindari, mana yang baik dan mana yang tidak baik, mana sahabat dan mana musuh. Dalam hal ini, kita bisa memaklumi kelebihan kelebihan maupun kekurangan kekurangan orang lain, sehingga yang namanya emosional dan aneka tindakan tercela lainnya, akan bisa disingkirkan. Disamping itu, tindakan dan jalur kehidupan yang dilalui, akan senantiasa dipenuhi oleh cinta kasih serta kewelasasihan.
http://bharadvaja.wordpress.com/category/dhamma/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar