SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA


Kamis, 19 Mei 2011

Dana dan Kammanya

Dana dan Kammanya
Oleh: Y.M. Mahasi Sayadaw
Saat ini saya akan membabarkan tentang dakkhinavisuddhi, hadiah atau pemberian yang murni. Terdapat empat jenis pemberian:
1. Ketika seseorang yang mempraktekkan sila, moralitas, berdana kepada seseorang yang tidak mempraktekkan sila, si pemberi memperoleh manfaat. Pemberian itu murni.
2. Dana yang dipersembahkan oleh seseorang yang tidak mempraktekkan sila kepada pihak yang mempraktekkan sila. Pemberian itu tetap murni dari sudut pandang si penerima. Si pemberi memperoleh manfaat yang sama pula. Dan, buah kamma baik yang diperoleh jauh lebih besar.
3. Bila di antara keduanya, baik pemberi dan penerima, tidak memiliki moral yang baik, pemberian jenis ini tidak murni. Juga, tindakan memberi itu tidak berfaedah. Meski si pemberi kemudian melimpahkan jasa baiknya kepada mahkluk lain, misalnya kepada para peta, pihak terakhir ini tidak bisa menerima
pemberian itu sehingga ia tak akan terbebas dari alam peta.
4. Bila keduanya, baik pemberi maupun penerima dana memiliki sila yang baik, maka kamma baik yang timbul dari pemberian semacam ini akan memberi manfaat jasa tertinggi. Disinilah penjelasan ulang tentang jenis-jenis pemberian baik yang dilakukan oleh individu awam maupun anggota Sangha.
Jumlah jasa yang diperoleh dari pemberian kepada individu:
1. Pemberian kepada binatang, kamma baiknya 10.
2. Pemberian kepada orang-orang yang tidak mempraktekkan sila, membuahkan kamma baiknya 1000.
3. Pemberian kepada individu yang mempraktekkan sila (moralitas) meski ia bukan pengikut Buddha, akan membuahkan kamma baik 1000 sepanjang seribu kali kelahiran
4. Pemberian kepada seseorang yang memiliki abinna meski orang tersebut berada di luar Buddha Sasana dapat membuahkan kamma baik sebanyak berjuta-juta lingkaran kehidupan.
5. Pemberian yang diberikan kepada seseorang yang berpotensi meraih tingkat sotāpanna, akan memperoleh kamma baik sebanyak tak berhingga lingkaran kehidupan.
Jenis pemberian ini digolongkan menurut status penerimanya. Juga, jasa atau buah kamma baiknya berbeda-beda menurut tingkatan moral penerimanya. Sebagai contoh, pemberian kepada individu yang mempraktekkan pancasila (lima sila) bisa mendatangkan banyak kamma baik dibanding pemberian kepada orang-orang yang hanya berlindung kepada Tiratana (perlindungan kepada Buddha, Dhamma dan Sangha).
Urutan penerima pemberian di bawah ini dibuat berdasar urutan kamma baik yang ditimbulkan, mulai dari yang terkecil:
* berdana kepada umat Buddha yang mempraktekkan sila
* berdana kepada orang yang melaksanakan delapan sila.
* berdana kepada orang yang melaksanakan sepuluh sila.
* berdana kepada orang yang mempraktekkan samatha.
* berdana kepada orang yang mempraktekkan vipassanā.
* berdana kepada bhikkhu yang mempraktekkan sila.
* berdana kepada bhikkhu yang mempraktekkan samatha dan vipassanā dengan penuh kewaspadaan dan awas setiap saat.
* berdana kepada orang-orang yang berhasil meraih pengetahuan batin dalam vipassanā menurut tingkat-tingkat pengetahuan batin yang dicapainya.
* berdana kepada orang-orang yang berhasil meraih tingkat sotāpatti, dan seterusnya.
Secara teori, jasa tertinggi bisa diperoleh jika seseorang memberi persembahan kepada yogi yang telah memasuki tingkat kesucian. Tapi, rentang waktu inspirasi tingkat kesucian muncul dan lenyap sangat singkat. Karenanya merupakan hal yang amat sulit untuk berdana pada saat tersebut agar dana itu bisa membuahkan jasa tertinggi. Meski demikian, adalah sesuatu yang mungkin untuk memperoleh keberuntungan tertinggi diluar pemberian kepada seorang kalyana putthujana, orang biasa yang memiliki kebajikan tertentu, yang telah memperoleh tingkat pengetahuan keseimbangan batin setelah melengkapi ke-9 tingkat-tingkat pengertian dalam latihan meditasi pandangan terang, yang dinamakan sankhara upekkha nana.
Lebih jauh, jasa yang diperoleh dari pemberian kepada seorang sotāpatti, sakadāgāmi, anāgāmi dan arahat sangat sulit untuk digambarkan. Jasa-jasa ini hanya berakhir dalam hitungan asankheyya lingkaran kehidupan (bila ditulis dengan angka, satu ditambah 14 nol, tahun).
Sedikit tambahan tentang peranan “kehendak” yang mempengaruhi hasil dari kegiatan berdana yang dilakukan berdasarkan keterangan dari Abhidhammattasangaha. Di sana dikatakan bahwa “kehendak sebelum berdana (pubba cetanā), kehendak ketika berdana (muñca cetanā), dan kehendak setelah berdana (apara cetanā)” harus baik.
Alih Bahasa Inggris-Indonesia : Chandasili Nunuk Y. Kusmiana.
Editor: Samuel B. Harsojo; Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Medio Pebruari 2004.

http://bharadvaja.wordpress.com/category/ajaran/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar